Share

Kopi Pahit

SELAMAT MEMBACA

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Pukul 07.00

Rezza masih terbaring di kasur empuk miliknya, ponsel yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidur nya itu bergetar berkali-kali, sudah terpampang nama Vino Devanto dilayar pipih itu.

Rezza yang melihatnya tak menghiraukan sama sekali. Ia mematikan ponselnya dengan cepat.

Pagi ini cahaya matahari sudah masuk melalui kaca-kaca jendela dan menyengat wajah Rezza, namun ia tak merasa terganggu sedikit pun.

"Buka pintunya! Aless, bangun dong sayang! Udah pagi ni," ujar lembut seorang wanita muda di depan pintu kamar Rezza.

"Iya, Maaaa. Mama masuk aja! Pintunya ga dikunci."

Dengan membawa segelas susu wanita itu berjalan perlahan menghampiri anak tirinya yang ia sayang dan ia manjakan.

Rezza membuka matanya perlahan, ia terkejut setelah melihat mama tirinya sudah berdan-dan dengan begitu cantik nan anggun, seperti akan menghadiri pesta atau perayaan lainnya.

"Sayang, ini susunya. Mama udah siapkan sarapan di bawah, cepat mandi ya!" tutur Wanita itu dengan duduk di pinggir kasur Rezza.

"Iya iya, Mama Hana turun aja dulu!"

Hana Lowis, merupakan mama tiri Rezza atau pengganti mamanya Rezza yang sudah meninggal dunia. Papa Rezza menikah dengan Hana baru sebulan yang lalu.

Sebelum mereka menikah, Rezza sudah mengenal Hana, mereka bahkan sering jalan bersama, main PS bersama, bahkan mempunyai kesukaan yang sama. Awal mereka bertemu yaitu ketika mama kandung Rezza dirawat di rumah sakit, karena penyakit Anemia akut.

Waktu itu Hana menjadi salah satu perawat yang merawat mama Rezza.

Hana merasa iba karena Rezza seakan tidak mau lepas dari mamanya, ia terus berada di samping memberi semangat. Pernah suatu ketika Rezza bolos sekolah demi menemani mamanya di Rumah sakit, saat Hana mulai bertanya, mereka berdua mulai akrab.

Hana menjadi tempat curhat Rezza, ia adalah satu-satunya wanita yang membuat Rezza nyaman sepeninggal mamanya.

Disaat-saat terpuruk karena kehilangan seorang wanita yang melahirkan dan membesarkannya. Hana lah yang menghibur Rezza, ia yang menyemangati Rezza agar tetap bersekolah.

Itu lah yang membuat papanya Rezza mencintai Hana. Hana dikenal sebagai sosok yang lembut juga pengertian. Ia terpilih untuk menggantikan posisi seorang ISTRI, lalu IBU untuk Rezza.

█■■■■█

"Hallo Vin, ada apa tadi nelphon?" tanya Rezza dengan menuruni tangga menuju ruang makan. Rezza menelphon kembali Vino.

"...."

"Oke, gw bisa! Tunggu ae di tempat biasa!" balas Rezza kemudian.

"Paaa, Maaa, aku pergi dulu ya. Sarapannya entar di luar aja," ucap Rezza dengan mencium tangan kedua orang tua nya.

"Eh, makan dulu! Di luar makanan gak sehat, nak!" jawab mama Hana agak cemas.

"Ayolah Ma, ga usah lebay! Oke, Aless pergi dulu ya! Assalamu'alaikum." bantah Rezza dengan memberikan senyum manisnya.

"Wa'alaikum salam," jawab ke dua orang tua Rezza kompak.

"Maaa, ga usah terlalu cemas begitu! Dia sudah remaja, dia tau apa yang baik buat dirinya," kata papanya Rezza kepada mama Hana.

"Aku tahu! Aku hanya tidak ingin Aless merasakan sakit walau sekecil gigitan semut."

"Tidak salah aku memilihmu sebagai seorang istri. Kamu sangat menyayangi anakku, Hana." Papa Rezza mencium kening Hana, sebelum akhirnya pergi ke Kantornya.

Hana menunjukkan sedikit senyumnya.

█■■■■█

"Woy bro, apa kabar? Lama ga nongol." Salah satu teman Rezza menyapa Rezza dengan antusiasnya.

"Iye, akhir-akhir ini gue sibuk banget."

"Biasa diamah, sibuk cari pacar!" Ledek Vino membuat Rezza kesal.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, tangan gue mendarat di pipi elo! Mau?" Rezza sedikit naik pitam, dia itu tidak suka diledek apa lagi kalau soal cewek.

Awokawok;v

Roll Casino adalah tempat main Rezza dan geng nya, mereka sering nongkrong atau bermain game di sini.

Tempat ini sudah mendarah daging dalam tubuh Rezza. Kadang di Roll

Casino, Rezza mendapatkan wanita yang cantik tapi nakal yang sering menggoda. Hal itu sangat menjijikan bagi Rezza, ya sekali lagi Rezza tidak suka digoda. Dan tak jarang ia membentak wanita di Roll

Casino, yang mencoba mendekatinya.

Rezza sudah masuk ke dalam Roll

Casino, ia memesan makanan ringan untuk mengisi perutnya dan segelas minuman soda.

Dari arah berlawan Vino datang dengan membawa secangkir Kopi di tanggannya. Vino memandang Rezza dengan seyum devil khasnya.

"Nih, buat lo! " Vino meletakkan kopi itu kemudian duduk berhadapan dengan Rezza.

"Kopi?" Rezza memincingkan matanya.

"Kenapa? Ada yang salah kah?"

"Tumben banget, lo perhatian sama gue!" tutur Rezza dengan meneguk kopi nya.

"Perhatianlah, kan gue sayang sama lo!" jawab Vino membuat Rezza keselek dan menyemburkan kopi di mulutnya ke sembarang arah.

"Anjirttt, pahit! Wah, ngerjain gue ya lo?" sergah Rezza sedikit berteriak.

Vino hanya meringis menertawai Rezza.

"Mammpusss!" Vino terkekeh.

"Lo tau kan... gue paling ga suka sama kopi pahit? kamvang lo!" Rezza terus menggerutu, menyalahkan Vino yang mengerjainya.

"Sorry! Heheh.... "

"Ketawa lu bangsat!" Rezza semakin kesal saja melihat Vino yang cengengesan melihatnya.

"Yaudah dong, jangan emosi! Ganteng lu entar ilang beb."

"Najiss!"

"Hehe, ada cewe cakep tuh... liat noh!" bisik Vino pelan.

"Gue kagak peduli!"

"Ketus sangat lu! Hum... gue ga habis pikir, cewe selugu dia, kenapa ada di tempat kek begini sih? Sayang banget," ujar Vino dengan memandang seorang wanita yang tengah lalu lalang menghantarkan pesanan minuman kepada pria-pria di sana.

"Siapa? Mana?" Rezza bertanya-tanya. Vino membuyarkan konsentrasi Rezza yang sedang menikmati makanannya.

"Yeh, katanya ga peduli," dengan nada agak tinggi Vino berdecak.

"Engga! Tadi gue salah ngomong."

"Hilih! Tuh ceweknya." Vino menunjuk wanita itu.

"Ehh, itukan Bella." Rezza terkejut begitu melihat wanita yang dimaksud Vino, ternyata Bella.

"Bella?? Bella siapa? Lo kenal?"

"Vin...vin, gue ada urusan dadak. Gue pergi dulu ya, ini penting banget!" Entah mengapa saat melihat Bella, Rezza begitu cemas dan ingin segera membawa Bella pergi jauh dari tempat itu.

"Kacang kamprett! Pepet ae tuh cewek!" balas Vino agak sewot.

Setelah ia rasa sudah cukup dekat dengan keberadaan Bella, Rezza tak tanggung-tanggung mencekal dengan kuatnya. Ia naik pitam, dan melepaskan Bella dengan kasar di tempat sepi, lorong menuju toilet.

"Aww, sakit!" Bella mengerang kesakitan.

"Lo apa-apaan sih? Re—Rezza?" Bella terkejut seketika setelah mengetahui Rezza lah yang mencekalnya tadi.

"Sorry, tadi gw kasar! Lo kerja di sini?"

"i—ya," dengan rasa malu yang teramat sangat Bella mengatakannya.

"Oh astaga!" Rezza terkejut bukan main. Pasalnya Bella ini lugu sekali, mana bisa ia bertahan di tempat seperti ini.

"Tolong, jangan bilang siapa-siapa! Please! Aku lagi butuh uang." Bella memohon dengan polosnya.

Rezza menatap Bella iba, ia menahan napas panjang dan menghembuskannya.

"Yaudah yuk, ikut gua!" pinta Rezza kemudian dengan raut dingin.

"Kemana?"

"Ikut aja!"

█■■■■█

Sekitar pukul 09:00 tepat. Rezza dan Bella memasuki salah satu kafe di sudut jalan yang terlihat sepi.

Rezza memilih tempat ini untuk berbincang-bincang dengan Bella.

Tanpa canggung Bella membuka pembicaraan terlebih dahulu. Ia masih khawatir tentang apa yang baru saja terjadi. Ia tidak ingin pekerjaan ini menodai reputasinya di sekolah, tentu nya sebagai siswa yang berprestasi.

"Rezza gak jahat kan? Lo gak mungkin beberin pekerjaan gue ini, di sekolah... kan?" tanya Bella pelan.

"Enggak mungkinlah, lo kira gue geng lambe?"

"Jujur aja sama gue, cerita!"

"Gu—gue terpaksa lakuin ini. Sebelumnya, kaka gue yang biayain hidup gue, sekarang gue kehilangan kontak sama dia. Gue udah coba hubungin dia, cari dia, tapi ga ketemu."

"Gue butuh uang buat semuanya, mangkanya gue kerja. Dan dari sekian banyak kerjaan yang gue datengin... yang nerima gue, cuma kerjaan ini. Apa boleh buat?" Bella menjelaskan semua.

Memang dulunya Bella adalah anak dari keluarga yang terbilang cukup mampu, ibunya mempunyai perusahaan yang ia urus bersama ayah Bella. Keadaan mulai berubah ketika ibu Bella meninggal, ia dan kakaknya seakan terlantar dan tidak diurus ayah nya.

Dengan jahat nya, ayah Bella menikah lagi, oleh karena itu Bella dan kakanya pergi dari rumah karena tak mau punya mama baru.

Usia kakanya Bella sekarang 23 tahun, namanya Kyla Anastasya. Akrab disapa Kyla. Wanita cantik namun agak judes ini bekerja sebagai Marketing disalah satu perusahan di Jakarta.

"Oke, gue ngerti!" Rezza tersenyum menatap Bella.

Mereka hanyut dalam pembicaraan, sampai sampai lupa waktu. Rezza melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 02:00.

Rezza merasakan ada getaran yang berbeda setiap kali ia melihat wanita yang duduk bersamanya.

Dia telah jatuh cinta. Rasa ini baru pertama kali ia rasakan.

"Astaga! Gue masuk kesarang," batin Rezza, ia meremas dahinya pelan.

"Uhh, kenapa dia ngeliatin gue mulu, sih?" Bella risih oleh tingkah Rezza yang sedari tadi memperhatikannya.

"Mbakkkk, sini!" ujar Bella dengan melambaikan tangannya.

"Pesen apa mbak?" tanya pelayan itu.

"Kopi. Gak usah pake gula, ya!" bisik Bella sedikit memincingkan matanya.

Rezza hanya terdiam masih menatap Bella dengan tersenyum-senyum.

Bella bermaksud mengerjai Rezza dia sengaja memesan kopi tanpa gula. Dan rasa pahit kopi akan menyadarkan Rezza dari lamunannya.

"Bang, minum nih! Nanti dingin, gak enak."

Rezza menurut. Ia langsung saja meneguk secangkir kopi itu sampai habis.

"Gimana rasanya? Enak ga?" tanya Bella sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Mampus! Lu rasain deh, heheh..." Bella terkekeh pelan.

"Enak kok! Manis rasanya. Soalnya gue minum sambil ngeliat elu," jawab Rezza.

"Sialan ni cewe! Kopi ini rasanya pahit banget, pengen muntah! Eneg perut gue njir," lirih Rezza pelan.

"Jangan boong! Gue tau rasanya pahit!"

Bella pun tertawa geli melihat raut Rezza menahan pahitnya kopi yang sudah masuk di perutnya.

"Untuk apa gula? Kalau dengan melihatmu saja, pahitpun tak akan terasa!"

-Alessio Rezza Lozano-

█■■■■█

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Hay.....maaf ya kalo ada ketypoan. Boleh dong minta sarannya buat episode kelanjutannya harus gimana. Jangan lupa Vote ya. Bye

Author💞

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status