Share

BAB 3

last update Last Updated: 2022-06-17 12:21:50

"Jadi maksudmu, kau tidak mau mengenal anak kita, Mas?" Cepat Hanin memotong kalimat Dimas. Wanita itu menatap tak percaya wajah tampan suaminya yang masih menunduk.

"Rindu sempat merasakan kehadiranku sebelum aku dan Sita bercerai, Nin. Akan lebih mudah bagi dedek menjalaninya, jika dia tidak sempat mengenalku." Suara Dimas tercekat di ujung kalimatnya. Sungguh. Hatinya kini sangat bimbang.

Hanin terpana. Tidak menyangka lelaki yang selama dua tahun ini menjadi imamnya, ternyata mampu setega itu pada keturunannya.

Apakah suaminya itu tidak ada rasa sayang sedikit pun pada buah cinta mereka?

Cinta? Ah…

Bukankah sudah sangat jelas Dimas mengatakan tidak ada cinta untuknya?

Hanin tertawa miris. Menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan suratan takdir, yang digariskan untuknya.

"Maafkan aku, Nin. Sita tidak ingin berbagi." Dimas mengangkat kepalanya. Menatap Hanin yang bersimbah air mata. Duh. Entah kenapa perasaanya tidak rela melihat wanitanya itu dibalut luka.

"Aku akan segera mengurus perceraian kita, Nin. Maafkan aku. Kita buat ini menjadi cepat saja. Aku takut kau menjadi semakin terluka jika terlalu lama." Dimas memejamkan mata. Tidak sanggup menatap mata sendu yang menatapnya tak percaya.

"Tidak inginkah kau melafazhkan adzan di telinga anak kita saat hari kelahirannya nanti, Mas? Menjadi orang pertama yang suaranya dia dengar saat anak kita perdana menyapa dunia?" Hanin memegang tangan lelaki di depannya.

"Akan sulit bagiku pergi, jika sempat melihat dedek, Nin." Dimas mengusap ujung matanya yang mendadak basah.

"Apa salah anakku sehingga kau sampai tidak ingin mengenalnya? Haruskah kutulis Batu sebagai nama Ayah di akta kelahirannya?" Wanita berkerudung coklat muda itu menatap putus asa suaminya.

"Tidak perlu kau tulis namaku di sana, Nin." Dimas menggeleng.

"Maksudmu?" Hanin menatap tak mengerti pada lelaki di depannya.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan, dedek in syaa Allah berjenis kelamin laki-laki. Dia tidak butuh wali untuk pernikahannya nanti. Itulah alasan kenapa aku merasa sedikit lebih mudah memilih Rindu daripada dia." Dimas semakin menunduk dalam. Tak mampu menatap Hanin yang semakin terluka.

"Anak bukan pilihan, Mas. Laki-laki atau perempuan sama saja. Mereka mempunyai hak atas kasih sayang dari Ayah dan Ibunya." Hanin menatap Dimas nanar. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

Dimas menggeleng lemah.

"Istighfar, Mas. Anak ini tidak bisa memilih dari orangtua mana dia akan dilahirkan. Kita yang meminta agar dia dititipkan dalam setiap sujud yang kita lakukan." Isak Hanin kembali mengeras.

"Kita mempunyai kewajiban untuk membesarkannya. Memberikan kecukupan nafkah, lahir dan bathinnya. Memastikan dia mendapatkan pendidikan yang baik, bagi dunia dan akhiratnya. Tak takutkah kau dituntut anakmu di Padang Mahsyar nanti saat hari pembalasan karena kelalaian yang sengaja kau lakukan, Mas?"

"Maafkan aku, Nin. Aku masih sangat mencintai Sita." Entah berapa kali kalimat itu Dimas ucapkan sepagi ini. Menghancurkan relung terdalam perasaan wanita yang selama hampir dua tahun ini menjadi istrinya. 

Hanin memukul dadanya yang sesak. Tangis itu tumpah sudah. Sangat menyakitkan mendengar suara tangis penuh luka dari wanita yang tengah hamil tujuh bulan itu.

Tidak pantaskah dia dicinta? Bahkan untuk sekedar berbagi rasa pun dia tidak diberi kesempatan untuk mencobanya.

Hanin memejamkan mata. Ingatannya melayang ke masa dua tahun lalu. Saat dia dan Dimas pertama kali bertemu. 

"Silahkan, Den."

Dimas mengerutkan kening mendengar suara halus yang menyapanya. Lelaki itu menoleh pada sosok wanita yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan. Siapa perempuan muda yang menggunakan jilbab biru ini?

"Ck!" Dimas berdecak sebal. Apa ini perbuatan Mama Desi lagi? Entah sudah berapa wanita yang Mamanya itu kenalkan sejak perceraiannya dengan Sita tiga tahun lalu.

Satu pun belum ada dari para wanita yang Mama Desi kenalkan itu mampu membuka hati Dimas. Kunci hatinya terlanjur disimpan oleh Sita. Akan tetapi Mama Desi tidak pernah putus asa. Gagal yang satu dia datang lagi dengan yang lainnya. Belum berhasil dengan yang itu dia kembali lagi membawa kenalan berikutnya.

"Kau disuruh Mama?" Dimas menatap kurang suka pada wanita yang tampak sibuk menata piring di atas meja. Lelaki itu mulai lelah dengan semua wanita yang Mama Desi kenalkan. Hanya karena dia menyayangi dan menghormati Ibunya, walau dengan berat hati dia tetap melakukannya.

"Ya?" Wanita itu mengerutkan kening. Tidak mengerti dengan pertanyaan Dimas barusan.

Dimas tanpa sengaja memperhatikan gadis yang tengah sibuk mengangkat berbagai macam lauk dari dapur ke meja makan itu. Perempuan ini berbeda dari mereka yang sebelum-sebelumnya Mama Desi kenalkan.

Para wanita itu biasanya selalu tampil modis, khas perempuan kota metropolitan. Akan tetapi perempuan yang sedang sibuk menyiapkan makan pagi ini terlihat berbeda.

Tampilannya sederhana, menggunakan gamis Dan kerudung biru muda, membuatnya terlihat sangat bersahaja. Wajahnya biasa saja, seperti gadis kebanyakan. Tidak cantik, tetapi tidak jelek pula, sedang saja. Berbeda dengan para wanita yang selama ini Mama Desi kenalkan, mereka terlihat cantik dan berkelas. Seperti Sita, mantan istrinya.

Ah! Dimas mendesah, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merutuki diri, kenapa pula sepagi ini dia sudah teringat Sita.

"Ini siapa, Ma?" Dimas langsung menodong Mama Desi dengan pertanyaan saat Ibunya itu tiba di meja makan.

"Ooh, ini Hanin. Anaknya Mbok Ti." Mama Desi tersenyum, segera membantu Hanin menuangkan air teh hangat ke dalam gelas-gelas yang telah disiapkan.

"Anak Mbok Ti? Mbok Ti kemana memangnya?" Dimas tersenyum pada Papa Roy yang baru bergabung untuk sarapan.

"Ada tetangga dekat rumahnya di Kampung yang akan menikahkan anaknya. Mbok Ti pulang untuk bantu-bantu. Tidak enak kalau tidak ikut membantu, tetangga dekat katanya."

Dimas mengangguk sambil mulai mengambil nasi serta lauk pauknya.

"Sementara Hanin yang akan menggantikan tugas Mbok Ti selama dia masih di kampung. Kebetulan Hanin bekerja sebagai salah satu penjaga toko kue di dekat sini. Jadi gampang." Mama Desi memberi penjelasan sambil mengambilkan lauk untuk Papa Roy yang hanya menjadi pendengar dalam percakapan mereka.

Kehadiran Hanin membawa suasana yang berbeda di rumah mereka. Gadis itu pintar membawa diri. Walau hanya lulusan SMA, Hanin cukup mampu mengimbangi setiap percakapan dengan Mama Desi dan yang lainnya.

Perlahan hati Dimas terketuk. Kesederhanaan Hanin mampu mencairkan hatinya yang beku. Perasaannya yang selama ini hampa, mulai bergetar saat mereka tidak sengaja bertatap muka. Walau perasaannya masih sangat dalam pada Sita, Dimas yakin, seiring berjalannya waktu, Hanin mampu menggantikan posisinya.

Tepat dua bulan perkenalan mereka, Dimas memberanikan diri melamar Hanin. Setelah sedikit berjuang meyakinkan keluarga. Mereka akhirnya resmi membina rumah tangga.

Hanin membuka mata. Gerakan halus dari janin di perutnya membuat dia tersadar dari kenangan masa lalu.

Wanita itu akhirnya mengangguk. Dengan suara bergetar Hanin kembali bersuara.

"Baiklah. Aku terima jika kau tetap memaksa untuk berpisah, Mas. Maafkan segala kekuranganku selama mendampingimu. Maafkan aku, jika aku tak secantik mantan istrimu." Suara Hanin mengambang di antara mereka.

Dimas terpana. Seperti ada yang hilang dari jiwanya, saat Hanin akhirnya menerima.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
jangan bicara banyak Hanin saatnya diam pikirkan apa yang patut kamu pikir anggap laki-laki itu BATU KUBURAN jangan pedulikan lagi
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
utk apa laki2 yg g punya nurani itu kamu minta utk bertahan. g akan ada gunanya laki2 sampah yg menggampangkan perceraian itu ditangisi
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
biar kn Hanin Dimas pergi dgn cinta masa lalu nya kmu yg sabar apa lagi anak mu laki2 penerus dr klga Dimas .blum tentu dia bersama sinta bisa punya anak lagi Allo maha adil hukum karma berlaku .kmu besar kn anakmu jangan sampe mengenal ayah nya .Dimas akan terdiksa sendiri menzolimi anak dn istri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   TAMAT

    "Lagi mikirin apa, Yang?" Suara lembut Hadyan membuat Hanin mengalihkan pandangan dari bunga sakura yang sedang mekar.Musim Semi.Sepanjang jalan dan taman-taman dipenuhi oleh bunga sakura yang sedang mekar. Bermacam warna menyemarakkan suasana. Merah muda pudar, putih, kuning muda, merah menyala dan masih banyak lagi.Indah.Mata Hanin tidak lepas dari hamparan bunga di depannya. Ini pengalaman pertamanya melihat bunga sakura dan merasakan musim semi di Jepang."Jangan terlalu serius. Nanti dedek di perut ikutan pusing, loh."Hanin tertawa mendengar ucapan Hadyan. Wanita itu mengelus kepala Hadyan yang sedang menciumi perutnya yang masih rata. Kehamilannya baru menginjak usia lima belas minggu."Kamu mau kuliah, Yang?" Hadyan menatap mata Hanin setelah puas "bercengkrama" dengan calon bayi di dalam perut Hanin."Kuliah? Apa aku bisa mendapatkan beasiswa seperti mas?" Hanin mengernyitkan keningnya."Biaya tidak masalah. Toh bisnis resto kita di Indonesia sebentar lagi akan peresmian

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Akhir yang Tragis

    Hujan gerimis mengiringi pemakaman Dimas. Payung-payung hitam bertebaran memenuhi area pemakaman. Tepat sebelum papan penutup kuburan diletakkan, rekaman suara Dimas telah terkirim ke nomor telepon Hanin di Jepang.Saldi dan Mbok Ti ikut mengantar Dimas ke peristirahatan terakhirnya. Saldi akhirnya bersedia mengirimkan rekaman suara yang berisi permintaan maaf Dimas kepada kakaknya.Isak tangis terus terdengar dari Mama Desi. Wanita itu beberapa kali pingsan saat proses pemakaman Dimas. Pun dengan Rindu. Mata gadis remaja itu terlihat sembab. Dia berusaha keras agar terlihat tabah. Semua demi ibunya, Sita.Perlahan Rindu mulai mengerti apa yang terjadi pada ibunya. Meski begitu, dia tidak membenci Sita. Walau bagaimana pun, dia pernah merasakan Sita sangat menyayanginya. Rasa sayang pada ibunya tidak berkurang sedikit pun, walau dia tahu kadang Sita tak bisa mengenalinya."Mas Dimas." Sita berbisik lirih.Rindu memeluk ibunya. Ini pertama kali Sita bersuara sejak mengetahui Dimas tela

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Wafat

    "Pakai hatimu, Sal. Apakah masih pantas disaat seperti ini kau membahas kesalahan Dimas? Dimas sekarat! Dimana hati kalian hingga tega menghukum orang yang sudah tidak berdaya?" Papa Roy akhirnya bersuara. Telinganya panas mendengar anaknya terus menjadi bulan-bulanan Saldi sejak tadi."Jangan bicara masalah hati, Pak Roy. Perlu saya ambil kaca agar kalian tahu siapa yang lebih tega? Dimana hati kalian saat melihat anakku dicampakkan dalam keadaan hamil besar? Susah payah dia hadir di persidangan, berharap hati Dimas terketuk melihat perutnya yang membuncit!" Mbok Ti mengusap air matanya yang mengalir."Itu masa lalu! Dimas dan Hanin bahkan sudah berdamai. Tidak perlu diungkit lagi! Apa susahnya hanya berbicara melalui telepon?" Papa Roy mengepalkan tangan."Ini bukan perkara susah atau mudah, Om." Saldi menggeleng tidak percaya."Saya kira anda bisa berpikir lebih dewasa. Ternyata sikap kekanakan Mas Dimas menurun dari anda." Saldi tertawa kecil."Ini masalah perasaan. Apakah kalian

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Dimana Hati Kalian?

    "Kecelakaan tunggal yang terjadi pada hari Selasa, sekitar jam setengah sembilan malam di Daan Mogot, menyebabkan pengemudinya koma dan masih belum sadarkan diri hingga saat ini.""Nasib tragis menimpa rumah tangga D Dan S. D yang saat ini koma, dulunya seorang karyawan di salah satu perusahaan ternama sebagai kepala divisi IT sebelum mengalami kecelakaan tunggal selasa lalu. Sementara istrinya, S, pernah menjabat sebagai General Manager di salah satu perusahaan sebelum kini mengalami gangguan jiwa.Pasangan yang seharusnya sangat ideal andai semua musibah tidak terjadi. Apakah ini karma karena mereka membangun rumah tangga di atas tangis seorang istri yang tengah membawa titipan di rahimnya?"Kecelakaan yang dialami Dimas menjadi pemberitaan nasional baik di televisi maupun media cetak. Bagaimana tidak, setelah video viral Sita melabrak Hanin beberapa tahun yang lalu mendapat reaksi yang sangat meledak di masyarakat.Kini, berita tentang kecelakaan yang dialami Dimas serta Sita yan

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Tragedi Menyakitkan

    "Siapa kamu, datang dan pergi sesukamu? Kakak dan keponakanku bukan mainan. Kau tinggalkan saat bosan, kemudian kau datangi lagi saat kau ingin memainkannya." Suara Saldi terdengar berat. Membuat Dimas mengerutkan keningnya. "Kau tahu? Dipta sakit berhari-hari karena kehilangan sosok yang sangat ingin diakui sebagai ayah. Apa kau benar-benar tidak ada waktu walau hanya sekedar melakukan panggilan video barang sejenak? Anak lelaki itu merindukan kehangatan pelukan dan senda gurau seorang ayah. Tetapi, kau dimana? Kau abai dengan hal itu. Entah lupa atau sengaja melupakan. Hanya Allah yang maha mengetahui rahasia hati.""Aku minta maaf untuk semua itu, Sal. Aku datang kemari berusaha untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah kulakukan pada kakakmu dan Dipta.""Apa yang ingin kau perbaiki? Semua sudah terlanjur rusak saat kau torehkan luka berkali-kali pada hati kakakku. Kau adalah gambaran seorang suami dan seorang ayah yang gagal. Tidak cukup kau sakiti ibunya saat hamil, kau tamb

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Mendatangi Rumah Hanin

    "Kalian boleh tutup mulut serapat mungkin. Tetapi kupastikan aku akan mengusut tuntas kasus ini! Tidak akan hidup tenang orang yang sudah membuat hidup istriku hancur!" Dimas menatap sekitar.Rani langsung menarik Dimas keluar dari ruangan. Dia tidak mau suami sahabatnya itu semakin berbicara yang tidak-tidak."Dim, lebih baik fokus saja pada pengobatan Sita. Sudahi semua hal yang membuat keributan ini. Hal ini bisa memperburuk kondisi Sita."Dimas berdecak sebal saat mendengar omongan Rani."Beri aku gambaran orang seperti apa Hadyan, Ran.""Hah?! Hadyan?" Rani bingung kenapa tiba-tiba Dimas membahas Hadyan."Ada kemungkinan dia terlibat dalam menyabotase Sita dengan menyebarkan video itu. Kata Levy, Hadyan mengetahui perihal video itu sebelum tersebar. Sebagai seorang atasan, seharusnya dia memerintahkan pada bawahannya untuk menghapus video itu. Anehnya lagi, lelaki itu memilih tutup mulut saat Sita mengamuk dan menuduh Hanin yang menyebarkankannya."Rani menggeleng sambil menarik

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Melabrak Hadyan

    "Bu Levy, ada tamu." Security memberitahu Levy yang sedang sibuk dengan setumpuk dokumen dan laptop di depannya."Tamu? Siapa, Pak?" Levy mengernyitkan kening sambil melirik jam di tangannya. Siapa yang bertamu sesore ini? Sepuluh menit lagi bahkan adzan maghrib akan berkumandang."Namanya Pak Dimas, katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Orangnya menunggu di ruang tunggu tamu." Security menjawab sambil pamit undur diri.Levy mengangguk pada security. Hatinya mendadak sedikit ciut. Ada apa gerangan Dimas kemari? Apa benar lelaki itu tahu dia yang pertama kali menyebarkan video Sita melabrak Hanin di warung?"Levy?"Levy terkejut saat mendengar ada yang menyebut namanya"Eh, Dim?" Sedikit tergagap dia mengangkat kepala, menatap Dimas yang tiba-tiba sudah berdiri di depan mejanya."Bisa bicara sebentar?" Dimas bertanya dengan tatapan tajam."Maaf. Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Levy meletakkan tangan pada tumpukan dokumen di atas meja "Ini hal penting.""Maaf

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Amarah

    "Lebih baik Bu Sita untuk sementara dibawa ke RSJ, Pak. Selain karena kondisinya yang sangat tidak stabil dapat membahayakan dirinya dan orang lain, juga agar saya lebih mudah memonitor respons pasien terhadap pengobatan dan terapi."Setelah berembuk beberapa saat, mereka mengambil keputusan untuk sementara Sita akan dirawat di rumah saja. Mereka akan meningkatkan penjagaan agar wanita itu tidak melakukan hal-hal yang membahayakan."Awas saja kalah kau sampai kembali pada Hanin, Mas! AKU AKAN MENCINCANG WANITA MISKIN ITU DENGAN KEDUA TANGANKU!"Sontak semua yang ada di kamar terkejut. Sita yang tadinya diam dan terlihat sangat terkendali saat ada psikiater yang datang mendadak kumat lagi.Entah mengapa, sepertinya rumah ini menyayat kembali lukanya yang mulai sembuh beberapa waktu yang lalu. Trauma itu sempurna kembali. Menelikung dan mempengaruhi alam bawah sadar Sita.Wanita itu mengamuk membabi buta. Menyerang siapa saja yang mencoba menahan gerakannya. Dia bahkan mencakar tangan R

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Keributan

    "Ta." Bu Rita langsung maju dan memeluk Sita yang terlihat sangat kalap. Dia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pelukan Bu Rita melemparkan bantal dan menghempas-hempaskan tubuhnya di ranjang.Dimas langsung menghubungi psikiater yang dulu merekomendasikan Sita agar menjalani pengobatan jauh dari tempat yang bisa membangkitkan traumanya. Sementara Mama Desi memeluk Rindu yang menangis sesenggukan melihat keadaan ibunya."Mohon maaf menyebabkan keributan ya, Pak, Bu." Mama Desi sekilas menangkap suara Papa Roy. Tadi memang terdengar ada yang mengucap salam. Mungkin tetangga yang merasa terganggu karena teriakan Sita."Pak Roy kapan pulang? Itu kenapa teriak-teriak?" Salah satu tetangga bertanya. Ada sekitar lima orang bapak-bapak dan ibu-ibu yang berkerumun di depan rumah. Mereka heran karena rumah yang setahu mereka kosong selama beberapa bulan ini, mendadak menjadi ramai karena suara teriakan."Baru saja sampai, Pak." Papa Roy menjawab sambil tersenyum."Sita masih gila ya?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status