Beranda / Fantasi / KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE / 02. Kembali Ke Masa Lalu?!

Share

02. Kembali Ke Masa Lalu?!

Penulis: j-Taesyaa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 11:01:41

{ ALTHEO P.O.V. }

Aku merasakannya dengan jelas.

Bagaimana racun itu membunuhku perlahan. Rasa sakitnya yang membuat tubuhku gemetaran, tenggorokanku yang terasa panas seperti terbakar, jantungku yang seolah diremat kuat-kuat.

Seperti terkoyak.

Setiap detiknya, racun itu menenggelamkanku ke dalam rasa sakit yang berujung kematian.

Ya, aku yakin bahwa kematian lah yang akan datang padaku setelah mataku terpejam dan rasa sakit itu berangsur menghilang bersamaan dengan nadi yang tak lagi berdenyut, jantung yang tak lagi berdetak, dan napas yang tak lagi berembus.

Aku ... telah mati.

“Selamat pagi, Tuan Muda. Mari, saya akan membantu Anda bersiap hari ini.”

?!

Seketika, aku langsung bangkit dari ranjang dan berlari ke arah cermin.

Jari-jemari yang mungil, lengan yang kurus, tubuh yang pendek dan wajah ... manis?! Mataku membulat, menatap pantulan diriku tak percaya. Oh, Tuhan, apa-apaan ini?

Tidak. Tidak mungkin, 'kan?

“Astaga, Tuan Muda, ada apa?” pelayan wanita itu terlonjak kaget dengan tingkah tuan mudanya yang terlalu tiba-tiba. “Anda tiba-tiba berlari ke cermin. Hati-hati, Tuan Muda.”

Haha.

Benar kah ini?

Apa kah aku bermimpi?

Atau ini seperti kilas balik kehidupanku sebelum aku dijerumuskan ke dalam Neraka?

Atau ... aku benar-benar kembali ke masa lalu?!

{ ALTHEO P.O.V. END }

✦ㅤ✦ㅤ✦

Suara dentingan sendok, garpu, bahkan pisau itu terdengar ketika beradu satu sama lain atau dengan piring perak mewah.

Makan siang di kediaman Keluarga Loeyzen hari ini hanya dihadiri Altheo, dan Tuan Duke ... Hardef. Hening menyelimuti, keduanya bungkam selagi mulut mereka disibukkan untuk mengunyah makanan-makanan lezat yang disiapkan oleh para pelayan keluarga.

Sejak tadi, mata tajam Altheo memindai. Bergerak ke kanan dan ke kiri seolah awas dan mengamati dalam diamnya. Tanpa sadar, Duke menyadari itu dan terheran-heran dengan sikapnya yang hampir tak pernah putra semata wayangnya itu tunjukkan.

“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?”

Altheo terkesiap. Terkejut, karena Duke──yang notabenenya adalah ayahnya itu tiba-tiba melontar tanya padanya. Dengan ekspresi datar seperti biasanya, ia menjawab, “Tidak ada apa-apa.”

Duke Hardef menghela napas. Makanan pada piringnya telah tandas, dan ia pun meneguk air putih untuk melancarkan perjalanan makanan-makanan itu ke pencernaannya. Setelah itu, baru lah ia menyambung percakapan. “Besok pesta ulang tahun Pangeran Zekiel dilangsungkan cukup tertutup, 'kan? Kau akan datang ke istana?”

Altheo terhenyak sesaat. ‘Ulang tahun sang Putra Mahkota di masa depan.’ pikirnya.

“Pangeran Zekiel telah mengirimkan undangan kepada saya sejak dua minggu lalu. Tidak mungkin saya melewatkannya.” Altheo menjawabnya dengan tenang.

“Baik lah, kuharap semua berjalan dengan baik.” balas Duke Hardef.

Seusai makan siang bersama sang ayah──Duke Hardef, Altheo memutuskan untuk melipir ke ruang musik yang ada di kediaman megah Keluarga Loeyzen. Hal itu jelas membuat beberapa pelayan dan penjaga terheran dengan dirinya, namun demi diri sendiri, mereka hanya diam dan memilih untuk mengabaikannya.

Piano indah yang tampak selalu elegan di mata itu menarik perhatian Altheo sehingga ia menghampiri alat musik kesayangan ibunya itu.

“Undangan pesta ulang tahun Pangeran Zekiel ...,” ia bergumam, otaknya berpikir keras mengingat-ingat masa lalu yang pernah ia alami dalam hidupnya. “Berarti, saat ini usiaku baru 12 tahun.”

Altheo terdiam. Jika benar ia kembali ke masa lalu, itu artinya ia kembali mundur 20 tahun dari masa depan. Mau dipikirkan sekeras apapun ... itu tidak masuk akal baginya. Bagaimana bisa? Ia yang sudah mati di masa depan, justru terlempar kembali ke masa lampau?

“Apa yang harus aku lakukan di masa lampau ini?” ia kembali bergumam, “Apa kah membuat Countess Fenheir tidak membunuhku di masa depan nanti?” terkanya ragu. Namun, sedetik kemudian matanya membelalak, ia spontan berdiri. “Countess. Dia 'kan juga mati karena racun, apa dia juga ... kembali, sepertiku?”

Altheo kalut dengan pikirannya, hingga tak sadar kepalan tangannya mengerat.

Setelah beberapa saat, ketukan pada pintu ruang musik terdengar, disusul suara orang dewasa dari luar yang memanggil dirinya. “Tuan Muda? Maafkan saya yang lancang mengganggu Anda, tapi Tuan Margin telah tiba dan kini tengah menunggu Anda.”

Tangannya yang mengepal kuat itu perlahan mengendur. ‘Tuan Margin ...? Perancang busana bangsawan pria.’ begitu Altheo mengingatnya, segera ia bergegas keluar meninggalkan ruang musik.

“Antarkan aku padanya.”

Ia sedikit lupa, pakaian seperti apa yang ia kenakan untuk menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel, calon Putra Mahkota di masa depan.

.

.

/ To be Continue /

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   16. Keluarga Kecil Loeyzen

    ‘Ini ... dimana?’Gelap. Seluruh yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan yang hampa. Sama sekali tak ada penerangan meski ia mencoba untuk menengok kesana dan kemari.“UHUK!!”“Akhh, sakit! Sakit sekali, tenggorokanku sangat sakit seperti terbakar.”“Ha ... menyesakkan.”“Pengkhianat!”“Cinta yang besar, dukungan, bahkan nyawa seseorang. Segalanya telah kuberikan.”“Tetapi kau membunuhku, sialan!”“Benci. Aku membencimu!”“Oh, Dewa Yang Agung, tolong biarkan aku membalaskan dendamku pada dia yang telah berkhianat padaku.Suara-suara yang familier itu terdengar lagi dan lagi. Terdengar menyakitkan namun juga penuh amarah.Ah, Altheo akhirnya mengingat siapa pemilik suara itu.Seanne De Fenheir.✦ㅤ✦ㅤ✦“Selamat pagi, Tuan Muda. Apa tidur Anda semalam nyenyak?”Altheo mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan matanya yang telah terpejam berjam-jam dengan cahaya.Ia melihat seorang pelayan yang membuka gorden, membiarkan lebih banyak cahaya matahari memasuki kamar dan meneranginya. Pelayan i

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   15. Bertemu Orang Aneh

    Seanne memberikan gigitan terakhirnya pada sebuah manisan berwarna merah muda yang kini menjadi salah satu makanan yang ia sukai. Kemudian ia membersihkan sudut-sudut bibirnya, takut menyisakan remah makanan-makanan yang ia makan.Beberapa anak-anak yang lebih kecil dari mereka berlarian di sekitarnya, membuat Seanne terkejut. Helio dengan sigap menahan tangan kembarannya itu, takut bila Seanne terjatuh.“Hei! Kemari~ jangan kabur kau!”“Ayo kejar aku jika kau mampu~”“Dasar kau! Hahahaha.”“AKH JANGAN MENARIK HIASAN RAMBUTKU!”Mereka saling berkejaran dengan senyum yang lebar. Kemudian, suara omelan para ibu mulai terdengar meneriaki anak-anak mereka agar kembali dan tak pergi terlalu jauh.Seanne mendongak, menatap langit yang semakin menjingga, lalu beralih pada Helio di sisinya yang baru saja menghabiskan kue lembah persik yang dibelinya. “Lio, ayo kita pulang, hari kian sore.”Helio menoleh, lalu matanya menyorot tak rela. “Ya ... baiklah.”Setelah menghabiskan berjam-jam waktu un

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   14. Di Akhir Pekan

    Altheo tersenyum segaris saat ia mendapati sebuah surat yang datang kepadanya hanya satu saja. Tanpa membukanya pun ia sudah tahu, surat balasan siapa dari antara dua orang yang ia kirimi surat beberapa hari lalu.Maka, ia hanya menerimanya, lalu meletakkan surat itu begitu saja di meja. Tak berminat untuk membuka dan membacanya.✦ㅤ✦ㅤ✦“Maaf. Apa aku mengganggumu?” Duchess Wilonia yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu tercengir kecil, nampak cerah sekali, sepertinya ia tengah membendung kesenangan.Duke Hardef tanpa ragu menutup buku catatan keuangan yang sedang diperiksanya itu dan bangkit dari duduknya. Langkahnya membawa ia pada Duchess, tangannya melingkar pada pinggang kecil itu. “Tidak. Tapi, ada apa, Nia? Kau sedang senang?”Semakin lebar lah senyuman Duchess Wilonia. Hardef Loeyzen tak akan berbohong atau menyangkal bahwa senyuman manis itu adalah candu untuknya dari waktu ke waktu. “Aku dengar surat balasan telah dikirimkan dari Keluarga Fenheir.”Duke Hardef

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   13. Surat Darinya

    “Kau tidak akan keberatan untuk berbagi pelajaran denganku, 'kan?”Pertanyaan──ah, itu bukan pertanyaan biasa, melainkan permintaan tersirat yang Seanne utarakan pada Helio.Sudah dikatakan, Seanne itu cerdas dan peka. Ia bukannya tak tahu jika sang ayah, Elcan Fenheir bersikap lebih baik kepada saudara kembarnya, Helio. Bukankah terlalu jelas? Helio mendapatkan segala yang jauh lebih baik darinya.Patriarki? Seanne berpikir begitu.Mulanya, ia tak peduli siapa yang akan ayahnya tunjuk untuk menjadi suksesor Keluarga Fenheir. Mulanya, Seanne mengerti jika anak laki-laki akan diutamakan untuk mendapatkan posisi kepala keluarga dan mewarisi gelar bangsawan. Ya, itu mulanya. Karena entah sejak kapan tepatnya ... Seanne mulai jengkel dan merasa tak senang karena gendernya menjadi poin minus di mata sang ayah.Pernah──tidak, tapi seringkali Seanne berpikir: ‘Bagaimana Ibu akan memperlakukan aku dan Lio?’. Dan tentu saja sampai kapanpun ia tak akan pernah mendapatkan jawabannya.Terhitung s

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status