Bab 6. SELEMBAR KERTAS PERJANJIAN.
Jack Dixon menyilangkan tangannya di depan dada, ia tampak berpikir setelah mendengar ucapan Ellena. Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Ellena untuk terus meyakinkannya meski ia harus berhati-hati dalam menyampaikan keinginannya.
Ellena terus memperhatikan Jack Dixon, bukan untuk apa-apa, ia hanya mengamati bagaimana kepribadian Jack Dixon dengan segala gerak-geriknya ketika sedang berbicara pada seseorang.
Hal itulah yang kemudian membuat Ellena yakin jika pria tersebut memiliki sifat yang selalu berpikir logis serta rasional dan juga mempunyai intelegensi tinggi yang teratur, itu artinya pria tersebut sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.
“Bagaimana Tuan Dixon? Apakah kau tertarik dengan kesepakatan yang baru saja aku katakan?”
“Tak ada jaminan bagiku untuk bisa mempercayaimu, Nona! Aku tidak ingin mengambil resiko yang nantinya malah akan merugikanku, kau paham.” Jack Dixon menolak tawaran itu, meski menarik ia tak ingin mengambil resiko ketika mengambil keputusan.
'Sial' maki Ellena dalam hati. Ellena menggigit tipis bibir bawahnya, ia tampak memutar otak untuk bisa meyakinkan Jack bagaimanapun caranya.
“Tunggu sebentar, Tuan Dixon! Aku… Aku bisa memberimu jaminan agar kau mau menerima kesepakatan ini.” Ellena menghentikan langkah Jack ketika pria itu hendak meninggalkan ruangan.
Jack pun terhenti, mata birunya menatap Ellena lekat-lekat.
“Apakah kau sudah lupa dengan ucapanku waktu itu, Nona? Aku akan membunuhmu sekaligus jika Aaron sudah kutemukan!”
Ellena tersentak kaget. Ya, ucapan itu tak mungkin Ellena lupakan begitu saja, karena hidup dan matinya berada di tangan pria tersebut.
“Tidak! Kau tak boleh membunuhku, Tuan! Aku tidak bersalah dalam hal ini, dan aku bisa buktikan itu padamu.”
Ellena berusaha untuk meyakinkan Jack hingga pria itu tampak kesal mendengar omong-kosong Ellena terus-menerus.
“Berbicara denganmu hanya membuang-buang waktuku saja, menyingkirlah dari hadapanku!” Jack pun berjalan pergi meninggalkan Ellena.
“Tidak! Tidak! Kau tak boleh pergi, Tuan Dixon! Aku mohon dengarkan ucapanku dulu.” Pada saat itu semua menjadi gelap di mata Ellena, ia merasakan tubuhnya sudah sampai di ambang batasnya dan akhirnya terkapar di atas lantai dengan kondisi tak sadarkan diri.
Ya, Ellena pingsan karena selama beberapa hari ini tak ada asupan makanan atau air yang masuk ke dalam tubuhnya, sehingga tanpa di sadari Ellena mengalami dehidrasi dan hipoglikemia atau kurangnya gula darah yang dapat menyebabkan dirinya kehilangan kesadaran.
“Kau hampir saja terkena malnutrisi, Nona.” Jelas Shaun ketika sedang memberikan vitamin pada Ellena melalui sebuah cairan infus.
Ellena hanya terdiam, menerima setiap tindakan medis yang dilakukan oleh Shaun meski dirinya harus menerima kekecewaan karena tak berhasil meyakinkan Jack Dixon.
“Bukankah jika aku mati kalian akan senang?” saut Ellena bernada datar.
“Oh, jadi kau ingin mati sekarang? Kalau begitu mati saja tanpa bisa membuktikan pada Jack kalau kau tak bersalah.”
Ellena membalikkan tubuhnya, matanya mendelik menatap Shaun Kendrick dengan tatapan penasaran karena ucapan pria itu barusan.
“Maksudmu?”
“Soal kesepakatan yang kau bicara dengan Jack! Aku membantumu untuk meyakinkannya, dan kurasa itu berhasil!”
Mata redup yang tak memiliki sinar kehidupan itu tiba-tiba saja terbelalak seakan menemui secercah harapan.
“Kenapa… Kenapa kau membantuku, Tuan? Bukankah kau juga menginginkan kematianku?” tangis haru terlihat pada wajah Ellena, ia tak menyangka jika masih ada seseorang yang berpihak padanya setelah apa yang terjadi.
“Aku tidak segila itu membalas kejahatan dengan kematian orang yang tidak bersalah, lagi pula ini semua aku lakukan demi mendiang Devine.” Jelas Shaun.
Demi apapun Ellena tampak senang mendengar kabar tersebut. Kemungkinan untuk bisa bertahan hidup sangatlah tinggi berkat bantuan dari seseorang yang tak ia duga.
Ellena terus berdoa dan bersyukur pada Shaun sehingga tangan ramping itu tanpa sadar menggenggam jemari pria tersebut.
“Ternyata bukan hanya pandai berpura-pura, kau juga pandai merayu pria rupanya!” ujar Jack Dixon yang sedari tadi sudah berdiri di depan pintu sambil memperhatikan keduanya.
Baik Ellena dan Shaun tampak tersentak seakan kepergok sedang berselingkuh di belakang Jack Dixon hingga keduanya terburu-buru menarik diri dan menjaga jarak.
‘Tunggu sebentar! Aku’kan tidak sedang berselingkuh, kenapa pula aku harus takut pada manusia ini’ ucap Shaun membatin dalam hati. Protes pria tersebut hanya sampai di pikirannya tanpa bisa mengungkapkan langsung pada sosok Jack.
Ellena melirik ke arah Jack, kemudian mengambil selembar kertas yang disodorkan oleh pria tersebut.
“Ambil ini, jika kau sudah membacanya, itu terserah kau ingin melakukan perjanjian denganku atau kau bisa menolaknya.” Jack pun pergi di susul oleh Shaun di belakangnya.
Kini tinggallah Ellena di dalam ruangan seorang diri, wanita itu memperhatikan setiap detail goresan huruf yang tersusun rapi dalam kertas putih di tangannya.
Awalnya mimik wajahnya tampak biasa saja. Namun, ketika pandangannya sudah berada di tengah-tengah sebuah kalimat, matanya nampak membulat tak mengenakan.
“Pria brengsek! Mana boleh dia menulis perjanjian yang menguntungkan dirinya sendiri. Aku harap kau mati dengan cara mengenaskan, brengsek!!” teriak Ellena ketika sebuah kalimat yang mengatakan jika kebebasannya masih dalam genggaman Jack Dixon.
Bukan hanya itu saja, segala sesuatu mengenai kehidupan Ellena harus berada dalam pantauan pria tersebut yang menurut Ellena begitu tak logis.
Ya, bukan itu perjanjian yang diinginkan oleh dirinya. Ellena hanya ingin keluar dari tempat Jack dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Adapun ucapannya tentang perjanjian Ellena hanya akan melaporkan penemuan jejak Aaron dalam waktu satu minggu sekali setidaknya itu yang ada di dalam pikirannya.
Namun, angan-angannya runtuh ketika pria jahat itu memberikan perjanjian yang sangat memberatkan bagi dirinya. Ellena meremas kertas di tangannya hingga menyerupai sebuah bola dan melemparkannya ke arah dinding.
“Siapa juga yang mau menerima perjanjian konyol itu, aku lebih baik ma… !” Ellena terdiam, suaranya tercekat di dalam kerongkongannya seakan tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya, benar Ellena tak memiliki pilihan selain menyetujui keinginan Jack Dixon meskipun itu berat.
Ellena mengusap wajahnya, menarik nafas panjang dan berusaha untuk tetap tenang sambil melirik ke arah kertas yang ia buang tadi.
Cukup lama Ellena memandangi kertas tersebut hingga akhirnya ia memungut kembali kertas itu dan berusaha merapikannya seperti semula meskipun garis-garis pada kertas yang terlihat kusut dan lecek itu tak bisa sepenuhnya hilang.
Ellena menggigit bibir bawahnya, ia tampak ragu untuk menggoreskan pena di atas kertas yang nantinya akan membuat kehidupannya tak jauh berbeda dengan keadaannya sekarang. Namun, setelah berpikir panjang goresan itu akhirnya menghiasi surat perjanjian antara dirinya dengan pria bernama Jack Dixon.
Kesepakatan itu akhirnya terbentuk meski merugikan Ellena sendiri. Akan tetapi, itu jauh lebih baik dari pada harus mati tanpa bisa melakukan usaha apapun untuk membuktikan jika ia tak bersalah dan tak terlibat atas kematian Devine Dixon yang dilakukan oleh Aaron Clark.
Bab 23.Keduanya terlibat dalam pembicaraan serius hingga tak sadar jika di balik pintu ada telinga yang sedang mendengarkan percakapan mereka._____________________________________Setelah insiden itu Jack tengah menyusun rencana untuk menjebak siapa dalang di balik lepasnya Rocky, si anjing penjaga miliknya. Sekaligus ingin tahu apakah dia atau Ellena yang menjadi target si pelaku.“Shaun, kau lihat itu?” bisik Jack ketika netra hazelnya melihat sedikit bayangan yang mencurigakan di balik pintu.“Ya, aku melihatnya, Jack! Dalam hitungan ketiga kau buka pintu dan aku yang akan menyergapnya,” jelas Shaun sambil mengendap-endap menuju pintu, Jack pun mengangguk setuju.Baik Jack dan Shaun tampak mengambil ancang-ancang untuk penyergapan, ketika dirasa sudah pas keduanya pun bekerja sama dalam melakukan hal yang sudah direncanakan.
Bab 22. SERANGAN SANG ANJING PENJAGA________________________________________________Beruntung Jack Dixon dengan sigap menarik tubuh Ellena dan membiarkan anjing itu menggigit tangannya, hingga darah segar pun mengalir dari sobekan kulit yang terkena gigitan anjing Doberman miliknya.Ellena tersentak kaget, tapi tidak dengan Jack yang langsung bisa menguasai keadaan.“Rocky, stop! Sit down,” titah Jack pada anjing yang masih menancapkan gigi-giginya di permukaan kulitnya.Entah apa yang terjadi pada anjing tersebut yang tampak berbeda dari biasanya, hingga ucapan Jack pun tak mampu membuat sang anjing melepaskan gigitannya. Bahkan semakin beringas mengoyak tangan Jack.Jack tak kehilangan akal, dia meraih tubuh anjing itu dan memiting-nya hingga tak bergerak.“Aa-apa kau membunuh anjing itu, Tuan?” tanya Ellena keti
Bab 21. SERANGAN ANJING DOBERMANDi sebuah ruangan Jack mengambil amplop coklat dan menyodorkannya ke arah Shaun Kendrick. Shaun pun langsung menerima amplop tersebut dan mengeluarkan isinya tanpa bersuara.Lembar demi lembar Shaun memperhatikan beberapa foto seseorang dengan luka tembak di kepala. Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya dihabisi oleh Jack ketika dia berada di rumah Ellena.Jack menghisap rokoknya sambil menunggu Shaun selesai mengamati foto yang ia berikan.“Kemarin aku mendapatkan petunjuk itu dari orangku, Shaun! Kau tahu, sekilas itu hanya foto orang mati. Tapi, jika kau lihat tubuh mereka dengan teliti, orang-orang itu masing-masing memiliki tato yang serupa,” jelas Jack sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya ke udara.Hal itu menjadi sebuah misteri untuk keduanya, bukan tak mungkin jika akan ada hal yang besar di balik kematian Devine dan j
Bab 20.Tidak jauh dari sana tampak Aaron Clark mengamati Jack dari balik dinding sambil memaki keadaan. “SIAL! Andai saja aku tahu lebih awal jika gadis itu putri Jack Dixon aku pasti menolak pekerjaan itu!” Aaron merapatkan jaketnya, membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh ke arah yang berlawanan.____Kini semakin larut, gelapnya malam seakan membentang di sepanjang jalan. Jack pulang dengan rasa kecewa yang begitu besar karena ketidak becusan-nya menangkap Aaron Clark padahal pria itu sudah ada di depan mata.Jack mengambil sebuah botol wine, kemudian meminumnya langsung sambil berdiri di depan jendela ruang kerjanya. Telinganya terus mendengarkan suara tawa Christie dan Devine kecil dari video yang diputar berulang-ulang olehnya.Kesedihan dan juga penyesalan itu tiba-tiba saja datang. Andai ia tidak sibuk oleh pekerjaannya, andai ia mau meluangkan waktu untuk istri dan anaknya
Bab 19.Jack bersama anak buahnya menyebar untuk mencari keberadaan Aaron Clark seperti yang diinformasikan oleh sang informan. Dengan sangat berhati-hati Jack Dixon mulai memasuki setiap ruangan untuk memastikan ada tidaknya pria yang sudah satu bulan ini dia cari-cari.Di dalam pencariannya, Jack Dixon mencurigai jika terdapat dugaan sarang perjudian ilegal yang mengoperasikan permainan poker dan mesin judi lainnya.Jack Dixon mendekati salah satu pengunjung dan duduk disampingnya seolah mereka berteman. Ia berpura-pura menikmati perjudian itu sambil netranya terus mengamati setiap orang yang datang dan pergi dari ruangan tersebut.Cukup lama ia menunggu hingga akhirnya terlihat seorang pria yang cukup mencurigakan dengan jaket dan topi menutupi sebagian wajahnya duduk tidak jauh dari kursi anak buah Jack yang sedang membaur dengan tamu lainnya juga.Jack memberikan isyarat pada salah satu anak buahnya un
Bab 18 KONDISI ELLENA YANG STABILTampak Ellena terbaring di atas ranjang dengan selang infus masih terpasang di tanganya. Ada pun Shaun dan asisten dokter tengah sibuk memastikan kondisi Ellena setelah Jack membawa wanita itu ke rumahnya saat operasinya sudah dinyatakan selesai.Kini kernyit mata Ellena mulai bergerak menandakan jika kesadarannya sedikit demi sedikit mulai kembali.Ellena melenguh kala ia meraba perutnya yang terasa sakit akibat tusukan benda tajam malam itu.“Ugh … .” Ellena menelan salivanya, tenggorokannya terasa kering setelah ia tersadar dari biusnya.“Berikan aku air,” pintanya saat ia mengedarkan pandangannya dan melihat ada seseorang di ruangan yang sama dengannya.Pria itu mendekat, kemudian langsung memeriksa kondisi Ellena secara intensif.“Syukurlah kondi