KEJUTAN DI HARI PERNIKAHAN
BAB 5Melihat Lila yang seperti orang kesetanan membuat nyali Bu Widya dan Sinta menciut, mau tidak mau mereka terpaksa pergi meninggalkan rumah Lila."Awas kau Lila, akan aku balas kau nanti," ancam Sinta sembari berlalu bersama Bu Widya."Huh, tiap hari ada saja ulah mereka, sebelum berpisah mereka menghinaku, bahkan saat tahu kebenarannya mereka pun masih menghinaku, mengganggu ketenangan hidupku saja!" gerutu Lila."Pak, pokoknya nanti kalau mereka datang lagi dan mengacau, langsung saja siram mereka! Kalau perlu pakai air panas sekalian biar kapok!" titah Lila pada Pak Maman."Waduh, kalau sama air panas saya gak berani, Bu.""Ya terserah Bapak lah mau siram pakai apa, yang terpenting mereka gak buat ribut di sini, pusing saya dengarnya.""Oke, Bu, siap laksanakan."Setelahnya Lila pun kembali ke dalam rumahnya.Sementara itu Sinta dan Bu Widya pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena disiram oleh Lila tadi."Lho, Bu, Kak, kok kalian basah-basahan begini? Emangnya habis hujan?" tanya Mirza saat mendapati Ibu dan Kakaknya pulang dalam kondisi sangat berantakan."Ini semua gara-gara istri tak tau dirimu itu, kita ngomong baik-baik malah disiram," gerutu Sinta."Kok bi ...." Saat Mirza kembali hendak bertanya tiba-tiba ucapannya terhenti karena ada seseorang yang datang."Mas Mirza, maafkan aku, Mas," ucap seseorang itu sembari menangis yang tak lain adalah Riana. Lantas Riana bersimpuh di kaki Mirza, sementara itu Mirza masih diam membisu menatap Riana malas."Mas, aku mohon maafkan aku, Mas, dengan cara apalagi agar kamu mau memaafkanku, Mas?" hiba Riana."Heh kamu! Perempuan jal*ng! Mau apa kamu kesini ha!" sentak Bu Widya."Bu, maafkan Riana, Bu, sungguh Riana tidak bermaksud mengkhianati Mas Mirza, Bu, Riana hanya terhasut oleh rayuan Mas Rian. Riana janji, Bu, akan melakukan apa saja untuk mendapatkan maaf kalian.""Benar kamu akan melakukan apa saja?" tanya Mirza pada Riana."Iya, Mas, apa pun itu akan aku lakukan.""Baik aku akan memaafkanmu.""Terimakasih, Mas," ucap Riana dengan mata berbinar, sementara Bu Widya dan Sinta melotot mendengar ucapan Mirza."Apa-apaan kamu Mirza! Dia sudah menghianatimu!" sentak Sinta."Kak sudah gak apa," ucap Mirza sembari mengedipkan satu mata pada Sinta dan Bu Widya, Sinta yang mengerti pun langsung terdiam."Sudah sana kamu bereskan baju-baju kamu, tapi di kamar belakang ya, soalnya hanya itu kamar yang tersisa. Semuanya sudah penuh," titah Mirza pada Riana."Iya, Mas, gak papa, yaudah aku masuk ke dalam dulu ya, terimakasih Mas kamu mau memaafkanku.""Iya, udah sana kamu istirahat dulu, sudah malam, besok pagi mau ada yang aku sampaikan padamu.""Baik, Mas." Setelahnya Riana pun berlalu dari hadapan Mirza, Sinta dan Bu widya menuju kamar yang ditunjuk oleh Mirza."Mirza, apa maksud kamu kembali menerima dia?" Berondong Bu Widya saat Riana sudah tidak terlihat."Bu dengerin aku, kita bisa manfaatin Riana, Bu, apa Ibu lupa kalau aku sekarang udah gak kerja lagi, otomatis aku gak punya penghasilan lagi, nah, Riana itulah nanti yang akan menghasilkan uang untuk kita.""Caranya?""Kita jual dia.""Maksud kamu?""Ya, dia kan udah jadi jal*ng tuh, ya sekalian aja mau aku jual sama teman-teman aku. Apalagi dia kan cantik pasti laku mahal, jadi gak perlu lagi lah aku kerja capek-capek, apalagi restaurant sudah dikuasai Lila.""Tapi Mir, masa hasil jual diri kita makan, sama aja uang haram, Mir," protes Bu Widya."Alah, Bu, kalau perut sudah lapar gak ada lagi istilah uang halal atau haram, sekarang Mirza tanya emangnya Ibu sama Kak Sinta punya uang untuk biaya hidup kita ke depannya?"Bu Widya dan Sinta menggeleng bersamaan."Nah, itu, dan aku juga udah gak bisa lagi berikan kalian uang banyak seperti biasanya. Jadi Riana itu lah yang harus menafkahi kita selanjutnya. Ya anggap saja itu balas budi dia pada kita atau itu sebagai bentuk permintaan maaf dia sama kita.""Kalau dia gak mau gimana?""Ibu sama Kakak tenang saja, aku lebih tau Riana itu gimana.""Alah, tau apaan, nyatanya kamu ketipu sama dia kan? Dia ternyata berkhianat sama si Rian.""Ya kalau itu pengecualian, awalnya aku memang kecewa, tapi setelah aku pikir-pikir, gak ada salahnya juga, dia pasti bermanfaat untuk hidup kita ke depannya.""Yaudah terserah kamu, pokoknya kalau ada apa-apa Kakak gak mau ikut campur.""Kak Sinta tenang aja, aku jamin aman."Dan mereka pun larut dalam obrolan mereka hingga malam.*******"Riana, bangun, aku mau bicara sama kamu!" ucap Mirza pada Riana yang masih berbaring di ranjangnya."Mas, kamu mau bicara apa?""Kamu serius mau lakuin apa pun untuk aku maafin?""Iya, Mas, apa.pun akan aku lakukan untuk dapatkan maaf darimu.""Oke, dengarkan baik-baik, sebenarnya aku sangat berat untuk memaafkan perbuatanmu. Tapi ya sudahlah, setiap orang pasti pernah punya salah dan khilaf. Kali ini aku berikan kamu kesempatan tapi dengan syarat, apa kamu mau menyetujui syarat yang kuberikan?""Iya Mas, aku mau.""Pertama, kamu harus bangun lebih pagi, dan bereskan seluruh rumah ini dari mulai mencuci semua pakaian orang satu rumah, menyapu mengepel, dan masak, gimana? Sanggup?""Iya, Mas, aku sanggup.""Yang kedua, kamu harus bekerja dan menafkahi kami semua, karena yang kamu lihat, aku tidak lagi bekerja dan menghasilkan uang, gimana?""Tapi aku mau kerja apa, Mas, aku tidak pernah bekerja sebelumnya.""Soal itu kamu serahkan sama, Mas, tugasmu hanya berdandan cantik dan pakaian seksi.""Tapi kerja apa Mas? Kantoran?""Memangnya ada gitu kerja kantoran yang menerima lulusan sma kayak kamu, lagian mau gaji berapa kamu kalau hanya kerja kantoran. Untuk makan kita berdua saja tidak akan cukup.""Terus kerja apa?""Kerjamu hanya melayani para pria hidung belang di atas kasur, dari situ kamu akan mendapatkan uang yang sangat banyak. Karena aku akan mematok tarif untukmu sekali kencan tiga hingga lima juta tergantung si tamu." Sontak Riana membelalakkan mata karena terkejut dengan ucapan Mirza."Ma, maksud, Mas, mas mau jual aku?""Ya … kurang lebih begitu, gimana? Itu juga kalau mau, kalau tidak ya silahkan angkat kaki dari sini, semua keputusan tergantung kamu.""Ba-baik, Mas, akan aku lakukan apa yang Mas minta," ucap Riana pada akhirnya. Riana menggigit bibirnya menahan rasa perih di dada, ini semua karena kesalahannya, andai saja ia tak berkhianat mungkin ia dan Mirza masih hidup enak bersama Lila."Bagus, jawaban itulah yang aku suka darimu," ucap Mirza sembari tersenyum puas.Siang itu Lila tengah memanjakan dirinya dengan berbelanja karena sudah cukup lama dirinya tidak bersenang-senang, terlebih lagi semenjak Bu Widya dan Kakak iparnya Sinta menumpang di rumahnya.Mereka merasa menjadi nyonya di rumah itu, jangankan melihat Lila shopping. Bahkan, hanya sekedar melihat Lila berbelanja bulanan saja, Bu Widya sudah mencaci makinya dengan berkata kalau Lila sudah terlalu boros dalam memakai uang Mirza.Bukan maksud Lila tidak ingin memberitahu pada mereka perihal harta yang mereka kira adalah milik Mirza, hanya saja setiap kali Lila ingin memberitahukan itu. Selalu saja Mirza melarangnya dengan alasan tidak mau membuat Ibu kecewa, akhirnya, sebagai istri yang patuh dan akan menjaga aib suami, Lila pun menyetujuinya.Namun, sayang, pengorbanan Lila justru menjadi racun baginya, kebaikan dan kepatuhan Lila Mirza gunakan untuk berhianat. Terlebih lagi pada saat Riana datang kerumah Lila dan mengaku sebagai saudara jauh dari keluarga Bu Widya.Awalnya Lila meman
"Cepat kau masuk sana, temanku sudah menunggu," ucap Mirza pada Riana saat mereka berada di parkiran hotel."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana," Mirza menatap Riana dalam."Aku takut Mas," ucap Riana sembari menggigit bibirnya."Apa yang kamu takutkan, toh kamu sudah pernah berhubungan denganku dan juga Mas Rian, kamu hanya perlu menikmatinya saja diatas kasur, biarkan tamu mu yang bekerja, karena mereka sukanya yang polos-polos, mereka gak suka cewek agresif, jadi kamu memang mesti dengan gayamu yang takut dan pemalu seperti ini.""M, maksud Mas mereka? Maksudnya gak cuma satu orang?"" Yah, begitulah, tamu yang memesanmu ada 3 orang, jadi kamu harus melayaninya dengan baik, maka dari itu tadi Mas kan udah kasih kamu vitamin dan juga sedikit obat perangsang, biar tenaga kamu full dan bergairah," ucap Mirza tanpa beban, sontak ucapan Mirza membuat Riana terkejut.Riana tidak menyangka jika Mirza mempunyai watak licik seperti itu, Mirza sungguh tega padany
"Tidak sia-sia aku memaafkanmu Riana, jika seperti ini terus maka aku akan kaya dalam waktu sekejap tanpa harus bekerja keras, dan dengan uang itu, aku bisa kembali menggaet Lila, kali ini kubiarkan Lila untuk membuangku, tapi lihatlah nanti jika uangku sudah banyak, aku pastikan kau akan bertekuk lutut padaku Lila," ucap Mirza sembari tersungging.*****Hari ini baik restoran pusat maupun restoran cabang sangat ramai pengunjung, Lila merasa keteteran, bahkan ia pun ikut turun tangan untuk melayani pembeli."Huft, sepertinya aku harus menambah lagi beberapa karyawan, padahal karyawan yang kupekerjakan sudah berjumlah 5 orang di setiap masing-masing restoran, tapi masih saja keteteran, alhamdulilah ya Allah, engkau berikan rezeki untukku yang begitu banyak." batin Lila."Siang Bu, maaf mengganggu, ini ada orang yang mau bertemu dengan Ibu," ucap Aisyah membuyarkan lamunan Lila."Siapa?""Saya tidak tahu Bu, tapi katanya ingin membooking restoran untuk lusa, dan katanya ingin bertemu de
Hari itu adalah jadwal restoran milik Lila diboking oleh Bu Farida, sedari pagi Lila sudah mempersiapkan semua bahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk acara pesta nantinya, restoran juga sudah di hias sedemikiam rupa yang sesuai dengan konsep pesta kali itu, karena akan merayakan pesta untuk orang dewasa, maka Lila tidak terlalu banyak memberi pernak-pernik pada restorannya saja, cukup sedikit hiasan ia berikan, hingga terkesan simple tapi tetap terlihat elegan.Pukul 4 sore semua sudah siap, baik dari makanan dan minuman, maupun dekor, dan Lila pun cukup puas dengan hasilnya."Wah, jadi terliht tambah mewah Bu Restoran kita, Ibu ternyata selain jago masak juga jago mendekor ya, Saya baru tau lho Bu," puji Aisyah, karyawan kepercayaan Lila."Ah, kamu bisa saja mujinya Syah," ucap Lila sembari tersenyum sumringah."Ih, Saya gak hanya muji tapi ini memang beneran bagus Bu.""Yasudah, sekarang kamu dan yang lainnya boleh istirahat, dan bersih-bersih, karena setelah ini kalian masih har
"Malam juga Nak Lila, Saya sangat suka dengan konsep yang Nak Lila pilihkan, simple tapi elegan dan terkesan mewah, padahal ornamen dan hiasan tidak terlalu banyak, kalau soal makanan kayaknya pasti enak, soalnya restoran Nak Lila ini kan sudah terkenal dengan masakannya yang enak.""Ah, Ibu bisa saja memujinya," ucap Lila tersipu."Bukan hanya sekedar memuji tapi memang kenyataannya begitu, Saya sudah beberapa kali makan di restoran ini dan rasanya memang enak," ucap seorang Pria yang ada di sebelah Bu Farida."Ah iya, saya sampai lupa, kenalkan ini anak Saya namanya Azka, Azka kenalkan ini pemilik restoran namanya Lila," ucap Bu Farida.Lila dan Azka saling bersalaman, saat bersalaman dalam diri Azka ada desir aneh yang menjalar di dadanya, Azka terus menatap Lila memandangnya kagum, tanpa Azka sadari kalau dirinya sudah terlalu lama bersalaman dengan Lila, Lila yang mendapat perlakuan seperti itu dari Azka tentu saja menjadi salah tingkah, sementara Bu Farida menangkap gelagat berb
Semenjak mengetahui skandal antara Riana dengan suaminya, Desi memang sangat membenci Riana, awalnya Desi menolak untuk menampung Riana yang dianggapnya sebagai pelakor, tapi setelah Mirza membujuknya serta diiming imingi dengan uang akhirnya Desi luluh juga."Anu, itu Ibu juga lagi bertanya Des.""Tanya sama siapa dan siapa yang hamil.""Noh si Riama yang bunting," seloroh Sinta, Sinta ini selain dia julid bin nyinyir juga mata duitan bin matre, dari ketiga anak Bu Widya hanya Sinta yang hingga saat ini belum juga menikah, itu lantaran Sinta terlalu banyak memilih dan menuntut, pernah beberapa kali Sinta menjalin asmara dengan laki-laki tapi akhirnya kandas ditengah jalan, karena kematrean Sinta."Riana? Hamil anak siapa? Jangan bilang anak Mas Rian," ucap Desi sembari menatap tajam Desi."A, aku juga gak tau Kak, ini anak siapa, kalau gak Mas Mirza ya Mas Rian.""Enak saja mau menuduh Rian dan Mirza, kamu itu kan pengobral selangkangan, bisa saja itu anak pelangganmu kan!" hardik Si
"Mbak Lila, maafkan aku, aku baru tahu jika selama ini kamu menahan sakit atas hinaan mereka padamu," batin Riana perih.****"Sekarang kamu masuk dan temui pelanggan di kamar 205, namanya mr Bryan," ucao Mirza pada Riana."Kali ini tamunya bule Mas?""Ya, dan seperti biasa aku sudah memberimu vitamin dan sedikit obat perangsang, biar kamu lebih bergairah, o iya, pelanggan kali ini orangnya suka cewek agresif, jadi kau harus melakukan apa yang dia suka, dan kau harus tahan dengan apapun yang dilakukannya padamu, paham!""Iya Mas aku ngerti.""Bagus, ya sudah sana kamu masuk, orangnya sudah menunggumu didalam."Riana pun turun dari mobil yang ditumpanginya, dengan kaki yang sedikit gemetar karena obat yang diberikan Mirza sudah bereaksi, Riana berjalan menuju kamar tujuannya.****Tak berselang lama Riana pun sampai di kamar no 205, Riana mengetuk pintu lantas membukanya, karena Mirza sudah memberi tahu jika kamar tidak di kunci dan Riana langsung masuk saja.Perlahan Riana membuka pin
"M, Mas Mirza, kok bisa aku ada disini, bukannya tadi Aku ada di…""Lain kali kalau kamu begitu lagi akan Aku usir! Masih untung pelangganmu masih membayarmu secara utuh, kalau sampai dia tidak mau membayarmu tentu Aku akan rugi besar," ucap Mirza sembari mendengus kesal karena ulah Riana."Tapi Mas, badanku sungguh tidak sanggup, dia, dia menyiksaku Mas, Aku takut," ucap Riana sembari menggigit bibir bawahnya."Yang namanya kerja seperti itu ya sudah resiko, siapapun pelanggannya Kamu tidak bisa memilih, karena itu memang sudah tuntutan pekerjaanmu seperti itu, awas jika lain kali kamu berulah lagi seperti itu!""Baik Mas," ucap Riana menahan perih yang teramat dalam, betapa dirinya merasa sudah tidak dihargai lagi, ibarat keset yang selalu di injak-injak, biarpun keset itu sangat penting agar kaki seseorang tidaklah kotor tapi tetap saja, keset tetaplah keset tidak akan berubah menjadi topi, begitu juga batin Riana, dia merasa tidak akan berubah menjadi Ratu, karena babu tetaplah ba