Share

Bab 85

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-03 16:15:37

85

Seorang pria berkemeja putih, duduk di tepi makam bertuliskan nama Isnindar di batu nisannya. Pria itu berbincang satu arah dengan suara pelan. Sekali-sekali dia akan berhenti, untuk menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu.

Daisaq yang duduk di dekat makam area depan, memerhatikan sang bos yang sedang membersihkan makam Isnindar, sembari terus mengoceh sendiri.

Hati Daisaq mencelos. Dia akhirnya memahami ucapan Diaz dan Alvaro, jika hanya tampilan fisik Haikal saja yang gagah. Namun, hati pria paruh baya itu sangat lembut.

Daisaq memang tidak dekat dengan almarhumah Isnindar, karena saat dia bergabung menjadi pengawal PBK, Isnindar sudah wafat. Namun, Daisaq bisa mengetahui jika istri pertama Haikal itu adalah sosok yang baik, cerdas, tegas, dan rendah hati.

Daisaq ingat kala Diaz menceritakan kedekatannya dengan Isnindar. Daisaq tercenung, karena saat mendongeng itu Diaz terisak-isak, sebab sangat kehilangan sosok pengganti ibunya di tempat kerja.

Lamunan Daisaq t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 90

    90Waktu terus berjalan. Kehidupan rumah tangga Haikal dan Lula kian harmonis. Meskipun sama-sama sibuk, tetapi mereka selalu menyisihkan waktu berdua saja pada saat-saat tertentu.Pagi itu, Haikal dan Lula berpamitan pada Bariq serta Ghazwa. Mereka akan berangkat ke Bali untuk menghadiri acara resepsi salah satu klien kantor, yang dilakukan di Pulau Dewata. Baadal dan Zefa diajak serta. Begitu pula dengan kedua ajudan, dan Nana. Sedangkan Bariq dan Ghazwa akan menyusul esok sore, bersama Titin dan Darian, Adik bungsu Dimas, yang merupakan anggota tim lapis 17. Haikal dan keluarganya berangkat bersama tim Pramudya dan Baltissen, menggunakan pesawat milik Sultan. Sedangkan para bos lainnya menumpang di pesawat milik keluarga Adhitama. Haikal menggeleng pelan ketika melihat perdebatan Yanuar versus Marley, yang sama-sama ingin menguasai Zefa. Perdebatan itu kian sengit, karena Alvaro, Prabu, dan Panglima, berlakon sebagai tim kompor. "Papi, diam!" desis Malanaya, sebelum menyeret sua

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 89

    89Hari berganti hari. Haikal menunaikan janjinya pada Felix. Sore itu Haikal mendatangi mantan musuhnya itu bersama Lula, Zefa, Rita, Daisaq, Tio, Sultan, Alvaro, dan Gustavo. Serta Yazan, Restu, Emryn, Righa, Gunandar, dan Ghea.Kehadiran mereka disambut hangat Anita dan kedua keponakannya. Mereka berebutan untuk menggendong Zefa, hingga bayi itu tertidur dalam gendongan Anita. Felix yang sudah bisa berbicara lebih lancar, sangat senang bisa bertemu dengan Gustavo dan Sultan. Felix menyampaikan permohonan maaf dirinya dan mendiang Sandro, yang disambut antusias Sultan serta Gustavo. "Kamu kuliah jurusan apa?" tanya Tio sembari memandangi Stefan dengan saksama. "Bahasa Jerman, Om," terang Stefan."Itu bahasa yang sulit, dan masih jarang dikuasai orang kita." "Ya. Aku dari dulu kepengen kuliah di sana. Tapi, karena nggak bisa, akhirnya aku belajar bahasanya aja. Siapa tahu, suatu saat aku bisa kerja sambil kuliah S2 di sana." "Betul. Itu rencana yang bagus." Tio mengalihkan panda

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 88

    88 Berita teraktual mengenai Felix Saptaji, mengejutkan Haikal. Dia dan Alvaro beserta beberapa orang lainnya, segera mendatangi RS Polri untuk menjenguk Felix.Haikal dan rekan-rekannya mesti menunggu belasan menit di lorong dekat ruang perawatan Felix, sebelum diizinkan masuk oleh petugas jaga. Sepasang anak muda yang berada di ruangan itu, serentak berdiri dari sofa, saat melihat sekelompok pria berseragam safari hitam yang tengah memasuki ruangan. Seorang perempuan paruh baya yang duduk di kursi dekat ranjang, berdiri dan menyalami semua tamu. Dia menyentuh lengan kanan Felix dan membangunkan pria itu dengan lembut. "Silakan duduk," ujar Anita, sembari mengarahkan tangan kanannya ke set sofa, dan beberapa kursi di sekitar ruangan. "Boleh saya tahu, kalian dari mana?" tanyanya. "Kami dari Baltissen Grup," jawab Alvaro. "Saya, Alvaro Gustav Baltissen, komisaris 5. Yang ini, Bang Haikal Jabbar, direktur utama, sekaligus komisaris 10," lanjutnya. "Sebelah sana, Wirya, komisaris

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 87

    87Kekisruhan yang terjadi di grup PCT, menjadikan para mentor mereka ikut pusing. Terutama, karena kasus itu akhirnya berkembang menjadi tidak terkendali, dan berimbas ke berbagai proyek bersama. Haikal yang baru beberapa hari lalu pulang dinas dari Eropa, terpaksa menerima permintaan Wirya dan Aswin, untuk ikut menenangkan situasi. Sebab jika masalah intern itu tidak bisa diselesaikan, maka Tio akan mengambil tindakan tegas pada orang-orang yang bersangkutan. Sore itu, Haikal mendatangi kediaman Wirya. Dia ikut menumpang mandi, lalu berbincang dengan ketiga bocah, sembari menunggu Daisaq yang tengah membersihkan diri di toilet kamar tamu. Haikal terkekeh mendengar cerita Marwa tentang teman-teman di sekolahnya, yang pada heboh saat Vanetta datang menjemputnya beberapa hari lalu.Hal serupa juga diceritakan Bayazid. Bahkan, jika Vanetta hendak jalan-jalan, maka Bayazid langsung bersiaga untuk menjadi pengawal perempuan tersebut. "Bang, ikut bentar ke ruang kerja. Aku mau ngomong s

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 86

    86Waktu terus berjalan. Siang itu, Haikal mendatangi lapas bersama Alvaro, Zulfi, Righa, Ghea, dan beberapa ajudan muda. Mereka hendak menjemput Gunandar yang telah selesai masa hukumannya. Isakan Ghea terdengar ketika memeluk kakaknya. Gunandar turut menitikkan air mata bahagia, karena bisa bebas dari penjara.Seusai berbincang singkat, kelompok itu segera menaiki 2 mobil MPV mewah. Daisaq dan Righa, mengemudikan mobil bos masing-masing menuju kediaman Sultan Pramudya. Setibanya di sana, Gunandar kaget, karena banyak orang telah berada di tempat itu. Termasuk Paman dan bibinya, yang khusus datang dari kampung untuk menyambutnya.Isak tangis mewarnai pertemuan keluarga kecil itu. Gunandar sangat terharu, karena Kakak dan Adik dari almarhumah ibunya, rela jauh-jauh datang hanya untuk menemuinya. Sultan mengajak semua orang memasuki ruang tengah, yang lebih besar dari ruang tamu. Sultan memberikan pidato singkat untuk menyambut kebebasan Gunandar. Kemudian dia meminta Haikal untuk me

  • Jodoh Wasiat Istri    Bab 85

    85Seorang pria berkemeja putih, duduk di tepi makam bertuliskan nama Isnindar di batu nisannya. Pria itu berbincang satu arah dengan suara pelan. Sekali-sekali dia akan berhenti, untuk menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu. Daisaq yang duduk di dekat makam area depan, memerhatikan sang bos yang sedang membersihkan makam Isnindar, sembari terus mengoceh sendiri.Hati Daisaq mencelos. Dia akhirnya memahami ucapan Diaz dan Alvaro, jika hanya tampilan fisik Haikal saja yang gagah. Namun, hati pria paruh baya itu sangat lembut.Daisaq memang tidak dekat dengan almarhumah Isnindar, karena saat dia bergabung menjadi pengawal PBK, Isnindar sudah wafat. Namun, Daisaq bisa mengetahui jika istri pertama Haikal itu adalah sosok yang baik, cerdas, tegas, dan rendah hati. Daisaq ingat kala Diaz menceritakan kedekatannya dengan Isnindar. Daisaq tercenung, karena saat mendongeng itu Diaz terisak-isak, sebab sangat kehilangan sosok pengganti ibunya di tempat kerja. Lamunan Daisaq t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status