Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
"Kau harus menikah denganku," ujar Jourdy dengan santai.Pernyataan yang keluar dari mulut Jourdy membuat Carla terkejut bukan main, "Apa maksudmu, Jourdy? Mengapa kau berkata seperti itu?" "Kau meminta bantuan kepadaku dan aku akan membantumu, tapi di dunia ini tidak ada yang gratis!" tegas Jourdy sembari menatap wajah Carla sungguh-sungguh.Carla menggelengkan kepalanya pelan berulang kali tak menyangka Jourdy akan memberikan persyaratan yang berat untuknya, "Aku istri temanmu sendiri, bagaimana mungkin kau ingin menikah denganku?""Carla, tak ada yang tak mungkin. Semuanya bisa saja terjadi kalau memang jalannya harus begitu," sahutnya lagi."Kau benar-benar sudah tak waras, Jourdy!" teriak Carla tak terima dengan persyaratan itu.Lagipula mana mungkin Carla bisa menikah dengan teman suaminya sendiri, kedatangannya ke kantor Jourdy hanyalah untuk meminta bantuan bukannya malah menyerahkan dirinya kepada lelaki itu."Teman macam apa kau ini," umpat Carla lagi.Bukannya menyadari ke
"Aku sudah memberikanmu pilhan, Carla. Dan keputusanku tidak akan berubah sampai kapanpun, kalau kau mau maka lakukanlah tapi jika tidak maka jangan memohon lagi!"Semakin erat Carla memegang kaki Jourdy lalu ia berkata, "Aku mohon padamu, Jourdy. Aku benar-benar memohon padamu, tolong bantu aku.""Sekali lagi aku tegaskan padamu, tinggalkan Kevin dan menikahlah denganku!" sahut Jourdy dengan tak kalah tegas dari Carla."Aku tak bisa--," Carla menghentikan ucapannya karena merasa sudah terlalu sakit untuk dilanjutkan lagipula Carla tahu jika semuanya tidak akan pernah bisa merubah keputusan Jourdy. Selama hidupnya, Carla hanya mencintai Kevin seorang. Dari sejak masih menjadi sepasang kekasih mereka sudah bersama-sama melewati semua kesulitan yang terjadi, lantas bagaimana bisa Carla memilih lelaki lain hanya untuk terlepas dari masalahnya saat ini.Pernikahan juga bukanlah suatu hal yang main-main bagi Carla, dengan cara apapun Carla akan tetap mempertahankan keluarga kecilnya agar
"Carla, kau dari mana saja?" bentak Lula yang terlihat sudah begitu marah pada Carla.Carla yang sangat kelelahan karena harus berjalan kaki untuk sampai di rumah sakit dari kantor Jourdy masih terdiam sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan, hal ini membuat Lula semakin kesal pada menantunya ini."Mengapa kau diam saja? Aku ini sedang bertanya padamu," ujar Lula lagi."Maafkan aku, Bu. Tadi ada urusan penting yang harus aku selesaikan," sahut Carla pelan.Lula tersenyum tipis dengan sinis mendengar jawaban Carla yang menurutnya hanyalah sebuah alasan, "Kau terlalu banyak beralasan, Carla. Seharusnya kau menemani suamimu yang sedang sakit, bukannya keluyuran tak jelas seperti ini!""Bu, aku selalu berpergian karena aku mencari uang untuk membayar biaya rumah sakit mas Kevin. Aku melakukan semua ini untuknya," ujar Carla yang tak terima dengan perkataan mertuanya.Lelah sekali rasanya berdebat dengan Lula yang tak pernah mengertikan keadaan Carla, padahal apa yang ia lakukan semata