Share

Bertemu Mantan

Pagi-pagi buta, Naima sudah bangun. 6 bulan ini dia memang sudah rutin untuk tahajjud, tapi dia lebih kaget, karena bos songongnya sudah duluan bangun.

Ampuun, ternyata walau songong dia rajin juga, lumayan lah ada nilai plusnya walau terkotek-kotek.

"Apaa, liat-liat!"

Tuh, kan bawaannya judes aja nih orang.

"Rajin juga!"

"Kalau jadi pemimpin itu harus disiplin, termasuk bangun pagi!"

"Oo ...."

Hanya ber oh ria, memang dia orangnya disiplin, entah jam berapa dia berangkat kerja, karena datangnya selalu pagi. Naima dulu sempat berfikir, mungkin selama ini dia tidur di kantor. Soalnya, setiap Naima datang, bosnya selalu sudah ada duluan.

"Jangan lupa keramas, biar Papa mengira kita ...."

"Ih, kita apaan?!" Naima melotot.

Ngarep, kan! Emang enak dicuekin Bang, jangan haraap deh!

"Kita … gitu-gitu."

Apaan coba gitu-gitu. Namun detik berikutnya, otak cerdas Naima menangkap maksud ambigu itu. Oh, maksudnya malam pertama.

‘Hahaha ngarep banget sih, aku sih ogah.’

"Kalau suami ngasih tau, adek ikuti." Preet, panggilan adek lagi! Pasti biar sepasang, tuh, karena Naima memanggil dia abang. "Mandi, terus kita berjamaah."

Mata Naima memelotot. Kali ini super duper melotot. ‘Woow, gak salah bang!’

"Kenapa melotot gitu? Kalau sekedar jadi imam salat, bisa lah, Dek!"

‘Oala, Abaang, mau bikin adek jatuh hati ya?!’

Setelah membersihkan diri, Naima sholat berjamaah dengan Ferdi. Di balik sisi cuek, judes dan bla-bla-nya, ternyata Ferdi di luar dugaan! Bacaan suratnya fasih, bikiin hati adem sebagai makmum di belakangnya. Sepertinya dia memang selalu ingin tampil keren di mana saja.

"Kenapa memandang gitu? Terpesona liat aku?"

Tuh kan, dia itu bawaannya ge-er, gaes.

"Gak kebalik Bang? Yang maksa nikah sama adek yang manis ini siapa, Bang?" sengaja, muka Naima dibuat agak semanis mungkin.

Eh ,si Abang diam!

‘Kena, kan! Emang enak dikerjain!’

**

Pagi yang luar biasa, enak banget tidur di kamar Bos Ferdi. Apalagi puas liat dia tidur di sofa. Makanya jangan main-main, entar cinta beneran, kapok! Eh, kok jadi ngelantur gini. 

"Assalamualaikum... Pa, selamat pagi."

Walau songong, Bos Ferdi terkotek-kotek berbakti juga sama papanya.

"Waalaikumsalam... Wah, seger banget anak dan menantu Papa."

Papanya sudah siap di meja makan, sepertinya papanya sangat akrab dengan siapa saja, Naima jadi betah dibuatnya.

"Iya dong Pa. Apalagi anak Papa, Ferdi Sanjaya keren abis."

Ferdi sampai mau muntahin minumannya. Dia terkejut Naima selangkah lebih cepat bereaksi menanggapi lontaran papanya.

"Hahaha..." Papanya tertawa heboh, rumah ini sekarang terasa ramai dengan adanya Naima. Sementara itu, Ferdi memelotot.

Namun, Naima tidak peduli. ‘Biarin! Puas banget aku Bang! Hahaha ....’ 

"Fer, hari ini masih libur kerja kan? Kalian kan, baru jadi pengantin."

"Iya, Pa masih libur. Masih belum sanggup meninggalkan istriku yang manis ini."

Ih, apaan coba pakai adegan memandang sambil memegang tangan! Ini kalau acting, asli … si bos mah jagonya.

"Gini, Fer sepupumu Lisa  dan suaminya mau kemari. Tadi Papa ditelepon, kemarin gak sempat liat akad nikahmu."

"Oh, Lisa. Oke, Pa. Kami siap menunggu."

Apaan, pakai adegan merangkul. Biar dibilang so sweet banget?!

Naima menyempatkan diri untuk berkeliling melihat rumahnya Ferdi usai sarapan. Sepertinya, yang punya rumah memang kutu buku tulen. Selain ada ruang perpustakaan pribadi yang luas, di setiap sudut ruangan selalu ada rak buku. Mungkin maksudnya pengunjung yang datang harus baca buku.

‘Maaf bang! Aku sukanya vovel dan cerita-cerita lucu, hidupku sudah terlalu berat kalau baca buku tebal-tebal kayak gini, Bang!’

Ferdi sedang asyik membaca koran. Hidupnya memang datar tapi aktingnya lumayan jago. Daripada duduk sama bos terkotek-kotek, lebih baik Naima ke dapur menghindari rasa jenuh melihat buku di mana-mana. Ketika sampai di dapur pun, bahkan ada buku di sudut ruangnya, gila emang!

"Bik, itu rak buku juga?"

Ada Bik Ratih yang ditugaskan untuk menyiapkan makanan di rumah ini.

"Iya, Non, sengaja ditaruh di sana supaya pak Ferdi kalau ke dapur minum kopi sambil baca."

‘Oala, hidupmu kok gini amat bang, pantes dingin kayak es batu.’

"Oo, gitu. Bibik masak apa? Boleh Naima bantu, gak?"

"Gak usah Non, biar Bibi aja." 

"Gak apa-apa Bi, sekalian belajar makanan kesukaan Pak Ferdi."

Eh, apaan iniih, kayak suami istri yang saling mencintai sedang membuatkan suami tersayang makanan kesukaan. Naimaa, sadaaar! dia itu gak ada rasa!

"Wah, beruntung banget Pak Ferdi, Non. Banyak lho, gadis-gadis sering ke sini dulu, tapi gak satupun dilirik sama Bos."

"Iya, kah, Bik?"

"Ehm ...."

Eh, si Bos udah di belakang aja, gak tau apa Naima mau jadi Detektif Conan? 

"Sayang, ditunggu sama Papa tuh. Lisa udah di jalan, katanya."

"Iya, Abangku tersayang."

Bik Ratih ikut tersenyum, mungkin uwuu banget ya, liat pengantin baru.

"Adekku sayang, Abang jadiin istri bukan untuk capek-capek, biarkan pelayan di sini yang mengerjakan. Adek tinggal sebut saja apa maunya."

Oalaaa, manis banget sih Abang ini, Eh, tunggu dulu … ternyata ada papanya di belakang. Asyeem emang!

"Liat kalian begini, teringat Papa sama Mamamu, Fer."

Eh, Ferdi senyum dan seperti biasa adegan merangkul dilakukannya lagi. Hebat banget Abangku ini kalau akting!

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Lisa masih kelihatan muda banget ternyata.

"Wah, selamat Brother akhirnya gak jomblo lagi."

"Alhamdulillah Lis, akhirnya dapat istri semanis ini."

Seperti Biasa adegan merangkul tetap tidak hilang.

"Suamimu mana?"

"Tuh, Fer." 

Mata Naima membulat melihat sosok pria yang dikenalkan Lisa sebagai suaminya. Naima gak menyangka ternyata suaminya Lisa adalah calon suaminya yang dulu meninggalkan Naima di hari pernikahannya.

"Bram!" 

Tanpa sadar Naima merangkul erat Ferdi. Meski kaget, Naima berniat menunjukkan betapa bahagianya dia dengan Bos terkotek-koteknya setelah ditinggal nikah pria itu.

Gimana kira-kira reaksi Bram?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Azzahra
ckckc ketemu mantan seruu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status