Share

Bab 7

Author: Pena Merah
last update Huling Na-update: 2021-07-13 10:16:41

Laki-laki itu kembali membantu Jasmin menyebrangi jalan dan merelakan mobilnya berhenti di tengah jalan.

" Terimakasih " ucap Jasmin menunduk

" Sama-sama " jawabnya, ia pun langsung berjalan menuju mobilnya.

" Sebenarnya siapa dia ?" batin Jasmin melihat sosok laki-laki tersebut yang berjalan membelakanginya.

Jasmin pun memutuskan untuk kembali ke dalam kedai, ia menghampiri ibunya yang sudah menghabiskan es krim pesanannya. Pandangan Jasmin melihat es krim miliknya yang sebagian sudah mencair. Jasmin duduk dan mulai menghabiskan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, Jasmin dan Fatimah kembali melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa menit sampai rumah.

Setibanya di rumah Jasmin mengejar ibunya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah.

" Bu ... Sebentar lagi kan bulan puasa, Jasmin boleh belajar sesuatu dari ibu ?" tanyanya sambil mengatur napas

" Boleh, belajar apa nak ?" Fatimah berbalik tanya seraya meletakkan tempat makan yang kotor di atas meja.

" Buat kue kacang " jawabnya sambil mengembangkan senyum manis.

" Oke... Setelah sholat Ashar ya nak, ibu mau istirahat sebentar " Fatimah menyuruh Bi Ani untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat kue nanti bersama Jasmin, termasuk menyangrai kacang tanah terlebih dahulu. Dalam benak Jasmin ia ingin selalu belajar memasak dengan ibunya, agar setelah menikah nanti, ia mampu bergulat di dapur suaminya. 

Waktu terus berjalan cepat, Ismail yang sedang sibuk dengan berkas-berkas penjualan yang berada di mejanya, sejenak terdiam kala dirinya mendengar ketukan dari balik pintu ruangannya. Ismail dengan tangan yang masih sibuk mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam ruangannya.

" Assalamualaikum Om " sapanya sopan

" Wa'alaikumus salam " jawab Ismail seraya membenarkan kacamatanya yang bertengger di hidungnya. Ismail mencoba menebak laki-laki yang kini berdiri di hadapannya.

" Nak Syarif ?" tanya Ismail

" Iya om, saya Syarif putra Bapak Musa yang akan meminang putri bapak " jawabnya seraya mencium tangan Ismail 

" Silahkan... Silahkan duduk nak " Ismail bahagia melihat kedatangan Syarif ke kantornya. Syarif pun duduk, ia mengutarakan kedatangannya.

" Saya kesini untuk menyerahkan CV saya Om, tadi siang Abi memberikan alamat kantor Om" ucapnya seraya menyodorkan map coklat di atas meja

" Saya terima CV-nya, nanti sepulang kerja akan saya serahkan kepada putri saya " jawabnya seraya mengambil amplop coklat milik Syarif.

" Bagaimana dengan usaha mu nak ? Om dengar kamu sudah sukses " tanyanya

" Alhamdulillah Om, hasilnya sudah bisa untuk membeli rumah dan fasilitas lainnya " jawabnya dengan rendah hati.

" Alhamdulillah, semoga sukses selalu " Ismail turut senang 

" Aamiin, Oh iya Om maaf saya tidak bisa berlama-lama. Saya izin pamit pulang, Assalamualaikum " ujarnya dengan sopan berpamitan kepada laki-laki paruh baya yang mungkin akan menjadi ayah mertuanya.

" Wa'alaikum salam " jawabnya, Syarif beranjak dari tempat duduknya dan kembali mencium punggung tangan Ismail.Laki-laki bernama lengkap Muhammad Syarif Afendra merupakan pengusaha sukses. Diusianya yang terbilang sangat muda, ia mampu mengembangkan sayapnya di bidang bisnis parfum yang kini berdiri di ibukota.

Di tempat lain tepatnya di dapur, semua bahan sudah siap di atas meja. Bi Ani telah menyiapkan semua bahan lengkap dengan peralatan yang akan di gunakan. Jasmin mulai mengikuti ucapan ibunya, dengan senang Jasmin mulai membuat adonan kue kacang tentunya tidak lepas dari pengawasan Fatimah. Fatimah hanya duduk di kursi melihat putrinya yang sedang belajar, step demi step Fatimah ajarkan kepada putrinya. Setelah adonan siap di cetak, Jasmin dengan senang hati membentuk kue menjadi beberapa bentuk yang unik. Tak lupa ia pun memberi olesan telur diatasnya, loyang pertama berhasil masuk ke dalam oven yang sudah ia panaskan. Sembari menunggu ia terus mencetak kue sampai selesai.

" Lelah bu, tapi menyenangkan " cicit Jasmin seraya duduk di dekat Ibunya.

" Istirahat dulu nak " jawab Fatimah yang mulai bergantian untuk mencetak kue. Sudah dua puluh menit lamanya, dua loyang keluar dari dalam oven.

" Emmm wangi bu " ucap Jasmin sambil memejamkan matanya, Fatimah yang melihat tingkah putrinya hanya bisa tersenyum sembari membereskan meja.Benar yang dikatakan Jasmin, kue kacang hasil buatannya menebarkan wangi ke seluruh penjuru ruangan.

Tepat pukul lima sore Ismail pulang dengan membawa map coklat milik Syarif. "Assalamualaikum " Ismail memasuki rumah dengan hidung yang terus mengendus aroma kue kacang.

" Wa'alaikumus salam, ayah... Ayah sini cobain kue hasil buatan Jasmin " ucap Jasmin mencium tangan ayahnya lalu menarik dan memerintah ayahnya untuk duduk serta mencicipi kue hasil buatannya.

" Ibu dimana nak ?" tanya Ismail sembari berjalan ke wastafel untuk cuci tangan.

" Ibu, baru saja masuk ke kamar yah " jawabnya

" Kuenya enak nak, ayah suka. " pujian setelah melahap kue kacang buatan Jasmin.

" Ini untuk mu nak, semoga saja kamu bisa menerimanya menjadi imam mu kelak " imbuh Ismail seraya mengulurkan map berwarna coklat, seketika Jasmin menghentikan aktivitasnya. 

" Ayah, secepat ini kita bisa bertukar CV. Memang Om Musa rumahnya dimana yah ?" tanya Jasmin sembari mengambil map tersebut.

" Dari sini cukup dekat sayang, ya sudah ayah mau mandi dulu nak. Nanti ayah lanjut lagi makan kuenya " Ismail beranjak dari tempat duduknya, ketika ayahnya sudah masuk ke dalam kamar, Jasmin buru-buru merapikan hasil kuenya, ia ingin sekali membuka map dari calon imamnya. Rasa tidak sabar tumbuh begitu saja, membuat dirinya tergesa-gesa saat berjalan ke kamar.

Sesampainya di dalam kamar, Jasmin berjalan kesana kemari sambil memegang map ditangannya. Hatinya terus bergetar saat ingin membuka map tersebut.  Jasmin melihat jam dinding yang menunjukkan waktu Maghrib akan segera tiba, ia pun mengurungkan niatnya meletakkan map tersebut di atas tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, Jasmin mengambil air wudhu lalu ia memakai mukena dan duduk di atas sajadah untuk mengulang hafalannya. Suara merdu menyelimuti ruangan kamarnya, sampai tibalah waktu Maghrib Jasmin pun berdiri untuk melaksanakan sholat. Di sela-sela doanya, Jasmin menyelipkan doa agar dirinya ikhlas saat membuka map dari calon imamnya. 

Usai berdoa tangan Jasmin mulai meraih map yang berada di atas tempat tidur.

" Bismillah " gumamnya, tangannya mulai membuka map tersebut. Jasmin mengambil satu lembar kertas putih dari dalamnya. Dengan seksama Jasmin membaca biodata calon imamnya.

Jasmin tersenyum ketika membaca biodata milik Syarif dan tercengang saat membaca di bagian profil diri.

" Hal-hal yang paling dibenci : " Saya tidak suka menunggu, termasuk menunggu mu menjadi bagian tulang rusukku " lirih Jasmin tersenyum dan memeluk secarik kertas tersebut.

" Dasar laki-laki " gumamnya seraya menyandarkan tubuhnya di sisi tempat tidur.

***

Dari balik pintu yang sedikit terbuka Fatimah melihat putrinya yang sedang memeluk erat kertas di tangannya, terlihat jelas rasa bahagia dari wajah Jasmin.

" Semoga saja laki-laki itu memang jodoh mu nak, ibu berharap semoga kamu menjadi istri yang selalu Istiqomah " batin Fatimah merasa bahagia melihat putri semata wayangnya hidup bahagia. Cukup lama Fatimah berdiri di depan pintu, hingga akhirnya ia mengetuk pintu untuk menyadarkan Jasmin.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jodoh dari ayah   Bab 41

    Sepuluh bulan berlalu, hari-hari Jasmin di sibukkan dengan mengurus putranya dengan penuh kasih sayang. Di usianya yang akan menginjak satu tahun, Hanif bertambah aktif dengan segala tingkah lucu dan menggemaskan. Jasmin mengurus Hanif dengan bantuan Bi Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, sesekali mereka bertukar tugas rumah untuk menjaga Hanif. Namun yang sering Jasmin lakukan dia lebih senang melakukan tugas rumah, melihat Bi Sumi yang sudah tua rasanya Jasmin tidak tega untuk terus menggunakan tenaganya. Seperti saat ini dari jarak yang tidak terlalu jauh Jasmin yang sedang menyiapkan makan siang untuk Hanif, ia melihat kearah Bi Sumi dan putranya yang sedang duduk. Hanif selalu senang saat bermain dengan Bi Sumi, melihat putranya tertawa terbahak layaknya anak kecil, Jasmin teringat suatu hal di hatinya." Seandainya ibu tahu, Jasmin sudah memiliki putra yang sangat lucu bu " batin Jasmin memang selalu merindukan kehadiran ibunya. Seketika air mata Jasmin su

  • Jodoh dari ayah   Bab 40

    Usai makan Rafa bercengkrama sejenak dengan keluarga Jasmin dan Syarif, sedangkan para wanita membereskan piring kotor dan membantu membereskan tempat yang digunakan mereka saat makan. Jasmin berjalan sambil memandangi perut Dokter Nina, merasa seperti ada yang aneh." Apa jangan-jangan dokter Nina hamil ?" batin Jasmin seraya menyerahkan piring kotor kearah Bi Sumi." Dok, kalau boleh tahu... Apakah dokter sedang hamil ?" tanya Jasmin menghampiri Dokter Nina yang kini sedang menata mangkok berisi lauk pauk. Dokter Nina tersenyum dan mengangguk kecil kearah Jasmin." Benarkah alhamdulillah ya Allah .... " seru Jasmin sembari memeluk tubuh Dokter Nina, kedekatan mereka kini sudah melebihi dari persahabatan. Jasmin menganggap Dokter Nina sebagaimana saudara perempuan yang saling berbagi ilmu dan menyayangi." Semoga baby-nya sehat terus ya " lanjut Jasmin, tangannya mulai mengelus perut Dokter Nina yang mulai membuncit. Dokter Nina memegang tangan Jasmin ya

  • Jodoh dari ayah   Bab 39

    Gelapnya malam yang terasa sunyi, membuat semua insan tertidur pulas. Kehadiran Hanif membawa perubahan bagi Jasmin dan Syarif. Malam ini mereka mengubah posisi tidurnya, mereka saling memeluk Hanif yang kini berada di tengah-tengah mereka. Jasmin sengaja tidak memberikan guling sebagai batasan antara Syarif dan Hanif, karena Jasmin tahu suaminya sangat menyayangi putranya. Tengah malam Syarif merasakan gerakan Hanif, kaki mungilnya terus menendang-nendang tangan Syarif yang tepat berada di bawahnya. Perlahan Syarif mulai membuka matanya, Syarif melihat putranya yang tengah terjaga. Pandangannya beralih ke arah Jasmin yang masih terlelap dan tidak merasakan putranya yang kini bangun, senyuman terlihat di wajah Syarif kala melihat istrinya." Dia pasti sangat lelah " batin Syarif beralih menggendong putranya yang kini sudah berada di tangannya, awalnya Syarif merasa takut saat menggendong buah hatinya yang masih terlihat sangat kecil namun ia menyadari tidak mungkin membangun

  • Jodoh dari ayah   Bab 38

    Usai mengadzani putranya, melalui sambungan telepon Syarif memberikan kabar bahagia kepada orang - orang yang selama ini menunggu kehadiran buah hatinya. Rona bahagia tak lepas dari wajah tampannya yang terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada istrinya yang sudah berjuang." Mas .... Putra kita belum diberi nama " ucap Jasmin sembari memegangi tangan suaminya yang hendak pergi keluar ruangan." Mas, serahkan kepada kamu sayang karena kamu yang sudah berjuang " lirih Syarif kembali duduk di sisi Jasmin" Mas saja, Mas Syarif kan sekarang sudah jadi kepala keluarga " Jasmin tersenyum begitupun dengan Syarif." Mas beri nama Hanif Yasser Syathibi, bagaimana apa kamu setuju sayang ?" tanyanya yang dianggukki oleh Jasmin." Iya mas, nama yang bagus "jawab Jasmin tersenyum.Tepat pukul sembilan malam Ayesha, Musa dan Ismail tiba di rumah sakit dimana Jasmin berada, mereka tiba secara bersamaan disaat Syarif sedang melaksanakan shalat

  • Jodoh dari ayah   Bab 37

    Empat bulan berlalu .....Kini usia kandungan Jasmin memasuki usia delapan bulan, Jasmin sering mengeluh kesulitan saat tidur dan sering merasa panas di tubuhnya. Malam pun ia sering terbangun karena sering buang air kecil, tak jarang Syarif selalu dibangunkan di malam hari untuk menemaninya makan karena perutnya terasa lapar. Syarif pun menyadari bahwa istrinya sedang berbadan dua, dengan senang Syarif selalu menemani istrinya. Akhir-akhir ini Syarif harus menjadi suami yang siap siaga. Pagi ini adalah terakhir kalinya Jasmin cek kandungan, Syarif selalu antusias saat mengantarkan Jasmin karena ia sangat senang ketika melihat perkembangan buah hatinya di layar monitor." Alhamdulillah ... Tinggal tunggu waktu saja, posisi baby-nya sudah pas " ucap Dokter Nina sembari menggerakkan alat USG di atas perut Jasmin." Alhamdulillah... Semoga dilancarkan " doa Jasmin yang masih terbaring" Aamiin " sahut Syarif dan Dokter Nina bersamaan.Usai cek kandung

  • Jodoh dari ayah   Bab 36

    Ba'da Maghrib semua warga mulai berkumpul di rumah Syarif, Syarif memang terkenal dengan sikapnya yang ramah di kalangan masyarakat sekitar. Jasmin yang hendak keluar menyapa para tamu pun di halangi oleh Syarif." Sayang diluar kan laki-laki semua, lebih baik temani Ummi saja di kamar " jelas Syarif, Jasmin pun mengangguk mengerti." Mas tidak rela, jika bidadari mas dipandang oleh banyak orang " tutur Syarif tersenyum seraya memegangi dagu Jasmin, sekilas terlihat senyuman manis di wajah Jasmin. Syarif menggandeng tangan Jasmin, untuk diantarkan ke kamar Ayesha. Setibanya di depan pintu, tangan Syarif memegang handel pintu." Ummi, Syarif titip istri kesayangan Syarif ya mi " ujar Syarif menitipkan Jasmin seperti anak kecil. Ayesha yang kini sedang menonton berita di televisi pun tersenyum." Duduk sini nak, Syarif memang terkadang protektif nya kelewatan " sahut Ayesha yang tahu sekali sikap putranya. Ayesha meminta Jasmin untuk duduk di de

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status