Share

BAB 6 - BUKAN PENGGANGGU

Author: Haniocta_
last update Huling Na-update: 2023-07-18 16:49:22

Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.

**

Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya.

Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.

Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."

Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi, saya mohon Khania bertahanlah."

Efgan terus memberikan CPR dan bantuan napas berulang kali kepada Khania sampai akhirnya Khania sadar.

"Uhuk ... uhuk!"

Efgan menghela napas lega ketika dia melihat Khania yang tersadar. "Alhamdulillah, kamu tidak apa-apa Khania?!" tanya Efgan, ia lalu membawa tubuh Khania kepangkuannya dan mendekap erat Khania agar tidak kedinginan.

Wajah tegang dan penuh kekhawatiran Efgan berganti menjadi wajah penuh kelegaan. Ia mendekap erat Khania dan terus mengucapkan syukur yang terus terucap di bibirnya.

Khania yang masih lemas tidak menolak ataupun memberontak, ia sangat bersyukur karena Efgan telah menyelamatkan nyawanya.

Khania yang berada di dekapan Efgan mendongakan kepalanya dan menatap Efgan. "Terima kasih!" ucapnya dengan suara yang lemah.

"Kamu tidak apa-apa Khania? Apa ada yang sakit?" tanya Efgan lagi sambil memeriksa tubuh Khania.

Efgan sangat bersyukur karena ia tadi mengikuti Khania. Andaikan ia tadi langsung pulang, sudah pasti ia tidak akan pernah tau, jika Khania mengalami kecelakaan dan terjatuh ke dalam sungai.

Khania tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Efgan melerai pelukannya dan segera mengambil jas yang tadi ia lempar kesembarang arah. Setelahnya ia memakaikan jas itu pada Khania dan membenarkan rambut Khania yang sedikit menutupi wajahnya.

Khania yang masih lemas karena terkejut dan syok, hanya diam menerima perlakuan Efgan kepadanya, ia tidak menolak dan hanya menatap Efgan yang memperlakukannya dengan penuh perhatian.

"Kita ke rumah sakit sekarang, takutnya kamu ada cedera," Efgan lalu membantu Khania untuk berdiri. "kamu tadi terjatuh cukup tinggi." Dia mendongakan kepalanya melihat jembatan yang di mana Khania tadi terjatuh.

"Gak usah, saya tidak apa-apa," sahut Khania karena dia merasa baik-baik saja dan tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit.

"Tapi ...," ucapan Efgan terhenti kala dia melihat Khania yang menatapnya dengan lembut dan senyuman di bibirnya.

Efgan yang baru pertama kali melihat Khania tersenyum diam mematung. Sungguh, hati Efgan menghangat, saat dia melihat senyum Khania yang begitu manis. Karena biasanya hanya tatapan sinis dan wajah jutek yang selalu Khania tampilkan kepadanya.

"Saya tidak apa-apa jadi gak usah ke rumah sakit. Saya hanya ingin pulang dan istirahat," balas Khania dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.

Khania lalu berjalan tertatih-tatih meninggalkan Efgan yang masih diam mematung di sana.

Efgan tersadar dari rasa kagumnya saat melihat Khania yang sudah berjalan cukup jauh dengan tertatih-tatih.

Dengan segera ia menyusul Khania dan membantunya berjalan dengan memapahnya.

Khania menoleh ke arah Efgan dan tersenyum. "Terima kasih!" ucapnya lagi.

Efgan hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tersenyum tipis, sangat tipis dan nyaris tidak terlihat sambil menatap lurus ke depan.

Sampai di dekat mobil, Efgan langsung membukakan pintu mobil untuk Khania, ia membantu Khania duduk di kursi depan, dan memakaikan seatbelt untuk Khania. Lalu ia mengambil selimut kecil di kursi belakang. "Kamu pakai ini biar gak kedinginan dan tidak demam nanti." Efgan menyelimuti tubuh Khania dengan selimut yang tadi ia ambil.

Khania hanya diam menatap Efgan yang kini tengah memakaikannya selimut, ia tidak menolak, karena masih merasakan terkejut dan syok yang membuat tubuh dia lemas bagai jelly.

Sunggung ia tadi sudah pasrah, dan tidak menyangka jika ia akan diselamatkan oleh orang yang selama ini selalu dia tolak, dan ia anggap sebagai pengganggu.

Di sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara baik Efgan maupun Khania, mereka sama-sama diam.

Hingga suara Khania memecahkan keheningan saat mereka sudah tiba di depan rumah Khania.

"Pak boleh saya bertanya?" tanya Khania sambil menatap Efgan dengan lembut tanpa ada tatapan sinis yang biasanya dia berikan pada Efgan.

Efgan yang ditatap begitu oleh Khania menjadi salting. Dia mencoba menetralkan degup jantungnya yang entah kenapa bisa berdetak lebih kencang. "Ekhemm! Boleh." jawabnya lalu dia menatap Khania.

"Kenapa anda mau bersusah payah menjaga dan melindungi saya? Padahal saya tau anda itu bukan saudara ataupun teman Mas Albi. Karena saya tau semua teman-temannya Mas Albi," tanya Khania pada Efgan.

Dia sangat penasaran kenapa bisa lelaki di hadapannya ini mau repot-repot menjaganya.

"Karena saya sudah berjanji kepada suami kamu untuk menggantikan dia menjaga dan melindungi kamu," jawab Efgan sambil memalingkan wajahnya dari Khania.

"Kenapa ... Kenapa anda mau berjanji seperti itu?! Anda bisa saja kan membiarkan atau tak memedulikan ucapan Mas Albi yang bagi anda dia itu orang asing! Apa ada alasan lain sampai anda mau berjanji untuk menjaga saya dan menggantikan Mas Albi untuk melindungi saya?"

Khania benar-benar tidak mengerti kenapa orang asing di hadapannya ini mau susah-susah menjaganya, dan meluangkan waktunya untuk mengikuti Khania. Apa orang ini tidak punya pekerjaan lain selain mengikuti Khania.

Efgan hanya diam membisu. Efgan tidak tau apa dia harus memberitahu Khania yang sebenarnya, alasan kenapa dia mau menjaganya, atau dia harus merahasiakannya?! Efgan sungguh dilema.

"Ayo bicaralah ... katakan apa alasan anda sampai anda mau repot-repot menjaga saya?" seru Khania yang sudah tak sabar ingin mendengar alasan apa yang akan lelaki ini berikan kepadanya.

"Maaf."

Hanya satu kata yang terlontar dari mulut Efgan. Efgan lalu menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh arti.

"Untuk apa?" tanya Khania dengan mengerutkan alisnya.

Khania hanya ingin tau alasannya, kenapa lelaki ini mau menjaganya sampai sebegitunya, hingga lelaki itu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi dirinya. Bukan kata maaf yang ingin dia dengar.

Lagi-lagi Efgan tidak menjawab dan hanya menatap Khania dengan tatapan penuh penyesalan.

Ingin rasanya Efgan memberitahukan alasan yang sebenarnya. Namun entah kenapa ada perasaan takut di dalam hatinya jika Khania sampai mengetahui alasan di balik dia ingin menjaganya sudah pasti Khania akan membenci dan akan menjauhinya. Dan Efgan tidak mau itu terjadi.

"Baiklah jika anda tidak ingin memberitahu saya apa alasan anda mau menjaga saya, saya tidak akan memaksa! Saya harap ini pertemuan terakhir kita. Dan saya minta kepada anda tolong jangan pernah muncul lagi di hadapan saya. Karena saya tidak tau apa tujuan dan maksud anda mendekati saya."

Setelahnya Khania keluar dari mobil Efgan.

Efgan yang melihat Khania keluar tampak tak terima Khania menyuruhnya untuk menjauh.

"Ayolah Efgan berfikir, alasan apa yang bisa dia terima tanpa harus membencimu!" Efgan tampak berpikir keras. "Masa iya aku harus memberitahu dia yang sebenarnya?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 133

    "Iya Nek, aku positif hamil," jawab Khania dengan lesu."Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah Engkau telah memberikan kepercayaan lagi pada cucu dan cucu menantuku," ucap nenek dengan senang. "Efgan pasti akan sangat bahagia dengan kabar gembira ini, dan Kai pasti akan sangat senang dia kalau tau akan segera punya adik," Khania tampak tak senang."Kamu kenapa kok wajahnya seperti tidak senang gitu?" tanya nenek yang menyadari dengan raut wajah Khania yang ditekuk."Nia takut Nek," ucap Khania jujur."Apa yang kamu takutkan sayang?" tanya nenek dengan lembut."Nia takut, apa yang terjadi pada kehamilan Nia dulu nanti terulang lagi," "Sssttt, kamu gak boleh bilang begitu. Keadaan dulu dan sekarang itu berbeda. Kamu gak usah takut dan khawatir. Karena kita semua pasti akan menjaga kami dan anak yang asa di dalam kandungan kamu ini. Kamu sekarang jangan berpikiran yang buruk-buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu dan kamu harus happy dengan kehadiran cicit Nenek ini," ucap nenek sambil menge

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 132

    "Aku kenapa Nek?" tanya Khania penasaran."Apa mungkin kamu kesambet Nia? Jangan-jangan kamu itu kemasukan jin buto ijo?" ucap nenek ngawur.Khania yang mendengar itu sontak terbelalak.Pak supir yang mendengar ucapan nenek mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa. Namun, tak berani."Ma-maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Khania yang terkejut."Ya habisnya tingkah kamu itu gak biasa. Kamu biasanya gak pernah makan banyak. Tapi, hari ini Nenek lihat kamu makan banyak," ucap nenek.Khania nampak berpikir, ia mencerna ucapan nenek."Iya juga ya Nek! Aku juga merasa aneh Nek dengan diri aku belakangan ini," ucap Khania."Ya udah. Besok kita ke pak ustad buat Ruqyah kamu," usul nenek.Khania pun mengangguk-anggukan kepalanya."Iya Nek, boleh," sahut Khania.Setelah percakapan itu, tak ada lagi yang berbicara mau itu nenek ataupun Khania. Mereka sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.Sampai akhirnya mob

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 131

    Malam harinya.Khania yang seharian ini bad mood hanya diam seharian di dalam kamar. Semua orang yang khawatir dengan Khania. Mereka semua berusaha membujuk Khania agar keluar kamar dan makan. "Sayang, buka dulu ya pintunya. Kamu makan dulu," bujuk Efgan.Namun, tak ada jawaban dari dalam kamar."Nia sayang. Buka dulu ya pintunya. Ini nenek sayang," ucap nenek sambil mengetuk pintu.Lama mereka menunggu sampai terdengar suara kunci yang dibuka dari dalam. Dan sesaat kemudian Khania pun muncul dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi."Kamu mau ke mana?" tanya nenek dan Efgan hampir bersamaan.Khania hanya diam saja tak menjawab. Ia menatap Efgan dengan tatapan yang nyalang. Lalu ia pun menoleh ke arah nenek dan tersenyum."Nia mau keluar sebentar ya Nek, mau cari bakso. Entah kenapa dari tadi Nia terus aja kepikiran bakso yang kuahnya itu pedes banget." Khania sengaja menekankan kata pedas agar suaminya mendengar.Efgan hendak menyela ucapan Khania. Namun, nenek lebih dulu men

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 130

    "Kenapa Nek?" tanya Khania yang heran saat melihat nenek menatapnya dengan dalam dan intens.Nenek segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Enggak, jadi kamu gak ada masalah ya sama Efgan?" tanya nenek lagi."Enggak Nek, aku gak ada masalah sama mas Efgan," "Syukurlah kalau gitu," ucap nenek."Oh iya Nek, tadi aku sempat denger mobilnya mas Efgan. Apa dia tadi keluar?" tanya Khania."Iya, tadi katanya mau cari angin sebentar keluar," sahut nenek.Khania menganggukan kepalanya."Ya udah, Nenek keluar dulu ya sayang," pamit nenek sambil berdiri."Iya Nek," jawab Khania.Setelah nenek pergi. Khania segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo Mas," ucap Khania saat panggilan itu sudah terhubung."Ada apa sayang?" tanya Efgan yang terdengar khawatir."Enggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu," ucap Khania yang ssontak menbuat Efgan terkejut sampai-sampai ia mengerem mobilnya mendadak. Beruntung tak ada kenda

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 129

    Waktu terus berlalu, sampai tidah terasa sudah dua tahun berlalu.Khania kini tengah sibuk menyipakan pernikahan Monic dan Glen, karena banyak hal yang membuat pernikahan Monic dan Glen harus diundur sampai sekarang."Mas, kamu itu kenapa malah asyik sendiri di sini sih? Kamu gak bantuin orang-orang apa?" omel Khania saat melihat Efgan yang tengah duduk di teras depan."Aku tadi udah bantuin lho sayang. Ini lagi istirahat bentar, lagian juga kenapa aku harus ikutan sibuk gini sih?" keluh Efgan.Khania yang mendengar keluhan Efgan bukannya iba malah memelototinya."Iya, iya. Ini aku mau bantu lagi." Efgan dengan malas bangkit dari duduknya dan kembali membantu orang-orang untuk mempersiapkan pernikahan Monic yang tinggal beberapa hari lagi.Khania tersenyum saat melihat Efgan kembali bekerja. Ia pun masuk ke dalam untuk bertemu sang anak yang memang sengaja ia titipkan pada Gabriel."Gab, Kai gak rewel kan?" tanya Khania saat ia sudah tiba di dekat Gabriel

  • Jodoh Titipan Mendiang Suamiku   BAB 128

    Seorang suster datang ke ruangan Khania untuk memeriksa keadaan Khania. Dan setelah Khania diperiksa suster itu pun kembali."Nek. Apa Kai baik-baik saja?" ucap Khania tiba-tiba. "Kai baik-baik aja sayang. Dia tadi Nenek titipkan sama Monic jadi kamu gak udah khawatir ya," sahut nenek sambil membelai rambut Khania."Mas, gimana keadaan Gabriel?" tanya Khania."Dia baik-baik aja, dia juga udah lewati masa kritisnya. Jadi kamu gak usah khawatir lagi ya sayang. Gabriel baik-baik aja sekarang," jawab Efgan singkat.Khania menanggukan kepalanya.Nenek tak terkejut karena sudah diberi tahu tentang Gabriel yang menyelamatkan Khania dan juga Kai. Nenek malah sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gabriel karena sudah menolong cucu menantu dan cicitnya.Dua minggu kemudian.Khania yang tengah memberi ASI pada Kai di kamar terkejut saat tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau jika itu ulah suaminya."Mas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status