Share

02. Kembali Ke Masa Lalu?!

{ ALTHEO P.O.V. }

Aku merasakannya dengan jelas.

Bagaimana racun itu membunuhku perlahan. Rasa sakitnya yang membuat tubuhku gemetaran, tenggorokanku yang terasa panas seperti terbakar, jantungku yang seolah diremat kuat-kuat.

Seperti terkoyak.

Setiap detiknya, racun itu menenggelamkanku ke dalam rasa sakit yang berujung kematian.

Ya, aku yakin bahwa kematian lah yang akan datang padaku setelah mataku terpejam dan rasa sakit itu berangsur menghilang bersamaan dengan nadi yang tak lagi berdenyut, jantung yang tak lagi berdetak, dan napas yang tak lagi berembus.

Aku ... telah mati.

“Selamat pagi, Tuan Muda. Mari, saya akan membantu Anda bersiap hari ini.”

?!

Seketika, aku langsung bangkit dari ranjang dan berlari ke arah cermin.

Jari-jemari yang mungil, lengan yang kurus, tubuh yang pendek dan wajah ... manis?! Mataku membulat, menatap pantulan diriku tak percaya. Oh, Tuhan, apa-apaan ini?

Tidak. Tidak mungkin, 'kan?

“Astaga, Tuan Muda, ada apa?” pelayan wanita itu terlonjak kaget dengan tingkah tuan mudanya yang terlalu tiba-tiba. “Anda tiba-tiba berlari ke cermin. Hati-hati, Tuan Muda.”

Haha.

Benar kah ini?

Apa kah aku bermimpi?

Atau ini seperti kilas balik kehidupanku sebelum aku dijerumuskan ke dalam Neraka?

Atau ... aku benar-benar kembali ke masa lalu?!

{ ALTHEO P.O.V. END }

✦ㅤ✦ㅤ✦

Suara dentingan sendok, garpu, bahkan pisau itu terdengar ketika beradu satu sama lain atau dengan piring perak mewah.

Makan siang di kediaman Keluarga Loeyzen hari ini hanya dihadiri Altheo, dan Tuan Duke ... Hardef. Hening menyelimuti, keduanya bungkam selagi mulut mereka disibukkan untuk mengunyah makanan-makanan lezat yang disiapkan oleh para pelayan keluarga.

Sejak tadi, mata tajam Altheo memindai. Bergerak ke kanan dan ke kiri seolah awas dan mengamati dalam diamnya. Tanpa sadar, Duke menyadari itu dan terheran-heran dengan sikapnya yang hampir tak pernah putra semata wayangnya itu tunjukkan.

“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?”

Altheo terkesiap. Terkejut, karena Duke──yang notabenenya adalah ayahnya itu tiba-tiba melontar tanya padanya. Dengan ekspresi datar seperti biasanya, ia menjawab, “Tidak ada apa-apa.”

Duke Hardef menghela napas. Makanan pada piringnya telah tandas, dan ia pun meneguk air putih untuk melancarkan perjalanan makanan-makanan itu ke pencernaannya. Setelah itu, baru lah ia menyambung percakapan. “Besok pesta ulang tahun Pangeran Zekiel dilangsungkan cukup tertutup, 'kan? Kau akan datang ke istana?”

Altheo terhenyak sesaat. ‘Ulang tahun sang Putra Mahkota di masa depan.’ pikirnya.

“Pangeran Zekiel telah mengirimkan undangan kepada saya sejak dua minggu lalu. Tidak mungkin saya melewatkannya.” Altheo menjawabnya dengan tenang.

“Baik lah, kuharap semua berjalan dengan baik.” balas Duke Hardef.

Seusai makan siang bersama sang ayah──Duke Hardef, Altheo memutuskan untuk melipir ke ruang musik yang ada di kediaman megah Keluarga Loeyzen. Hal itu jelas membuat beberapa pelayan dan penjaga terheran dengan dirinya, namun demi diri sendiri, mereka hanya diam dan memilih untuk mengabaikannya.

Piano indah yang tampak selalu elegan di mata itu menarik perhatian Altheo sehingga ia menghampiri alat musik kesayangan ibunya itu.

“Undangan pesta ulang tahun Pangeran Zekiel ...,” ia bergumam, otaknya berpikir keras mengingat-ingat masa lalu yang pernah ia alami dalam hidupnya. “Berarti, saat ini usiaku baru 12 tahun.”

Altheo terdiam. Jika benar ia kembali ke masa lalu, itu artinya ia kembali mundur 20 tahun dari masa depan. Mau dipikirkan sekeras apapun ... itu tidak masuk akal baginya. Bagaimana bisa? Ia yang sudah mati di masa depan, justru terlempar kembali ke masa lampau?

“Apa yang harus aku lakukan di masa lampau ini?” ia kembali bergumam, “Apa kah membuat Countess Fenheir tidak membunuhku di masa depan nanti?” terkanya ragu. Namun, sedetik kemudian matanya membelalak, ia spontan berdiri. “Countess. Dia 'kan juga mati karena racun, apa dia juga ... kembali, sepertiku?”

Altheo kalut dengan pikirannya, hingga tak sadar kepalan tangannya mengerat.

Setelah beberapa saat, ketukan pada pintu ruang musik terdengar, disusul suara orang dewasa dari luar yang memanggil dirinya. “Tuan Muda? Maafkan saya yang lancang mengganggu Anda, tapi Tuan Margin telah tiba dan kini tengah menunggu Anda.”

Tangannya yang mengepal kuat itu perlahan mengendur. ‘Tuan Margin ...? Perancang busana bangsawan pria.’ begitu Altheo mengingatnya, segera ia bergegas keluar meninggalkan ruang musik.

“Antarkan aku padanya.”

Ia sedikit lupa, pakaian seperti apa yang ia kenakan untuk menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel, calon Putra Mahkota di masa depan.

.

.

/ To be Continue /

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status