Share

KAKEK TUA itu SUAMIKU
KAKEK TUA itu SUAMIKU
Author: sarinah0488

Pernikahan diam-diam

KAKEK TUA itu SUAMIKU

Bab 1

Aku mematut diriku di depan cermin, memperbaiki letak kerudung putihku yang sedikit tidak rapi, tak lupa juga aku rapikan kembali gamis putih yang aku gunakan. Kugunakan bedak bayi untuk wajahku dan kupoles bibirku dengan lipstik berwarna pink hadiah dari sahabatku satu tahun lalu.

"Nak, kalau kamu mau membatalkan nggak  apa-apa, jangan berkorban demi kami," ucap Bapak. Bapak kemudian duduk di ranjang sempit milikku. Kemudian aku mendekati Bapak dan duduk disampingnya.

"Nggak Pak, Seva ikhlas. Seva mau, kita tetap lanjutkan pernikahan ini," jawabku. Jikapun dibatalkan akan banyak sekali resiko yang aku  tanggung. Keputusanku sudah bulat tak ada yang perlu dirubah.

"Pak, itu penghulu dan lainnya sudah siap. Seva ... apa kamu siap, Nak?" tanya  Ibu.

Ibu mengenakan kebaya coklat sederhana, dengan jilbab yang dibelinya di pasar lebaran tahun kemarin.

"Bissmillah, Seva siap, Bu," jawabku pelan.

"Ya udah Bapak sama Ibu keluar dulu, nanti kamu ditemenin Bi Sani ya."

"Iya, Bu."

Sebelum ke luar kamar, bapak memelukku dan mengusap punggungku. Sungguh Pak, Seva ikhlas. Seva ikhlas meninggalkan semua dunia remaja Seva. Demi kalian, iya kalian keluargaku. Bapak, ibu, adikku Seno. Batinku.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Seva Lidya Dewi binti Suparjo dengan mas kawin seperangakat alat sholat, mas seberat 100gram dan uang tunai sebesar dua belas juta seratus dua puluh dua ribu dua puluh satu rupiah dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah"

"Alhamdulilah"

Acara pernikahan yang aku impikan tapi benar-benar hanya mimpi. Hanya ada segelintir orang yang datang dan mereka hanya saudara dekat saja. Bahkan aku yakin mereka terus berbisik membicarakan pernikahan anehku ini. Aku Seva Lidya Dewi usia dua puluh satu tahun lebih enam bulan menikah dengan Bambang Hendromoyo usia enam puluh tahun.Tidak usah kaget, memang seperti itu keadaannya. Jika ada yang bilang aku matre, aku jawab jujur iya. Aku menikah dengannya karena harta. 

Tidak ada pernikahan mewah, tidak ada pelaminan apa lagi menu makanan internasional, yang ada hanya pernikahan di bawah tangan di gubuk reot ini.

Akupun dituntun ke luar kamar menemui suamiku. Ah, rasanya masih aneh. Satu minggu yang lalu aku masih duduk di bangku kuliah, aku masih  belajar sebagaimana biasanya. Aku masih belajar sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kotaku. Bukan hal yang mudah bagiku bisa kuliah, aku masuk dengan jalur bidik misi, dengan terseok aku mampu terus melanjutkan kuliahku.

Jika kalian membayangkan seperti di cerita dengan CEO ganteng kalian salah! Postur tubuhnya tinggi, dengan pawakan sedikit berisi dan tidak ada bayangan seperti yang ada di cerita, yang mirip mungkin hanya hartanya. Rasanya aku jadi ingin tertawa, tertawa dengan nasibku.

Tahan Seva, ayo senyum, bukankah kamu yang menyetujui pernikahan konyol ini. Aku bermonolog dengan diriku sendiri.

Aku melihat Bapak mengusap sudut netranya dan Ibu yang berkaca-kaca, adikku hanya menatapku dengan tatapan yang entah seperti apa. Terlihat ada satu orang sahabatku, Riska. Riska tersenyum kepadaku, tapi air mata sudah turun ke pipinya. 

Aku yang menikah, kenapa mereka yang menangis? Dasar aneh!

***

"Ayo Nak, cium tangan suamimu," titah Ibu.

Ada rasa enggan untuk melakukannya tapi jika aku menolaknya secara terang-terangan apa kata mereka. Ah, kuturuti saja toh hanya mencium tangannya. Aku meraih tangan yang terulur, lalu mencium tangan yang mulai keriput. Laki-laki itu kemudian mengusap kepalaku yang tertutup jilbab dan menciumnya. 

"Cie, yang sudah sah jadi suami istri, pipinya juga donk yang di cium."

Sialan! Itu pasti suara dari mulut rombeng Bude Ratmi! Mereka yang hadir pun tertawa cekikikan mendengar ucapan Bude Ratmi.

Awas aja, besok kalau minta cabe sama Ibu akan kulempar sekalian sama sambelnya!

"Permisi, selamat siang," ucap seseorang yang memakai pakaian putih dan topi ala koki dari restoran. "Ini pesanan makanan di letakkan dimana ya?"

Ibu dan Bapak sebagai tuan rumah saling berpandangan. Mereka merasa tidak memesan makanan apapun.

"Bawa masuk dan tata di dalam, sekalian layani mereka yang hadir!" Suara itu datang dari orang yang duduk di depanku. Jadi dia yang kini bergelar suami yang memesan makanan.

Ternyata tidak hanya ada satu orang yang datang membawa makanan tapi ada lima orang dengan membawa menu yang berbeda-beda. Melihat pemandangan itu Bude Ratmi langsung senyum sumringah.

"Akhirnya, bisa makan enak juga, aku kira diundang  ke nikahan cuma disuguhi mendoan doang." Bude Ratmi masih saja nyinyir tanpa pandang tempat.

"Kira-kira isinya apa ya, Rat?" Bu Jum tetangga sebelah rumah terus menatap kotak tertutup yang berisi makanan.

Tak lama berselang makanan sudah siap, dari sate, prasmanan, siomay, bakso, soto, buah-buahan aneka kue bahkan es cendol juga ada.

Terlihat mereka yang hadir, langsung berbaris antri bahkan Bu Jum dan Bude Ratmi sempat meminta kantong kresek pada ibu.

"Makanan segitu banyaknya daripada mubazir lebih baik Bude bawa pulang, iya 'kan?" Aku hanya mengangguk, terserah mereka saja daripada ribut.

"Va, kamu sudah ambilkan makanan buat suamimu belum?" tanya Ibu.

"Hah? Apa Bu? Iya nanti Seva ambilkan buat Bapak," jawabku sambil terus memperhatikan mereka yang terus memasukkan makanan ke dalam kantong plastik. 

Bugh!

"Aduh! Ibu … kenapa aku di pukul?" Aku memegang lengan kananku yang dipukul Ibu.

"Bukan Bapak, tapi suamimu. SUAMI." Ibu memperjelas kalau aku sudah punya suami. 

"Males deh Bu, Ibu aja gimana?" 

Bukan jawaban yang aku dapatkan malah ibu melotot dan mengarahkan tangannya ke atas akan memukulku.

"Hisssshhh, Iya Bu, Iya" Kuhentakkan kakiku sambil melangkah.

Aku menuju meja prasmanan. Kuambil nasi satu centong tapi kemudian kuambil lagi setengah takut nggak habis, kuambil sate lima tusuk, tapi nanti takut giginya nggak kuat kalau harus makan daging atau bisa-bisa gigi palsunya ikut kebawa sate saat menariknya. Aku kembalikan lagi sate ke tempatnya. Aku menuju tempat sayur, duh kok pedes semua nanti malah sakit perut, aki-aki kan perutnya mudah sakit. Nah itu dia, sayur sop! Aku siram saja nasi yang setengah centong dengan dua gayung sayur sop, eh salah maksudnya dua sendok sayur. Lalu atasnya aku taruh deh kerupuk udang, sengaja kerupuknya disuruh berenang dulu di kuah sop biar nggak keras. Kurang cerdas gimana lagi aku coba?

Pelan aku membawanya ke tempat lelaki yang sedang duduk dengan bapak. Kira-kira nanti suamiku memanggil bapak apa ya? Secara, umurnya lebih tua dia daripada bapak. Apakah Dik Mertua? atau Dede Mertua? Lalu bapak panggil suamiku apa ya? Akang Mantu? Kaka Mantu? Abang Mantu? Hahahaha bisa gila aku memikirkannya.

"Kenapa jalan sambil senyum-senyum? Apalagi bawa piring, nanti kalau jatuh gimana?" tanya Bapak.

"Eh, nggak kok, Pak," jawabku.

"Ini, makanlah!" Kusodorkan piring yang berisi makanan pada lelaki itu.

"Seva … yang sopan donk," ucap Bapak tak terima dengan caraku menyerahkan makanan itu.

"Nggak apa-apa, Dinda udah makan belum?" 

Dinda? What? 

Uhuk!

Aku langsung batuk tersedak permen yang ada di mulutku begitu mendengar dia memanggilku 'Dinda'.

"Dinda … dimanakah kau berada ...." Riska justru menyanyi dengan suara sumbangnya. Langsung saja kutimpuk kepalanya. Bukannya sakit malah dia cengengesan. 

***

Akhirnya rangkaian acara sudah selesai.

Aku masuk ke kamarku, lelaki tua itu sudah menungguku. Ah, kenapa aku jadi deg-degan gini? apa jangan-jangan akan seperti yang aku lihat di film-film? 

Lelaki itu menepuk kasur menyuruhku duduk. Akupun menuruti, duduk disampingnya.

"Tidurlah, ini sudah malam," ucapnya.

Kuturuti permintaannya yang lebih mirip perintah ke cucunya. Memang aku lebih pantas jadi cucunya. Aku tidur dengan membelakanginya, pura-pura memejamkan mata, takut jika diam-diam dia berbuat sesuatu. Lalu kurasakkan ada yang membelai rambutku. Aku semakin memejamkan mata, dada ini rasanya sesak, jantungku berdetak lebih cepat. Aku merasakkan nafas hangat yang semakin mendekat. Oh Tuhan, bantu aku.

Cup

Dia mengecup keningku. Apa yang harus aku lakukan?

Haruskah aku pasrah?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status