Home / Rumah Tangga / Jodohku Calon Kakak Iparku / Ada Alexander untuk Arandra

Share

Ada Alexander untuk Arandra

Author: Isti12
last update Last Updated: 2023-11-06 09:50:11

"Ibu meminta pelayan untuk menghilangkan bawang bombay di tortillanya ketika memasaknya. Jadi kau bisa memakannya."

Arandra mengangkat wajah, menatap Anggy yang duduk di depannya. Arthur duduk di kursi paling ujung. Sementara dia sendiri duduk di sebelah Alexander.

"Semua makanannya juga tidak menggunakan cabai, karena kau tidak bisa memakan makanan pedas." Anggy kembali bersuara. "Oh iya, kau tidak boleh memakan yang ini. Di dalamnya ada udangnya. Kau kan alergi udang." Dia menunjuk satu masakan yang terdapat udang di dalamnya.

Arandra mengangguk-angguk. Anggy tahu apa yang dia sukai dan tidak sukai, apa yang dia bisa makan dan tidak bisa makan. Dia terlihat sangat memperhatikan Arandra. Berbagai perasaan muncul di hatinya. Terharu, tersentuh, dan juga senang.

Anggy memang seperti itu. Tapi Arandra tetap selalu menikmati perhatiannya. Dia tersenyum senang–sebelum senyum itu dengan cepat lenyap hanya karena satu pesan masuk dari Ibunya.

[Ibu dan Ayah harus kembali ke Korea sekarang, karena pekerjaan. Maaf, sayang. Kita akan bertemu setelah kita kembali ke Spanyol, oke?]

Tanpa memberikan balasan, Arandra menyimpan kembali ponselnya. Wajahnya tertekuk.

Alexander meliriknya. Melihat Arandra yang mengaduk-aduk makanan di piring tanpa memakannya. "Ada apa?" tanyanya menyadari perubahan emosi pada wajah Arandra.

Suara Alexander tidak berusaha ditahan sehingga Arthur dan Anggy pun bisa mendengarnya. Mereka memfokuskan tatapan pada Arandra.

Arandra menggeleng. "Ibu dan ayahku kembali ke Korea," ucapnya pelan. Wanita itu menghela napas samar. "Aku sudah selesai. Boleh aku ke kamar dulu?" Dia menatap Arthur dan Anggy bergantian.

Anggy menatapnya lekat sebelum memberikan anggukan. Dan tidak butuh waktu lama untuk Arandra langsung berdiri. Berjalan keluar dari ruang makan dengan langkah lesu.

Alexander menatap punggung Arandra ketika Anggy berkata, "Aku kasihan pada anak itu. Lucas dan Riana selalu sibuk pada pekerjaannya. Mereka seperti lupa jika masih memiliki seorang putri yang butuh diperhatikan," ucap Anggy dengan helaan napas.

"Kau kan tahu sendiri Arandra bukan anak yang mereka harapkan terlepas dari bagaimanapun cantik dan baiknya anak itu." Arthur memberikan tanggapan. Dia mengelap bibirnya dengan sapu tangan. Sudah selesai sarapan.

"Tidak peduli Arandra memiliki tubuh yang lemah, atau tidak bisa menjadi apa yang mereka inginkan, tidak seharusnya Lucas dan Riana mengabaikannya seperti itu. Mereka memang keterlaluan."

Sementara Arthur dan Anggy berbicara, Alexander mendengarkan dalam diam. Tangannya yang berada di bawah meja terkepal.

"Arandra sudah banyak disakiti oleh keluarganya sendiri," ucap Arthur, sebelum pandangannya dia fokuskan pada Alexander. "Ayah harap kau bisa menjaganya dengan baik. Jangan coba-coba untuk menyakitinya. Karena Ayah benar-benar akan marah padamu jika sampai melakukannya," katanya serius.

Alexander mengangguk, mantap. Tidak ada keraguan. "Tapi aku ingin bertanya satu hal." Dia menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan. "Tidakkah Ayah dan Ibu merasa sudah dimanfaatkan oleh keluarga Genovan? Mereka mengalihkan tanggung jawabnya pada Arandra kepada keluarga kita, di saat mereka sendiri tidak pernah melakukan tanggung jawabnya padanya."

"Memang benar." Arthur mengangguk dengan santai.

"Lalu?" Kedua alis Alexander tertaut. "Kenapa menerimanya masuk ke keluarga kita?"

"Karena Ibu dan Ayah sudah jatuh cinta padanya." Anggy yang menjawab. "Arandra mudah sekali dicintai. Ketika Axel membawanya pertama kali ke rumah ini, Ibu dan Ayah langsung begitu saja menyukainya." Dia tersenyum kecil, mengingat wajah lugu Arandra. Hingga senyum itu berubah menjadi senyum pedih. "Adikmu juga sangat mencintai Arandra. Jadi tidak ada alasan untuk kami tidak menerimanya."

Alexander terdiam– seolah tengah memikirkan sesuatu di kepalanya.

"Sekarang Ayah yang tanya padamu."

Alexander mengarahkan bola matanya pada Arthur. Tatapannya bertanya.

"Apa yang membuatmu mau menikah dengan Arandra? Ibumu hanya meminta sekali. Tapi kau langsung menyetujuinya."

Dan Alexander kembali terdiam. Bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan– mencoba menghindari tatapan menyelidik Arthur. Karena dia tidak bisa menjawab, dan juga tidak ingin menjawabnya.

*****

Lagi-lagi mereka mengingkari janji. Padahal Arandra sudah biasa dengan itu. Tapi tetap saja dia merasa sedih.

Meski pernikahan kemarin bukan menjadi pernikahan yang dia inginkan, tapi Arandra tidak sabar menunggu hari itu. Karena semua keluarganya akan berkumpul, dan ibu serta ayahnya akan pulang.

Lucas dan Riana memang pulang. Satu hari sebelum acara pernikahannya. Tapi Arandra belum sempat berbicara dengan mereka, karena mereka yang lebih sibuk dengan acara pernikahannya.

Setiap Arandra akan berbicara, mereka seolah memiliki banyak alasan untuk menghindar. Sejak dulu, kedua orangtuanya memang orang yang sibuk. Tapi mereka masih bisa meluangkan sedikit waktu mereka untuknya. Berbeda dengan sekarang. Arandra merasa diabaikan oleh mereka.

Hingga hari ini, mereka berkata akan menemuinya. Tapi sekali lagi, alasan yang sama yang membuat perkataan itu hanya menjadi perkataan belaka.

Arandra memang sangat menyedihkan. Dia sudah tahu ini akan terjadi, tapi masih saja berharap pada orang tuanya.

Wanita itu menunduk lesu. Duduk di bibir ranjang dengan wajah murung ketika Alexander membuka pintu.

Arandra menolehkan kepalanya. Mendongak menatap Alexander–matanya berkaca. Sementara Alexander berhenti di tengah ruangan. Menatap Arandra balik, lekat.

"Kemarilah. Aku akan memberikanmu pelukan."

Air mata Arandra menetes. Dan tidak membutuhkan waktu lama untuk wanita itu bangkit, berlari, sebelum melingkarkan kedua tangannya di tubuh Alexander. Alexander memeluk tubuh kecil itu, sembari berbisik,

"Tidak apa-apa, Ara. Kau tidak membutuhkan kedua orang tuamu, karena sudah ada aku disini. Kau bisa jadikan aku sebagai bahu sandaranmu." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Sempurna

    "Alexander! Pulang sekarang! Arandra akan melahirkan!"Alexander memacu kakinya secepat mungkin. Berlari menyusuri koridor rumah sakit setelah melewati satu jam perjalanan.Jadi ini saatnya...Setelah melalui sembilan bulan yang panjang–mereka yang masih beberapa kali bertengkar perihal masalah yang sama, Arandra yang beberapa kali kesakitan, dan Alexander yang terus diliputi ketakutan–sekarang akan berakhir. Dan semuanya akan baik-baik saja."Bagaimana Arandra?" tanya Alexander cepat begitu sampai di hadapan Anggy dan Arthur yang duduk di depan ruang persalinan. Napasnya tidak beraturan."Arandra di dalam. Cepat temani dia," kata Arthur pelan sembari menepuk bahu putranya. Sementara Anggy masih duduk dengan kepala tertunduk–berdoa untuk keselamatan menantu dan kedua cucunya.Alexander menarik napas dalam. Dia berjalan memasuki ruangan tempat Arandra akan melahirkan. Degup jantungnya berpacu dengan keras, serta tangannya yang men

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Bicara dan Bukti

    Arandra menunduk dengan kedua tangan tertaut. Punggungnya menempel di kepala ranjang, selimut menutupinya kakinya yang diposisikan lurus. "Maaf, Ibu. Pesta kejutan untuk ayahnya jadi batal karena aku," katanya merasa bersalah.Sejak Arandra bangun, Anggy sudah ada di sini dengan tatapan kesal pada Arandra Dia tidak mengatakan apapun, hanya diam saja. Jadi tidak salah jika Arandra berpikir wanita itu marah padanya."Kau pikir Ibu kesal karena itu?" balas Anggy dengan nada bicara garang.Arandra lantas mengangkat kepalanya, mendongak menatap Anggy yang berdiri di sebelah ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada."Kau hamil. Sampai sudah berapa bulan itu? Tapi Ibu tidak tahu sama sekali," sindir Anggy. Arandra membuka bibirnya, baru tahu kenapa Ibunya kesal seperti itu. Dia menarik sudut bibirnya, tersenyum merasa bersalah. "Aku ingin memberitahu Ibu dan Ayah. Tapi belum ada waktu," berinya alasan."Belum ada waktu?" Anggy berd

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pemikiran Jahat

    Kelopak mata Arandra bergerak-gerak karena terusik oleh kecupan-kecupan yang mendarat di wajahnya. Perlahan dia membuka mata, lalu mendapati Alexander di depannya dengan sebuah senyuman tipisnya."Kau sudah pulang?!" Arandra langsung bangun, menerjang Alexander dan langsung memeluknya sambil tertawa riang. Alexander terkekeh kecil. "Rapatnya tadi lebih lama dari biasanya. Jadi aku pulang telat," beritahunya. "Aku menghubungimu beberapa kali. Tapi kau tidak mengangkatnya."Arandra menyengir. "Aku tidur.""Sepanjang hari?"Arandra mengangguk. "Aku bermain sebentar dengan Zzar tadi. Setelah itu kembali tidur."Alexander mengusap puncak kepala Arandra sambil mengamati wajahnya. "Wajahmu kenapa pucat?" Lelaki itu memperhatikan wajah Arandra dengan teliti, baru menyadarinya.Kening Arandra berkerut. "Memangnya iya?" Dia menyentuh wajahnya sendiri–memeriksa tanpa melihat wajahnya. "Tapi aku baik-baik saja. Mungkin karena terlalu banyak tidur," jawabnya asal. Alexander berdecak, dia akan me

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tidak Bisa Lagi Marah

    Arandra sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajah Alexander. Lelaki itu berbaring di sebelahnya–menyangga kepalanya dengan satu tangan di saat tangannya yang lain mengusap kepala Arandra."Tidur," kata Alexander dengan raut tenangnya sembari terus mengusap kepala Arandra. Sudah cukup dia marah pada wanita ini. Alexander tidak bisa terus melakukannya. Arandra selalu memiliki cara untuk menghentikan amarahnya.Arandra memperlihatkan deretan giginya yang tersusun dengan rapi–tersenyum cerah. Lalu dia menempelkan wajahnya di dada Alexander, memejamkan matanya."Aku sangat menyayangimu, Ara."Arandra membuka lagi matanya, menatap Alexander. Lalu sebelah tangannya terangkat, menyentuh rahang Alexander."Alex..." Arandra menatap serius Alexander. "Aku berjanji akan melahirkan mereka dengan selamat. Mereka berdua akan baik-baik saja sampai dilahirkan nanti."Alexander mengangguk dengan senyum kecil. "Dan kau juga harus baik-baik saja," ucapnya menambahkan.Arandra tidak memberikan tangg

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Candaan Penyebab Masalah

    "Sebuah teori menyebutkan bahwa Ayah akan lebih cenderung merawat anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang jika anak tersebut mirip dengannya." Kening Arandra berkerut membaca sebuah kalimat dalam buku yang sedang dibacanya. Arandra merebahkan tubuhnya dengan posisi telungkup–mencari posisi yang lebih nyaman untuk membaca. Namun menyadari apa yang dia lakukan, wanita itu langsung beranjak bangun lagi.Arandra mengusap perutnya dengan gumaman permintaan maaf. Kemudian dia melirik Alexander yang berada di sofa dengan posisi setengah berbaring. Matanya terpaku pada ponsel di tangannya. Arandra tersenyum. "Kalian harus mirip dengan Alex ya ketika sudah lahir nanti," gumam Arandra, berbicara pada kedua anaknya. Alexander yang sempurna. Mereka harus mirip dengannya. "Kenapa?" tanya Arandra ketika kemudian Alexander menolehkan kepala ke arahnya. Di saat wanita itu yang sejak tadi memandangi Alexander, dia malah yang bertanya dengan santainya.Alexander mengarahkan kembali matanya pada

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Mencari Jawaban Pasti

    Alexander menampilkan wajah datar di saat matanya menatap tanpa berkedip layar monitor yang memperlihatkan dua janin seukuran buah stroberi. Mereka kembar. Karena itu Arandra menyebut kata 'mereka' dalam kalimatnya sebelumnya.Apakah Alexander merasa senang? Dia tidak tahu. Setelah kehilangan anaknya yang pertama, sekarang Tuhan menggantinya dengan memberikannya dua sekaligus. Tapi apakah harus dengan taruhan nyawa Arandra? Lebih baik tidak perlu. Alexander hanya membutuhkan Arandra. "Apakah jenis kelamin bayinya sudah bisa diketahui?!"Bola mata Alexander melirik Arandra yang berbaring di ranjang–tampak antusias dengan pertanyaan yang diajukannya pada dokter. "Belum ya, Mrs. Alexander. Jenis kelamin bayinya baru bisa diketahui setelah sekitar 16 minggu kehamilan."Lalu tampak Arandra mengerucutkan bibirnya sebagai tanda kecewa atas jawaban yang diberikan dokter perempuan itu. Hanya sebentar ketika kemudian wanita itu mendongak–menatap Alexander yang berdiri di samping kepalanya den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status