Home / Rumah Tangga / Jodoh Wasiat Kakek / 9. Apartemen Anjas 1

Share

9. Apartemen Anjas 1

Author: Edyt Rifa'i
last update Huling Na-update: 2024-05-02 09:41:07

Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya.

"Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. "

"Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam.

"Mas gak janji, Nye ...

Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman.

Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.

Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik."

"Iya, Mas.

Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.

Boleh ya, Mas.

Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartemen?" Anjas hanya bisa menghela napas.

Jelas-jelas ia memilih tinggal di apartemen untuk menghindari gadis yang kini berada dalam pelukannya. Lha ini sang gadis malah merengek minta di bawa menghabiskan hari menemaninya di sana.

Jadi sebenarnya bagaimana ini konsepnya? Anjas sungguh jadi kebingungan sendiri.

Anjas menekan passcode apartemennya sesaat sebelum ia dan Anyelir memasuki tempat tinggal pemuda itu.

"Siapa aja yang sudah pernah main ke sini, Mas?" Anye berdecak kagum, ia menyukai apart minimalis yang didominasi warna-warna monokrom khas pria dewasa milik Anjas.

"Aku gak pernah mengundang atau bawa teman pulang ke apartemen.

Buat aku hunian ini privasi sifatnya. Palingan Andre, sohib sekaligus kawan kantor yang pernah mengantarkan berkas pentingku yang tertinggal beberapa bulan lalu.

Bunda bahkan belum pernah menginjakan kakinya ke tempat ini, meski apartemen ini Om Arya yang merekomendasikan."

"Apa aku wanita pertama yang kamu izinkan masuk ke sini, Mas?" Anye tersenyum imut sembari menatap sayu ke arah Anjas yang mulai salah tingkah.

"Cleaning service langgananku, dia juga wanita, rutin datang setiap akhir pekan.

Kalau kita datang agak pagi mungkin ada rezeki bertemu dengannya. Anaknya ada yang seusia kamu."

Anye mencebik, tentu bukan cleaning service yang ia maksudkan.

"Sebetulnya di sini ada dua kamar, tapi satunya sudah Mas jadikan ruang kerja.

Jadi kalau kamu ingin istirahat, gak apa di kamar Mas aja. Seharian ini juga Mas akan sibuk di ruang kerja sepertinya. "

"Oke Mas, selamat bekerja! Oh ya, Mas mau kubuatin kopi atau minuman lain mungkin yang ada di kulkas?

"Air mineral saja, Nye. Cukup siapkan satu tumbler yang ada di pantry, nanti kalau kurang bisa Mas tambahin sendiri.

Kamu gak keberatan kalau room tour sendiri kan? Soalnya Mas harus segera buka laptop dan mulai menyiapkan materi."

"My pleasure, tenang aja Mas ..

Belum apa-apa sepertinya aku sudah betah aja lama-lama di sini.

Oh ya, Mas! Gak apa ya aku ceki-ceki isi kulkas kamu, siapa tahu ada bahan-bahan yang bisa aku eksekusi untuk makan siang kita, jadi aku ada kegiatan dan ada manfaatnya juga berada di sini."

"Silakan Tuan Putri, silakan periksa semua yang kamu inginkan. Seperti dulu, kamu bahkan bisa lebih hapal di mana letak barang-barangku ketika masih tinggal di mansion." Keduanya lalu tergelak bersama.

Anyelir benar-benar terkesan dengan apartemen Anjas yang menurutnya so homey, so comfort. cozylah pokoknya, sungguh membuatnya nyaman.

Anye menyukai kamar utama Anjas yang terkesan romantis, menyukai dapurnya yang minimalis, balkonnya yang manis, bahkan ruang tengahnya yang elegan dan berkelas dengan pilihan furniture yang so manly.

Anye tak membuang waktu dengan segera memeriksa isi kulkas Anjas yang ternyata cukup lengkap dan tertata rapi, memudahkan ia menemukan apa-apa saja yang ia butuhkan.

'Ya, ampun ... ternyata Mas Anjas juga punya stok saus kacang di kulkasnya,' Anyelir so excited.

Dia juga memeriksa laci-laci pada kitchen set tempat Anjas menyimpan persediaan makanan keringnya.

Segera Anye mengambil sekotak spaghetti dan saus kacang juga tomat dan selada. Dia akan berkreasi, tekadnya. Mengambil sepotong daging beku di freezer dan berencana membuat steak ala Anye yang tentunya tak jauh-jauh dari pengaplikasian saus kacang favoritnya.

Anye juga mengambil beberapa buah yang ia temukan dalam keranjang di atas meja makan minimalis di antara pantry dan ruang tengah yang cocok digunakan sebagai tempat bersantai sambil menonton televisi.

Menyiapkan peralatan tempur yang juga mudah ditemukan. Semua bersih dan rapi meski kentara tampak sering digunakan oleh pemiliknya.

Itu menandakan Anjas terbiasa memasak sendiri makanannya dari pada membeli di luaran.

Waktu Anye tak banyak menjelang adzan dzuhur berkumandang. Ia pun segera mengeksekusi bahan-bahan yang telah ia siapkan dengan gegap gempita.

Ya, Anyelir memang sangat hobi memasak, itu karena Anjas sering mengajaknya membantu bunda mengeksekusi resep kala masih tinggal bersama di mansion dulu.

Anjas sendiri juga terampil memasak karena didikan sang bunda yang ingin memiliki putra yang serba bisa dan dapat diandalkan dalam segala situasi.

'Oh no, aku lupa menyiapkan tumbler air mineral untuk Mas Anjas!' jerit Anye dalam hati yang baru teringat kalau Anjas memintanya menyiapkan sebuah tumbler berisikan air mineral untuk menemaninya bekerja. Ia pun bergegas menyiapkan air tersebut lebih dulu lalu mengantarkannya.

"Maaf, Anye hampir lupa," rajuknya seraya menyerahkan tumbler langsung ke tangan Anjas yang langsung menenggak separuh isi botol itu.

Tanpa ragu Anye melompat duduk di pangkuan kakaknya sembari mengalungkan kedua lengannya ke leher sang kakak seperti saat mereka masih remaja dulu.

"Mas aku suka sekali di sini, sesekali izinkan aku menginap di sini ya," bujuk sang jelita.

"Setelah kita halal kamu boleh setiap malam menemaniku di sini," bisik Anjas yang terdengar sensual dan berhasil meremangkan bulu kuduk sang jelita.

TBC

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eka Damayanti Rifa'i
cieee cieee yang pengen langsung dihalalkan aja itu, hehehehe
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jodoh Wasiat Kakek   86. Identitas Anjas

    Rosana tak kuasa menahan luapan emosi yang telah ia tahan selama dua pekan terakhir ini. Mendapati kenyataan sang suami pernah menduakannya telah benar-benar menguji kewarasan wanita yang sebagian rambutnya telah memutih itu.Kenyataan yang membuatnya merasakan kesakitan yang teramat sangat tentu saja dikarenakan ia mengenal dengan sangat baik sosok wanita yang pernah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya. Jangan dikira karena wanita itu telah tiada, lantas dapat dengan mudah menghapus segala rasa yang hadir pasca tersibaknya tabir kelam pers3l1ngkuh4n sang suami yang pernah teramat ia cintai. Tidak segampang itu dan Lukman Bagaskara menyadari pula hal tersebut. "Haruskah aku bersimpuh di kakimu, Rosana?" Lukman mengiba. Rosana membuang tatapannya ke luar jendela. Hatinya masih sangat panas, luka tak berdarah itu masih terasa begitu perih, Ia bahkan tak tahu lagi bagaimana cara meneduhkan luka bathin yang kerap kembali menganga setiap kali ia mengingat sosok Melati dan juga

  • Jodoh Wasiat Kakek   85. Peran Cadangan

    Anjas tak menyangka akan menuai penolakan dari sang ayah mertua.Padahal sebelum memutuskan akan membawa Anye ikut tinggal bersamanya di rumah dinas petani, Anjas telah mempertimbangkan matang-matang segala sesuatunya dari segala sisi.Dari sisi keamanan dan kenyamanan jelas rumah dinasnya lebih unggul, karena selain berada di tengah hamparan kebun sayur yang indah, pengamanan jelas sangat diutamakan mengingat mereka berada di tengah-tengah komoditi utama yang tentu saja sangat ketat dilindungi oleh sistem yang dirancang sedemikian rupa oleh Anjas dibantu semua staff yang ada di instalasi perkebunan hidroponik miliknya. Jangan ragukan kenyamanan yang telah Anjas persiapkan. Meski terlihat sederhana dari luar, sesungguhnya Anjas telah meng-upgrade banyak hal di rumah dinasnya menyesuaikan dengan kebutuhan pemulihan Anye. Semua itu ia persiapkan selama Anye berada dalam keadaan koma selama empat belas hari terakhir. "Papi apa pernah berkunjung ke rumah dinasku yang berada di pinggir k

  • Jodoh Wasiat Kakek   84. Izin Pulang

    Mata yang tadinya berkaca-kaca kini telah basah oleh air mata yang menggenang berselimut haru."T t tapi ... a a aku ... k k ka ki a a a ku ... kaki aku ...." Anye menggelengkan kepalanya sembari sebelah tangan menyentuh permukaan bibir menahan isakan yang pecah diwarnai kekalutan dan rasa hancur."Its okay, its no a big deal ... di mataku kamu sempurna, Sayangku ... ada atau tidak adanya pergelangan kakimu tidak mengubah sedikitpun rasa yang aku miliki padamu, bahkan menambah rasa sayang dan kekagumanku padamu karena telah memberanikan diri mengambil langkah demi mewujudkan hubungan kita yang semestinya, walau berakhir begini ... aku mohon, bersabarlah. Semua insyaa Allah akan baik-baik saja ke depannya. Trust me, kita hadapi semua sama-sama ya, Sayang." Anjas meraih telapak tangan Anye, dan menciumnya dengan lembut penuh kasih."Aku tidak mau lama-lama berada di sini, Mas," rengek Anye. Anjas tersenyum lembut sembari kembali menciumi tangan Anye yang masih berada di dalam genggam

  • Jodoh Wasiat Kakek   83. Anye Siuman

    Anjas tak bosan-bosannya berada di dekat sang istri terkasih. Berdoa tanpa jeda mengharap sang kekasih membuka mata dan kembali seperti sedia kala. Meski kini pergelangan kaki sebelah kiri Anye telah diamputasi, Anjas tak pernah mempermasalahkan itu. Kaki artificial untuk Anye bahkan telah dipesan oleh Arya Bagaskara untuk sang putri sematawayang kesayangan. Anjas tak mempermasalahkan ketidakhadiran Lukman Bagaskara, yang penting saat ini Anye telah berhasil ia halalkan, dinikahi secara sah dengan menggenggam tangan ayah kandung sang kekasih kala ijab kabul dilafadzkan. Anjas begitu bersyukur kini telah menjadi sosok suami bagi wanita yang paling ia inginkan dalam hidupnya. Wanita yang ia jaga sejak terlahir ke dunia, dibersamai dengan penuh kasih sayang hingga putik cinta bermekaran di hati keduanya. Anjas rutin membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an saat berada di sisi Anye. Sesekali ia akan membisikkan kata-kata cinta dan pengharapan ke telinga sang dayita. "Baby, buka matanya

  • Jodoh Wasiat Kakek   82. Menikah di RS

    Anjas dan Arya saling menatap sarat kepedihan."Apakah memang tidak dapat dipertahankan saja? Aku khawatir Anyelir shock saat ia siuman nanti." Arya mencoba untuk bernegosiasi."Terlalu beresiko, Pak. Kami hanya ingin mengusahakan yang terbaik untuk keselamatan putri anda." Seorang dokter mencoba memberikan penjelasan pada Arya terkait sebelah kaki Anye yang memang tak dapat diselamatkan. "Segera nikahkan kami, Om, agar aku dapat turut merawat Anyelir," pinta Anjas. "Bagaimana kalau bertunangan saja dulu, Jas?" tawar Arya. Cepat Anjas menggeleng dengan tegas."Sebagai tunangan Anye aku belum halal untuk menyentuhnya, sementara ia sedang sakit, ia pasti membutuhkanku sebagai kakinya, tangannya, matanya dan segala yang ada pada dirinya.Tolong, OmKumohon mengertilah, Anye akan lebih cepat pulih dibawah perawatanku. Aku akan selalu ada untuknya.Aku akan membawanya tinggal bersamaku. Siang malam akan kami lewati bersama, aku yakin ia akan lebih bahagia kala mendapatiku saat membuka

  • Jodoh Wasiat Kakek   81. Restu Arya

    Anye segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Anjas selalu setia mendampingi calon istrinya dan tak lupa menghubungi Arya untuk mengabarkan kondisi Anye. Arya tiba secepatnya ke tempat yang diberitahukan oleh Anjas. Kini keduanya sama-sama bergeming menanti kelanjutan kabar nasib orang yang mereka cintai."Pasien akan kita pindahkan ke ruang ICU, siapa di sini yang akan bertanggungjawab terkait administrasi dan lainnya?""Saya!""Saya!""Anye itu putri Om, Jas ... biar Om yang menanggung semua, lagi pula pengendara g1l4 yang melanggar putri Om sudah diringkus, Om tidak akan dengan mudah melepaskannya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anye putri Om satu-satunya, jantung hati Om!" Arya menegaskan posisinya pada sang calon menantu. Anjas mengangguk patuh."Kau berhutang penjelasan pada Om, apa yang kalian lakukan di apartemen itu? Kenapa Anye bisa mengalami kecelakaan yang membuat dia tak sadarkan diri di ICU saat ini?"Anjas menjelaskan dengan detail awal mula ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status