TIBA-TIBA, ponsel Heru berdering. Heru mencoba mengambil ponsel itu dari celananya, namun segera dirampas oleh si penculik.
Heru tahu, itu pasti telepon dari Bunga. Gadis itu pasti sudah mulai marah karena dia tidak kunjung sampai ke rumahnya. Tetapi, telepon itu direjek dan ponselnya di-power off.
Si bule mendekati Heru, lalu berkata dengan pelan dan penuh ancaman. “Sebaiknya kamu ceritakan semuanya. Apa saja yang dikatakan pelacur itu?”
Heru meringis kesakitan, tetapi rasa sakit justru membangkitkan nyalinya. Dengan menahan rasa sakit di paha kirinya, Heru bangkit, dan bicara dengan nada yang sama kepada si bule, “Aku sudah bilang, dia tidak mengatakan apa-apa lagi! Aku suruh dia kembali ke tempatnya karena aku tidak mau terlibat urusan orang. Kamu paham??”
Si bule kaget juga dengan sikap berani mati yang ditampakkan Heru. Tiba-tiba dia tertawa kegelian, lalu mendadak dia meninju muka Heru keras sekali sampai badan pemuda itu ter
BUNGA tentu saja kesal bukan main! Dia pagi-pagi sudah siap dan sudah minta izin kepada orang tuanya untuk pergi jalan-jalan. Nah, hari sudah semakin siang, Heru belum datang-datang juga. Ditelepon tidak diangkat, sekarang tidak bisa ditelepon lagi! “Mungkin temanmu itu lupa, Bunga…” celetuk maminya menggoda. Maminya itu tahu Bunga sudah kesal dari tadi. Selain itu, maminya penasaran juga ingin tahu siapa ‘teman’ yang mampu mengajak Bunga untuk jalan-jalan seharian! Selama ini teman-teman Bunga akan berkumpul dulu di rumahnya itu jika ingin mengajak Bunga, dan biasanya teman-teman Bunga itu serombongan cewek teman sekolah. Papinya juga tiba-tiba ikut duduk di sofa ruang tamu, mendekati Bunga. Walaupun terlihat asyik main ponsel, membaca atau apa, namun sang ayah marasakan juga suasana yang ada di hati putri semata wayangnya itu. Kehadiran papinya membuat Bunga semakin resah. Kayaknya papi ini mau menggoda juga, tetapi dengan cara duduk diam di dekatnya!
KETIKA lift sudah sampai di lantai apartemennya, Mila hendak keluar, tetapi dicegah Astrid. “Eh, Mil… kita mau ke apartemen Heru, teman Rudi yang ketemu kita waktu itu. Yuk, temenin…” Sejenak Mila ragu, tapi merasa tidak enak dengan Astrid. Masak dia meninggalkan Astrid begitu saja padahal mereka bertemu di gedung tempat tinggalnya? Karena lift akan segera menutup, dia pun masuk kembali. Menuju ke tempat Heru, degup jantung Mila menjadi kencang, darahnya berdesir. Dia akan ketemu Heru! Tetapi, Heru tidak ada di apartemennya! Berkali-kali mereka mengetok pintu dan memanggil, tidak ada jawaban. Firasat hati ketiganya pun langsung tidak enak. Ketika terlihat seorang mbak cleaning service di koridor, mereka memanggilnya. Kebetulan si mbak itu yang tadi membersihkan apartemen Heru. “Pak Heru tidak ada,” katanya. “Tadi pagi WA saya, menyuruh saya membersihkan. Tadi sudah saya bersihkan.” Jadi, Heru ke mana? Rudi dan Astrid berpandang
SETELAH mengumpulkan keterangan dan fakta tentang Heru yang bisa mereka dapatkan, Rudi menghubungi seseorang. “Ewi, apa khabar, brother,” sapa Rudi akrab. Dengan gaya bicaranya yang khas, Rudi menyuruh orang yang dipanggil Ewi itu untuk melacak keberadaan ponsel Heru. Menurut keterangan Rudi, Ewi adalah seorang hacker yang bisa menerobos sistem database operator telepon, sehingga bisa memperoleh posisi terakhir ponsel Heru berhubungan dengan BTS mana. Tidak lama, informasi dari Ewi muncul. Ponsel Heru terakhir konek dengan BTS di daerah Cisarua, Bogor. Artinya, Heru berada di Puncak! Bunga jadi ragu. Heru ke Puncak? Sendiri? Tidak mungkin sendiri, karena Heru sudah rencana jalan dengannya. Lalu, sama siapa? Mila? Tetapi, mobil Heru ada di apartemennya. Lalu, pakai mobil siapa? “Ayo kita ke Puncak,” ajak Astrid tidak ingin membuang waktu. Feelingnya, mereka bisa menemukan Heru kalau ke Puncak. Karena dilihatnya Bunga masih ragu,
ASTRID menjadi galau. Berbagai pikiran berkecamuk dalam benaknya. Sekarang dia yang menghadapi dilema. Dia tahu Bunga sudah jadian dengan Heru, dan ternyata Mila juga mempunyai hubungan dengan Heru. Entah Mila saja yang menaruh harapan pada Heru, atau Heru memang bermain api dengan sahabatnya itu. Dia, Astrid, malah berjanji memberi khabar tentang Heru ke Mila. Jika Astrid memberitahu Mila tentang Heru yang sudah ditemukan dan sekarang ada di rumah sakit karena dianiaya orang, Mila tentu akan datang mengunjungi Heru. Bagaimana dengan Bunga yang sampai saat ini tidak mau pulang dan menunggui Heru? Mereka tentu akan ketemu, dan apa yang akan terjadi? Astrid bahkan tidak ingin membayangkannya! Tetapi Astrid tadi bilang ke Mila kalau dia akan memberi khabar tentang Heru. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia akan diam saja dan melanggar janjinya? Apakah Bunga tahu Heru mempunyai hubungan dengan Mila? Tentunya… tidak. Kalau Bunga tahu, mana mungkin dia mau jalan
KARENA usia yang muda dan badan yang sehat, hanya beberapa hari Heru sudah pulih kembali. Tetapi, dia tidak mau menceritakan apapun yang dialaminya! Sia-sia Rudi membujuknya untuk memberi sedikit keterangan atau petunjuk agar dia bisa melacak siapa yang menculik dan menganiayanya. Astrid juga sudah berusaha merayu dengan caranya sebagai perempuan, tetapi Heru tetap bungkam. Heru sama sekali tidak menjawab jika ada pertanyaan yang terkait dengan penculikannya. Problem yang lain adalah Bunga! Gadis itu tidak pernah mengunjungi Heru lagi, bahkan jika Astrid meneleponnya untuk menceritakan keadaan Heru, Bunga akan diam atau mengalihkan pembicaraan. Astrid juga tidak jadi memberitahu Mila tentang keadaan atau peristiwa yang dialami Heru. Dia tidak mau disalahkan oleh Bunga, atau tidak ingin mencampuri urusan Heru dan Mila. Jadinya, hanya Astrid dan Rudi lah yang mengunjungi dan menemani Heru di rumah sakit. “Jadi kamu mau kembali ke apartemen saja?
“SELAMAT siang, pak, bu. Maaf telah membuat anda menunggu,” sapa wanita cantik yang tidak lain adalah Laksmi, pemilik restoran. Sapaan ramah dan profesional itu meluruhkan sebagian lagi sisa kemarahan Rudi yang masih ada. “Selamat siang,” sahut Rudi. Kini dia malah yang repot memperbaiki nada suaranya. “Kami ingin makan di restoran ini, tetapi katanya harus reservasi dulu. Kami tidak tahu…” Laksmi langsung bersikap proaktif. “Baik pak, bu. Mari masuk ke ruangan saya dulu, dan kita bicarakan di dalam.” Laksmi melirik Astrid. Dia melihat gadis itu sangat cantik, anggun, dengan wajah dan profil yang mirip artis Luna Maya. Semula dia mengira artis itulah yang datang, tetapi akhirnya dia membantah sendiri. Gadis yang datang itu terlihat lebih muda dari Luna Maya yang asli. Setelah mempersilahkan tamunya duduk di sofa yang terdapat di dalam ruangan manager, Laksmi lalu menyuruh seorang stafnya untuk membantu melakukan reservasi. “Maafkan ya,
SEBENARNYA Heru ingin istirahat, tidur yang panjang di apartemennya. Walaupun sudah banyak tidur di rumah sakit, namun homesick (rindu rumah) tarasa juga padanya. Tetapi setelah sampai di apartemen, kesepian dan kesendirian sangat terasa. Hatinya merasa rindu akan kasih mesra. Namun kekasihnya, Bunga, sedang marah dan membiarkannya. Apakah dia menelepon Bunga saja? Tetapi, Bunga pernah bilang tidak mau ke apartemennya karena di situ ada Mila! Heru sendiri males banget kalau harus mendatangi Bunga dan membujuk gadis itu agar tidak marah. Itu bukan pekerjaan yang mudah. Jadi, harapannya hanya Mila. Gadis itu bisa memberinya kehangatan, kemesraan, bahkan gairah birahi yang sangat panas. Tetapi Mila juga sedang marah. Heru tidak bisa menjelaskan soal bunga Anyelir itu. Lama Heru terbaring dalam lamunan, dan antara sadar dan tidak, dia merasakan pelukan hangat Mila yang berbaring di sampingnya! “Mila? Kok kamu ada di sini?” tanya Heru kaget.
DI PARKIRAN basement Tower C, dua orang lelaki berbadan tegap menghampiri mobil Heru. Dengan cekatan, mobil itu dibuka. Terdengar suara alarm, namun sebentar kemudian alarm itu mati. Di saat itu terlihat dua orang laki-laki lain berlari mendatangi. “Berhenti,” teriak laki-laki yang datang kemudian. Orang yang sudah masuk ke mobil keluar lagi dan berhadapan dengan orang yang mendatanginya. “Kamu siapa?” tanyanya. Orang yang ditanya tidak menjawab, tetapi melambaikan tangannya sehingga muncul beberapa orang lagi yang mengepung kedua orang yang membuka mobil Heru. Menyadari mereka kalah jumlah, kedua orang yang membuka mobil Heru mengangkat tangan ke belakang kepala, tanda menyerah. Orang-orang yang mengepungnya langsung meringkus mereka dan mengikat tangannya dengan borgol plastik. Pemimpin rombongan pengepung itu bernama --atau mempunyai julukan “Mayor”, anak buah Samson. Sejenak dia sudah melakukan panggilan telepon. “Bos, kanc