Home / Romansa / Jodohku Pak Dosen / Bab 5 Gali lobang tutup lobang

Share

Bab 5 Gali lobang tutup lobang

Author: D Lista
last update Last Updated: 2021-10-21 19:31:07

Pov Riyanti

Baru saja aku menerima pesan singkat dari ibuku. Beliau butuh uang untuk membayar cicilan mingguan. Di kampung memang sedang gencar pinjaman praktis sekitar 500rb sd 1 juta hanya dengan modal FC KTP. Banyak tetangga yang tergiur tak terkecuali ibuku. Oh tidak, kini ibuku terjebak pinjaman dari orang yang bisa dikatakan lintah darat. Padahal kalau dihitung-hitung ini sangat memberatkan, bunganya pun tergolong tinggi. Alhasil, warga yang pinjam jadi terlilit hutang dan dikejar-kejar angsuran mingguan.

‘Oh ibuku, bisakah aku segera menjadi orang kaya saja supaya hidup kita tidak susah?’ ratapku dalam hati.

Flashback on

Saat aku SMA, ada tamu seorang juragan kaya raya datang menyambangi rumah.

"Pak Rahmat, kapan kalian akan mengembalikan uangnya? Katanya bulan ini, hah," ucapnya setengah berteriak. Aku menguping pembicaraan di ruang tamu. Sebenarnya bukan sengaja menguping, tapi karena suara juragan yang lantang otomatis masuk ke telingaku.

"Sekali lagi maafkan kami, Pak. Kalau boleh kami minta pengunduran sebulan lagi," pinta Bapakku.

Ada nyeri di hatiku saat mendengar Bapakku dicaci maki. Bapak Ibuku hanya terdiam mendengar makian Sang Juragan. Sementara aku menahan tangisan yang menyesakkan dada. Kalau saja kamarku kedap suara, aku mungkin akan berteriak. Aku ingin berteriak kenapa hidup kami jadi begini.

Mungkin ini sebagian ujian dari Allah yang harus kami terima supaya keluarga kami selalu bersyukur atas nikmat-Nya serta bersabar atas cobaan-Nya. Roda kehidupan kadang di atas, kadang di bawah bukan. Kini keluarga kami sedang di posisi bawah.

'Sungguh ini titik terendah kekuarga kami.'

Kalau boleh memilih, aku tidak akan merepotkan saudara atau orang lain dengan meminjam uangnya. Lebih baik meminjam di bank yang tidak akan menyusahkan orang lain. Namun pihak bank sudah tidak memberi kepercayaan pada Bapak yang kerap mangkir dari angsurannya.

Mengingat kembali masa ini membuat hatiku perih bagai teriris sembilu. Bagaimana tidak, Bapak yang menjabat ketua panitia pemilihan Kepala Desa menjadi sasaran empuk saat masa pendukung salah satu calon yang tidak menang berdemo.

Mereka berusaha mencari kecacatan agar hasil pemilihan bisa digagalkan. Saat keputusan tak mampu diganggu gugat, sebagian oknum murka dan berjuang menggulingkan posisi jabatan yang diemban panitia.

Sekelompok oknum yang sedang mencari kecacatan hukum berkumpul di depan balai desa. Mereka membawa ban bekas dan perlengkapan untuk membakarnya, bahkan ada yang memikul keranda berisi replika mayat. Seakan-akan orang yang dicari cacat hukumnya pantas mati. Bukankah kematian itu Allah yang mengaturnya.

Media massa pun turut mencatat sejarah nama Bapak beserta rentetan masalahnya. Malu sudahlah pasti, keluargaku seperti tak ada harganya dimata masyarakat. Banyak yang terenyuh dan berempati, tapi tidak sedikit juga yang mencemooh.

Beruntungnya Ibuku wanita yang tangguh dan penuh kesabaran mendampingi Bapak di saat genting harus berurusan dengan hukum.

Segala upaya dikerahkan bahkan dengan menjual harta benda keluarga kami untuk membiayai. Ah entahlah, aku menjadi malas berurusan dengan politik. Aku tak pandai ilmu yang satu ini. Aku lebih suka ilmu hitung menghitung. Pada akhirnya kami harus berpasrah kehilangan harta benda asal tidak kehilangan harga diri dan kehormatan. Kata Ibuku akan sangat memalukan jika Bapak sampai masuk penjara.

"Kasian kalian anak perempuan, nanti kalau menikah siapa yang menjadi wali kalau Bapakmu di penjara." ucap Ibuku penuh penekanan dengan air mata menetes membasahi pipinya yang masih halus. Ibu selalu berpesan padaku dan Mbak Ratih agar bisa menjaga diri dan kehormatan meski sudah tak ada lagi harta benda.

Kami benar-benar hidup mulai dari nol lagi. Bahkan banyak hutang sana-sini karena tidak hanya satu dua ahli hukum yang bermaksud membantu. Lebih parahnya lagi, Bapak juga pernah kena tipu oleh oknum pengacara yang ingin membantu pengurusan masalah ini. Bagaikan jatuh ketimpa tangga pula.

Roda hidup memang berputar, kadang di atas kadang di bawah. Sekarang aku merasakan berada di bawah. Hidup kami benar-benar berubah drastis. Ibuku selalu berpesan pada anak-anaknya untuk bersabar. Makan seadanya, jangan dengarkan gunjingan tetangga, karena tidak akan ada artinya. Mereka seperti menganggap kita sudah tak berharga. Belajarlah yang rajin hingga cita-citamu tercapai dan angkatlah kembali Bapak Ibumu. Kami tidak mampu membekali harta, hanya ilmu yang bisa kami berikan.

Kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku seperti kaset rekaman yang di putar ulang. Aku pernah berpikir ingin menanam kebencian terhadap oknum-oknum yang memusuhi Bapak.

Namun kemudian aku tersadar, rasa benci yang semakin membara di hati hanya melemahkan semangat dan jiwaku. Bukankah aku akan menjadi orang yang merugi pula dengan hati yang dipenuhi dendam.

Flashback off

Akhirnya kuputuskan bertekad menunjukkan pada orang-orang segala prestasi yang bisa kuraih. Aku meyakinkan diri bisa mewujudkan impian mengembalikan senyum Bapak Ibu.

Sedikit banyak tekad yang bulat tertanam di hati ini untuk mengubah nasib keluargaku. Ini menjadikan semangatku bangkit kian membara untuk mencari uang.

Tak heran jika aku sering kena sasaran balik saudara yang membutuhkan uang. Jika kubilang aku tak punya uang maka siap-siap telinga ini mendengar cacian tak tau balas budi. Mereka pikir aku yang kuliah sambil kerja part time bisa menghasilkan banyak uang.

Padahal nyatanya uang yang didapat ini sedikit untuk tambahan makan serta membayar angsuran mingguan Bapak Ibu. Belum lagi catatan hutang yang nominalnya ratusan juta.

'Aku hanya bisa bermimpi mendapat uang banyak untuk segera membuat keluargaku terbebas dari lilitan hutang.'

Namun aku sadar jika hanya sekerdar mimpi, hidupku tidak akan banyak berubah. Aku pun memutuskan mencari kerja part time tambahan selain memberikan les. Setelah tengok kanan kiri, ada part time menjahit baju seragam anak. Lokasinya tidak jauh dari kos dan kampus. Ini menguntungkan sekali bagiku karena tidak harus menghabiskan waktu lama di perjalanan. Hari ini tida ada jadwal kuliah, lantas aku putuskan untuk ke Graha Tailor.

"Saya Riyanti, Bu. Mahasiswi semester atas di kampus sebelah," ucapku memperkenalkan diri pada Bu Zuhair pemilik Graha Tailor, industri tekstil yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Seringnya di graha mengerjakan job menjahit seragam sekolah.

"Yuk, naik biar dijelasin sama Mbak Dyah kerjaannya."

Saat kakiku menginjakkan lantai atas di rumah Bu Zuhair, aku mengedarkan pandangan ke segala arah. Tanpa sengaja mata ini menangkap sosok yang beberapa hari ini menari-nari di kepalaku.

“Pak Alfa!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodohku Pak Dosen   S3 Bab 63C Ending

    Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah

  • Jodohku Pak Dosen   S3 Bab 63B Ending

    Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan

  • Jodohku Pak Dosen   S3 Bab 63A Ending

    Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli

  • Jodohku Pak Dosen   S3 Bab 62B Luluh

    Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal

  • Jodohku Pak Dosen   S3 Bab 62A Luluh

    Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me

  • Jodohku Pak Dosen   S2 Bab 61B Pulang

    BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status