Share

Pelarian

Johan berdiri di depan makam ibunya sambil menggendong Syakila. Dia masih diam mematung, tanpa tahu harus bagaimana. Apa dia harus menangis? Ah, ibunya tidak pernah mengajarinya untuk hal itu. Hatinya yang keras seperti batu itu kini kian mengeras. Mungkin dia memang sudah kehilangan apa yang dinamakan perasaan.

"Mas...."

Johan melirik orang datang di sampingnya. Shafira berdiri di sana dengan menggunakan pakaian serba hitam, kerudung hitam dan kaca mata hitam.

"Aku turut berduka cita dengan apa yang dialami Mama," katanya lirih.

Johan diam tak menjawab. Shafira merogoh tasnya, dan mengeluarkan sebuah surat. Diulurkannya surat itu pada Johan.

"Ini surat dari pengadilan agama. Pihak kepolisian juga melepaskanku karena tidak terlibat dengan semua perbuatan kalian. Aku akan berangkat ke Amerika setelah semuanya selesai."

Johan menerima surat itu tanpa berkata apa-apa.

"Selamat tinggal, Mas."

Shafira melangkah pergi, meninggalkan Johan yang masih berdiri mematung di tempatnya. Syakila tam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status