"Kau harus menikah denganku," ujar Jourdy dengan santai.
Pernyataan yang keluar dari mulut Jourdy membuat Carla terkejut bukan main, "Apa maksudmu, Jourdy? Mengapa kau berkata seperti itu?"
"Kau meminta bantuan kepadaku dan aku akan membantumu, tapi di dunia ini tidak ada yang gratis!" tegas Jourdy sembari menatap wajah Carla sungguh-sungguh.
Carla menggelengkan kepalanya pelan berulang kali tak menyangka Jourdy akan memberikan persyaratan yang berat untuknya, "Aku istri temanmu sendiri, bagaimana mungkin kau ingin menikah denganku?"
"Carla, tak ada yang tak mungkin. Semuanya bisa saja terjadi kalau memang jalannya harus begitu," sahutnya lagi.
"Kau benar-benar sudah tak waras, Jourdy!" teriak Carla tak terima dengan persyaratan itu.
Lagipula mana mungkin Carla bisa menikah dengan teman suaminya sendiri, kedatangannya ke kantor Jourdy hanyalah untuk meminta bantuan bukannya malah menyerahkan dirinya kepada lelaki itu.
"Teman macam apa kau ini," umpat Carla lagi.
Bukannya menyadari kesalahan, Jourdy nampak terlihat biasa saja. Ia tak peduli Carla mengumpat apapun padanya, karena bagi Jourdy kesenangan dirinya adalah yang terpenting.
Bahkan Jourdy merasa dirinya bisa mendapatkan apapun yang dia mau dengan kekuasaan dan juga semua kekayaannya, tak ada yang bisa menolak permintaannya dengan alasan apapun.
"Kau datang ke sini untuk meminta bantuanku, kau ingin menyelamatkan nyawa suamimu dan juga membayar semua hutang perusahaan milik Kevin. Apa kau pikir jumlahnya tak banyak? Bagaimana mungkin aku memberikannya secara cuma-cuma kepadamu?" tukas Jourdy panjang lebar.
Kemudian lelaki itu berdiri dari duduknya dan berjalan perlahan menuju jendela besar kantornya membelakangi Carla yang masih mematung di tempatnya, "Kau bahkan takkan mampu membayarnya, Carla. Memangnya kau punya pekerjaan apa?"
Hati Carla benar-benar sakit dan hancur mendengar perkataan Jourdy yang begitu menusuk, harga dirinya sudah tak ada lagi di hadapan lelaki itu.
Namun sebisa mungkin Carla ingin terlihat tegar dan kuat, "Aku pasti bisa membayar semuanya, Jourdy. Beri aku waktu, aku akan menepati ucapanku dan aku akan bekerja dengan keras."
"Apa kau pikir selama ini aku tidak bekerja keras untuk mendapatkan semua yang aku miliki sekarang? Dan dengan mudahnya kau datang ke sini untuk mengemis rasa belas kasihanku?" tanyanya sinis.
Dengan kedua tangan yang sudah terkepal kencang, Carla menutup kedua matanya berusaha menahan amarah yang rasanya sudah ingin membludak hebat.
"Cukup, Jourdy! Kalau kau memang tak mau membantu, tolong jangan hina aku seperti ini!" bentak Carla kesal.
Jourdy membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Carla datar, "Aku tak berniat untuk menghinamu, Carla. Aku hanya mengatakan kenyataannya, kau seharusnya bisa berpikir realistis!"
"Jika kau menikah denganku, kau bisa menyelamatkan suamimu yang sedang koma di rumah sakit. Kau juga akan terlepas dari semua hutang yang sekarang keluargamu punya, kalau bukan kepadaku lalu kepada siapa lagi kau akan berharap?" lanjut Jourdy lagi.
"Tolong kasihanilah aku, Jourdy! Kau boleh meminta persyaratan apapun kepadaku asalkan tidak untuk yang satu ini!" pinta Carla sambil memohon kepada Jourdy.
Bahkan sekarang Carla menjatuhkan tubuhnya di hadapan Jourdy, memegang kuat kedua lelaki itu tanpa rasa malu sama sekali.
Carla benar-benar sudah tak memikirkan harga dirinya lagi di hadapan lelaki itu, "Jourdy, bukankah Kevin adalah temanmu? Tolong bantu dia dan bantu aku, kau pasti mau mengasihani kami bukan?"
"Aku sudah memberikanmu pilhan, Carla. Dan keputusanku tidak akan berubah sampai kapanpun, kalau kau mau maka lakukanlah tapi jika tidak maka jangan memohon lagi!"Semakin erat Carla memegang kaki Jourdy lalu ia berkata, "Aku mohon padamu, Jourdy. Aku benar-benar memohon padamu, tolong bantu aku.""Sekali lagi aku tegaskan padamu, tinggalkan Kevin dan menikahlah denganku!" sahut Jourdy dengan tak kalah tegas dari Carla."Aku tak bisa--," Carla menghentikan ucapannya karena merasa sudah terlalu sakit untuk dilanjutkan lagipula Carla tahu jika semuanya tidak akan pernah bisa merubah keputusan Jourdy. Selama hidupnya, Carla hanya mencintai Kevin seorang. Dari sejak masih menjadi sepasang kekasih mereka sudah bersama-sama melewati semua kesulitan yang terjadi, lantas bagaimana bisa Carla memilih lelaki lain hanya untuk terlepas dari masalahnya saat ini.Pernikahan juga bukanlah suatu hal yang main-main bagi Carla, dengan cara apapun Carla akan tetap mempertahankan keluarga kecilnya agar
"Carla, kau dari mana saja?" bentak Lula yang terlihat sudah begitu marah pada Carla.Carla yang sangat kelelahan karena harus berjalan kaki untuk sampai di rumah sakit dari kantor Jourdy masih terdiam sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan, hal ini membuat Lula semakin kesal pada menantunya ini."Mengapa kau diam saja? Aku ini sedang bertanya padamu," ujar Lula lagi."Maafkan aku, Bu. Tadi ada urusan penting yang harus aku selesaikan," sahut Carla pelan.Lula tersenyum tipis dengan sinis mendengar jawaban Carla yang menurutnya hanyalah sebuah alasan, "Kau terlalu banyak beralasan, Carla. Seharusnya kau menemani suamimu yang sedang sakit, bukannya keluyuran tak jelas seperti ini!""Bu, aku selalu berpergian karena aku mencari uang untuk membayar biaya rumah sakit mas Kevin. Aku melakukan semua ini untuknya," ujar Carla yang tak terima dengan perkataan mertuanya.Lelah sekali rasanya berdebat dengan Lula yang tak pernah mengertikan keadaan Carla, padahal apa yang ia lakukan semata
"Apa-apaan ini, Dani? Aku tak mau meninggalkan Kevin bersama wanita itu," tolak Lula sambil berusaha terlepas dari genggaman Dani.Untungnya saja tenaga Dani yang lebih besar membuatnya berhasil membawa wanita itu pergi, "Sudah, Ayo!""Bagaimana mungkin aku bisa melukai lelaki yang sangat aku cintai?" lirih Carla pelan.Carla yang tinggal sendirian kini bisa merasa sedikit lega karena tak mendengarkan umpatan mertuanya lagi, meskipun sudah cukup lama mengenal watak Lula namun tetap saja Carla seringkali merasa sakit hati.Tanpa berlama-lama lagi Carla memilih masuk ke dalam ruangan suaminya, bagaimanapun juga berpergian seharian membuat wanita itu sangat merindukan Kevin.Setelah berada di dalam ruangan itu, senyuman Carla langsung terukir dengan manis. Rasa lelahnya hari ini bisa terbayarkan hanya dengan melihat wajah suaminya, meski Kevin masih terbaring tak berdaya di atas kasur."Hai, Sayang!" sapa Carla manis sembari menggenggam erat tangan Kevin.Carla menempelkan tangan Kevin d
Carla berlari kencang menuju rumahnya setelah ia melihat dua orang lelaki bertubuh kekar berada di sana, Carla khawatir kalau mereka akan melukai ibu dan anaknya.“Hentikan!” teriak Carla.“Carla,” panggil Laras lirih.Setelah berada di dekat mereka, Carla langsung menarik tubuh Angel dan membiarkan buah hatinya berlindung di belakang tubuhnya. Bagaimanapun juga Carla tak ingin psikis Angel terganggu dengan masalah yang sedang mereka hadapi, meski Carla sendiri tahu akan sulit sekali menutupi semua kenyataan ini dari hadapan Angel.“Aku sudah bilang pada kalian, jangan datang ke sini!” tegas Carla pada debtcollector itu.Kedua lelaki itu terkekeh kecil dengan sinis mendengar perkataan Carla kemudian salah satu dari mereka menjawab, “Kami sudah tak bisa menunggu lebih lama lagi, kau harus membayar hutang suamimu sekarang juga!”“Tolong beri aku waktu, aku belum mendapatkan uangnya!” pinta Carla sungguh-sungguh. “Mau sampai kapan? Sampai kiamat? Kau pikir dunia ini milikmu sendiri?” sa
“Kalau kau tak mau memberikan sertifikatnya, aku akan membawa anakmu sebagai jaminan!” tegasnya penuh emosi dan sorot mata yang tajam. Carla langsung menggelengkan kepalanya kencang, kali ini ia benar-benar ketakutan. Carla tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada anaknya, namun ia juga sedang berada dalam situasi yang membingungkan. “Tidak! Jangan lakukan itu!” sahut Carla gelisah. “Kalau begitu cepat berikan sertifikatnya!” Melihat Carla yang hanya diam saja, membuat mereka semakin kesal dan emosi. Mereka berjalan kencang menuju Laras yang berada di luar rumah, kemudian merebut paksa tubuh mungil Angel yang tak berdosa. “Jangan! Lepaskan putriku! Jangan sakiti dia! Dia tak salah apapun!” Carla berusaha keras merebut Angel kembali.Namun apalah daya, tenaga Carla tak ada artinya dibandingkan lelaki itu. Ia hanyalah wanita lemah yang dipenuhi ketakutan, tetapi juga tak memiliki tempat untuk berlindung. “Keputusan ada di tanganmu, Carla! Berikan sertifikatnya, atau jadikan a
BrakkkkkDengan sangat kencang Carla membuka pintu ruang kerja Jourdy di kantor lelaki itu, hal ini jelas saja membuat Jourdy dan seorang wanita yang sedang berada di atas pangkuannya terkejut bukan main.Hanna terpaksa menjauhkan bibirnya pelan dari leher Jourdy kemudian menatap wajah Carla dengan sangat sinis, “Siapa wanita ini? Berani-beraninya dia masuk ke ruanganmu tanpa mengetuk pintu terlebih dulu?”“Kau bisa pergi sekarang, aku ada urusan penting dengannya!” titah Jourdy mempersilahkan Hanna untuk keluar.Mendengar Jourdy yang malah mengusirnya membuat kedua mata Hanna terbelalak tak percaya dan ia menjawab, “Mengapa kau malah mengusirku? Seharusnya dia yang kau suruh pergi karena telah mengganggu kita!”“Hanna, keluar sekarang juga!” tegas Jourdy dengan suara yang berat. Tak ingin Jourdy semakin kasar akhirnya Hanna menuruti perkataan lelaki itu dengan melangkah pergi sembari merapihkan dress yang ia gunakan karena sedikit berantakan, “Baiklah, aku akan keluar tapi jangan me
Carla terbelalak kaget mendengar perkataan Jourdy kemudian menjawab, “Besok? Kenapa secepat itu, Jourdy? A-aku tak bis—.”“Apakah kau akan melanggar kesepakatan kita? Ingat Carla! Kau yang datang ke sini dan menyetujui penawaran itu, jadi jangan beralasan apapun!” tegas Jourdy sambil mengangkat jari telunjuknya tepat di depan wajah Carla.“Jourdy, aku membutuhkan waktu! Aku masih harus memastikan keadaan Mas Kevin baik-baik saja setelah operasi, aku masih ingin berada di sampingnya sampai dia benar-benar sembuh.”Melihat Carla yang kembali memohon padanya dengan memegang erat lengan Jourdy, membuat lelaki itu muak. Apalagi Carla terus merendahkan dirinya untuk Kevin, orang yang sangat Jourdy benci sejak lama. Tapi bagaimanapun juga, Jourdy tetaplah manusia biasa yang masih memiliki hati nurani sehingga mau tak mau ia harus memberikan sedikit keringanan untuk Carla, “Hari ini juga kau harus mengurus surat perceraianmu dengan lelaki itu, dan besok baru kita menikah.”“Aku masih memberi
Carla terus meneteskan air matanya dengan begitu memilukan, hatinya benar-benar hancur berantakan tak terkira lagi. Sialnya, entah bagaimana Carla bisa langsung mendapatkan surat perceraiannya dengan Kevin hari itu juga.Kini Carla dan Kevin telah resmi bercerai, mereka bukan lagi pasangan suami istri yang saling mencintai seperti dulu. Carla merasa dirinya sangat rendah, karena malah meninggalkan suaminya dalam keadaan terpuruk.Seketika langkah Carla terhenti tepat di depan kamar rawat Kevin, matanya yang bengkak terus tertuju pada tubuh Kevin yang sedang terbaring lemah tak berdaya di atas kasur.Perlahan tangan Carla meraba jendela di hadapannya kemudian ia bergumam, “Kevin, sayang. Tolong maafkan aku, maafkan aku yang tak bisa menjaga pernikahan kita berdua.”“Carla!” teriak seorang wanita yang terus melangkah mendekat ke arah Carla dengan wajahnya yang sudah merah membara seperti api.Carla spontan menoleh ke belakang dan mendapati kedua mertuanya sudah berada di dekatnya, “Ibu,