Home / Rumah Tangga / KARMA PERSELINGKUHAN AYAH / BAB 9 Surat perjanjian dan Dokter keluarga

Share

BAB 9 Surat perjanjian dan Dokter keluarga

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2022-07-13 11:36:45

🌸🌸🌸

“Aaaww! Pakai mata dong! Main tabrak aja!” teriak Nindi, buku yang dibawanya berantakan semua. 

“Namanya juga buru-buru,” jawabku cuek. Dia menunduk memunguti bukunya.

“Loh, Non, kok balik lagi?” tanya mbok.

“Aku sakit perut, Mbok,” jawabku berbohong.

“Apa perlu Mbok hubungi Dokter, Non?”

“Enggak usah Mbok, aku mau BAB.” Aku lari masuk kamar.

Kukunci pintu lalu kuambil lagi kertas perjanjian yang kulipat tadi.

Ternyata ini surat perjanjian hutang piutang.

Di sini dituliskan ayah sebagai pihak ke dua dan Pak Yadi sebagai pihak pertama.

Poin pertama menyebutkan bahwa pihak pertama yaitu Pak Yadi meminjamkan sejumlah uang kepada pihak ke dua. Fantastis 750 Milyar. Aku sampai menghitung nolnya di belakang angka untuk memastikan jumlah yang kubaca tidak salah.

Poin ke dua berisi tentang jaminan yang ayah berikan, yaitu sertifikat vila, perkebunan, rumah ini dan juga BPKB tiga mobil yang ayah punya.

Poin ke tiga berisi pihak ke dua akan membayar hutang tersebut dengan cara dicicil setiap bulan dengan bunga 0.2% kepada pihak pertama dengan tenggang waktu 3 tahun.

Poin ke empat berisi jika pihak ke dua tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut dalam tenggang waktu yang telah ditentukan maka  pihak pertama berhak atas semua barang jaminan tersebut jika tidak maka seluruh aset yang sudah dijadikan jaminan akan ditarik oleh pihak pertama.

 Terakhir dibubuhi pernyataan jika surat ini dibuat oleh ke dua pihak tanpa paksaan dari pihak mana pun. Lalu di tanda tangani di atas materai dan surat ini dibuat dua rangkap.

Tidak ada yang aneh dari surat ini. Kubuka lagi halaman berikutnya.

Di halaman berikutnya ada surat pernyataan perjanjian hutang piutang. Aku lihat tanggal dan tahun pembuatannya berselang dua tahun dari surat perjanjian pertama. Baru saja kubaca baris pertama bahwa ayah belum bisa melunasi hutangnya nenek sudah buat keributan.

“Alya! Kamu tidak apa-apa, Nak?” teriak nenek menggedor-gedor pintu kamarku.

Buru-buru aku lipat kembali kertas ini dan kumasukkan ke dalam tas sekolahku.

“Enggak, Nek, tadi perutku hanya mules saja setelah BAB lumayan enakan. Kayaknya tadi pagi Mbok masaknya terlalu pedas aku, kan enggak bisa makan pedas, Nek,” jawabku. 

“Syukurlah, Nenek khawatir. Sebentar lagi Dokter Fatma datang untuk memeriksa. Kamu istirahatlah,” ucap nenek dan berlalu ke luar kamar.

Kalau begini aku tidak bisa gerak bebas. Aku berasa seperti pencuri di rumahku sendiri. Nenek kenapa juga manggil dokter, terlalu berlebihan dikit-dikit panggil dokter. 

Kukunci kamar dan ikut keluar. Keluarga ayah sedang bersantai ria di ruang keluarga. Males sebenarnya berurusan dengan mereka yang mengaku saudara, tapi saat kami susah mereka tidak ada satu pun.

Contohnya barusan, hanya nenek dan si mbok yang khawatir padahal mereka semua tahu aku bilang sakit perut. Apa mereka tahu  hutang-hutang ayah. Setahuku usaha ayah maju, selalu menang tender, tapi kenapa tidak bisa bayar hutang. Apa ayah kena tipu? Tapi, bukankah tidak semudah itu tipu menipu dalam bisnis raksasa?

Perempuan selingkuhan ayah pun modis dan glamor pasti itu duit dapat dari ayah, jika ayah tidak bisa bayar hutang kenapa main perempuan? Apa satu ibuku saja tidak cukup. Ibu wanita cantik dan menarik awet muda juga berkelas. Beliau selalu mendapat sanjungan dari berbagai kalangan jika ikut ayah acara kantor itu aku tahu karena aku beberapa kali sempat ikut.

Lalu kenapa kemarin selingkuh ayah bilang teman ibu, apa dia bermaksud mengelabui kami semua. Di dalam hatiku sangat yakin kalau wanita itu berambisi mau menjadi nyoya besar di sini. Menggantikan posisi ibu. 

“Alya? Kamu tidak dengar dari tadi Nenek panggil?” ujar nenek membuyarkan lamunanku.

“Eh—iya kenapa, Nek?”

“Itu dokter Fatma sudah datang kamu kok malah bengong di sini?”

“Oh ... iya, Nek. Aku temui Dokter Fatma dulu ya.” 

Dokter cantik itu sudah menungguku di ruang keluarga berbaur bersama keluarga ayah.

“Pagi, Alya,” sapanya.

“Pagi, Dok. Kita ke kamar aja ya, Dok. Di sini enggak nyaman,” sindirku pada mereka. Seketika mereka diam dan berdecak kesal padaku. 

Dokter Fatma memeriksa keadaanku dia beberapa kali mengernyitkan keningnya pasti dia tahu kalau aku tidak sakit. Aku senyum-senyum enggak jelas padanya. Beliau kemudian tertawa cekikikan.

“Rahasia kita ya, Dok,” ucapku.

“Hihihi, iya. Ih, dasar anak nakal.” Tiba-tiba nenek dan yang lainnya masuk kamarku.

“Alya, butuh istirahat, Nek. Dia terlalu banyak pikiran jadi mudah lelah dan stres jadi berpengaruh juga pada pencernaannya.”

“Oh, iya, Dok. Ya, sudah kami tunggu di depan ya, Dok.”

Dokter Fatma lalu menutup pintu.

“Dokter, aku mau tanya kemarin waktu Ibu sakit apa ada berobat dengan Dokter?” Jujur ibu tidak pernah mengeluh sakit yang parah hanya pusing, mual dan lemas saja.

“Iya ....”

“Ibu sakit apa, Dok?” Dokter Fatma terdiam cukup lama aku jadi semakin penasaran sebenarnya ibu sakit apa.

“Dokter, apa Ibu sedang hamil?” tanyaku lagi.

 Dokter Fatma cukup terkejut dengan pertanyaanku.

“Ayolah, Dok, jujur saja padaku. Aku perlu tahu keadaan ibuku,” ucapku memohon.

“Kamu tahu ibumu hamil dari mana, Al?”

“Jadi benar Ibu sedang hamil?” kataku histeris.

“Kamu tahu dari mana, Al? Saya tidak ....”

“Aku akan jawab pertanyaan Dokter jika Dokter jujur padaku.” Dokter Fatma tersenyum lalu membingkai wajahku dengan ke dua tangannya.

“Dengar, Alya, Ibumu yang memintaku untuk tidak mengatakan tentang kehamilannya pada siapa pun. Karena saya sudah berjanji pada almarhumah makanya sampai sekarang saya tidak mengatakan pada keluarganya. Lalu tiba-tiba kamu tanya begitu apa ibumu sendiri yang mengatakannya padamu?” Mendengar jawaban Dokter Fatma aku menangis histeris. 

“ Ya Allah, Ibu kenapa sampai merahasiakan hal ini. Kenapa?” Dokter Fatma memelukku.

“Apa Ayah tahu, Dok?” tanyaku lagi. Dokter Fatma hanya menggeleng. 

“Apa ada penyakit lain, Dok?”

“Tidak ada, Al. Sepengetahuan saya tidak ada,” jawaban Dokter Fatma yang menurutku aneh.

“Apa Dokter tidak berbohong?” cecarku.

“Em ... Alya, saya rasa perbincangan kita cukup sampai di sini dulu ....”

“Dokter, kenapa buru-buru?”

“Saya masih ada pasien lagi dan harus ke rumah sakit.”

“Tapi, Dokter aku belum ....”

“Kita bisa bicara lain kali ya, Al. Saya pamit dulu. Nanti saya kasih resep seperti biasa kamu bisa menebusnya di apotek.” Tak lagi aku tanggapi perkataan Dokter Salma. 

“Jika kita berbincang terlalu lama di sini akan ada yang curiga.”

“Ma—ksud, Dokter?”

“Kamu sudah besar, kamu pasti paham ucapanku, sampai jumpa lain waktu. Masih ingat kan, saya tugas di mana?” Aku mengangguk saja meski masih kurang paham dengan ucapan Dokter Fatma.

Sebelum pergi Dokter Fatma mengelus rambutku.

“Rahasiakan obrolan kita, ok." Aku mengiyakan lalu mengantarnya sampai depan pintu kamar.

Terdengar berbagai pertanyaan dari mereka, entahlah benar-benar peduli atau sekedar kepo saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Indra BI
Ya cukup baik tapi terlalu bertele tele tks
goodnovel comment avatar
Farhat Alfatih
baus bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 189. TAMAT. Pelabuhan hati.

    Sejujurnya aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menerima Angga karena aku tidak ingin menyakiti hati Lusi. Ya, walaupun sekarang Lusi sudah bahagia bersama suami dan anak-anaknya, tapi aku yakin jika dia tahu aku menikah dengan Angga pasti di dalam dasar lubuk hatinya ada rasa kecewa padaku dan aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak ingin menyakiti hati orang lain apalagi itu Lusi, sahabatku sendiri walaupun itu setitik nila.“Aku tahu Al, kalau kamu pun sebenarnya mencintai aku. Semua kutahu itu dari Lusi dan aku tahu kamu menolakku pasti karena Lusi. Al, Lusi, sudah bahagia dengan suaminya dan anak-anaknya bahkan Lusi merasa sangat bersalah karena telah menuliskan perasaannya di dalam buku diary-nya yang akhirnya kamu baca. Kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan ini kamu bisa tanyakan sendiri pada Lusi. Tolong jangan tinggalkan aku lagi, Al. Aku sangat mencintaimu dari dulu hingga kini.”“Angga, tapi aku, aku ....”“Tidak perlu kamu jawab Alya karena aku ta

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 188. Meyakinkanku.

    “Alya, tunggu! Kamu mau ke mana?” Angga menarik ujung jilbabku. Seketika aku menghentikan langkahku.“Kamu pikir aku mau ke mana Ngga? Pulanglah, ngapain aku di sini? Jagain Cafe kamu?” jawabku ketus.“Ya, kali aja mau juga kamu jagain cafeku. Jangan jagain kafekulah, jagain hatiku aja,” jawab Angga lagi. Dia ini benar-benar membuat aku salah tingkah.“Apaan, sih, Ngga ... sudahlah aku mau pulang. Lain kalu aku main ke sini lagi, oke ... aku ada banyak kerjaan yang harus aku selesaikan,” pamitku pada Angga. Sejujurnya aku sangat malu padanya karena bukan hanya sekali ini saja Angga memergokiku gagal bertemu dengan seseorang. Dulu bahkan saat pernikahanku gagal dan Anggalah yang tahu pertama kali setelah keluargaku.Kenapa harus dia aku kan, jadi malu seolah aku ini adalah gadis terkutuk yang tidak bisa mendapatkan jodoh. Apalagi umurku sekarang menjelang kepala tiga bulan depan. Kalau perempuan di luaran sana mungkin sudah punya anak dua ataupun tiga, sedangkan aku boro-boro punya

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 187. Bukan laki-laki baik.

    “Hilda!” Suara bariton seseorang memanggil perempuan di depanku.Ternyata perempuan di depanku ini namanya Hilda. Lantas dia tahu namaku dari mana?“Oh, jadi ini, Put, yang kamu lakukan di belakangku? Diam-diam kamu cari perempuan lain untuk jadi pendamping hidupmu, lalu aku ini kamu anggap apa, Put! 8 tahun aku nemenin kamu dari nol, giliran kamu sudah sukses kamu cari perempuan lain yang kata kamu lebih soliha dan lebih cantik dari aku! Picik kamu, Put! Dan kamu Alya, asal kamu tahu bahwa 2 hari ini yang menghubungimu bukan Putra, tapi aku. Hilda Widyani, calon istri Putra yang entah kenapa laki-laki brengsek itu tergoda oleh kamu. Aku yakin kamu tidak menggoda Putra, tapi aku minta sama kamu sebagai sesama perempuan jauhi dia kalau tidak aku akan hancurkan nama baikmu,” ucap perempuan itu berapi-api.“Hilda, kamu ngomong apa, sih! kita sudah putus dan kita sudah sepakat untuk mengakhiri hubungan kita. Lalu kenapa sekarang kamu mau merusak hubunganku dengan perempuan lain? Ingat ya

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 186. Ekstra Part. Pertemuan tak terduga.

    Ekstra part.“Hai! Ngalamun aja serius banget kayaknya. Lagi mikirin aku, ya?” Aku dikagetkan dengan kedatangan Angga yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingku.Aku merasa entah kenapa dunia ini begitu sempit. Aku melalang buana ke mana pun pasti ujung-ujungnya bertemu dengan Angga. Padahal jujur bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan dia.“Enggak .... kok, kamu bisa di sini, ngikutin aku, ya?” tebakku asal. Habisnya aku bingung mau bilang apa.“Ye, ge-er banget, deh! Ngapain juga ngikutin kamu enggak penting kayaknya. Eh, tapi sepertinya waktu dan keadaanlah yang mempertemukan kita. mungkin kita berjodoh,” jawab Angga. Senyum khasnya membuatku ingat tentang masa lalu.“Angga, ihh, ngaco, deh! Ngomong-ngomong apa kabar? Terus kamu di sini ada kegiatan apa?” tanyaku. Sebenarnya aku sedikit salah tingkah, tapi ya, Angga tidak boleh tahu. Kalau sampai dia tahu yang ada nanti aku akan dibully dia habis-habisan.Sejujurnya aku sangat bahagia bertemu dengan Angga karena selama 2 t

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 185. Tamat.

    POV Alya. “Otewe mulu, kapan dong, sampainya?”“Nanti, Ngga ... jika Allah sudah berkehendak.” Angga hanya mengangguk saja.Entah kenapa kami merasa canggung sebenarnya ingin bersikap seperti biasanya saja, tapi tidak bisa. Seperti ada jarak yang memisahkan antara kami berdua.Angga memang terlihat semakin berwibawa mungkin itu yang membuatku merasa canggung dan juga dia suami orang maka dari itu aku harus jaga image jangan sampai nantinya ada kesalahpahaman di antara kami.“Non, ada Mas Akmal di luar.” Mbok memberi tahuku.“Em, kalau begitu aku permisi ya, Al. Takut ganggu. Kalau ada waktu main ke rumah ya, Gulsen pasti senang sepertinya memang dia sudah menyukaimu buktinya tadi langsung akrab,” pamit Angga. Aku mengiyakan.“Gulsen, pulang, yuk! Sudah siang nanti Kakek nyariin kita, loh,” ajak Angga. Gulsen menggeleng lucu sekali.“Gulseeenn ....” Lagi-lagi anak itu hanya menggeleng.“Biar nanti aku yang mengantar Gulsen,” sahutku.“Beneran?”“Iya, Ngga ... bolehkan?”“Oke, boleh-bo

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 184. Mustahil Angga tidak tahu.

    POV ALYA.Hati yang bimbang.“Tante boleh minta tolong ambilkan bola itu. Bolanya kotor aku jijik mau ambilnya,” pinta anak kecil di depanku seraya menarik-narik ujung jilbabku. Aku yang sedang fokus menatap layar HP terpaksa memandangnya. Ekspresinya menggemaskan sekali.“Please ....” pintanya lagi. Senyumnya menampilkan deretan gigi kecil-kecil yang rapi.“Boleh, tunggu sebentar.”Aku mengambil bola yang tercebur pada kubangan lumpur bekas hujan semalam.“Tante cuci dulu ya, di kran sebelah situ. Kamu bisa menunggu Tante di sini?” Anak kecil itu mengangguk.Oke, fine Alya. Ini sungguh menggelikan karena untuk pertama kalinya aku dipanggil tante oleh orang lain. Anak kecil pula. Biasanya mereka akan memanggilku kakak dan yang memanggilku tante hanya Alika anak tante Eni dan adik-adiknya saja. Ke mana orang tua anak itu kenapa dibiarkan main sendirian di taman. Meski taman kompleks perumahan tetap saja bahaya.Akan tetapi lucu juga anak kecil itu. Keberaniannya membuatku berhasil meni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status