Share

Bab 6

Siang itu Lila tengah memanjakan dirinya dengan berbelanja karena sudah cukup lama dirinya tidak bersenang-senang, terlebih lagi semenjak Bu Widya dan Kakak iparnya Sinta menumpang di rumahnya.

Mereka merasa menjadi nyonya di rumah itu, jangankan melihat Lila shopping. Bahkan, hanya sekedar melihat Lila berbelanja bulanan saja, Bu Widya sudah mencaci makinya dengan berkata kalau Lila sudah terlalu boros dalam memakai uang Mirza.

Bukan maksud Lila tidak ingin memberitahu pada mereka perihal harta yang mereka kira adalah milik Mirza, hanya saja setiap kali Lila ingin memberitahukan itu. Selalu saja Mirza melarangnya dengan alasan tidak mau membuat Ibu kecewa, akhirnya, sebagai istri yang patuh dan akan menjaga aib suami, Lila pun menyetujuinya.

Namun, sayang, pengorbanan Lila justru menjadi racun baginya, kebaikan dan kepatuhan Lila Mirza gunakan untuk berhianat. Terlebih lagi pada saat Riana datang kerumah Lila dan mengaku sebagai saudara jauh dari keluarga Bu Widya.

Awalnya Lila memang percaya jika Riana adalah saudara dari Bu Widya, yah, itu memang benar, Riana adalah anak dari adik sepupu Bu Widya, hingga pada saat Lila terbangun di tengah malam Lila yang kehausan berniat mengambil minum di dapur. Tapi begitu sampai di depan pintu kamar Riana, karena kebetulan jika ingin ke dapur harus melewati kamar yang digunakan Riana

Lila mendengar suara yang tidak asing, apalagi kalau bukan suara desahan orang yang sedang melakukan aktivitas ranjang.

Lila cukup terkejut karena setahu dia, Rina belum menikah, Lila merasa marah karena Riana sudah berani memasukkan laki-laki di rumahnya.

Hingga akhirnya Lila nekat untuk membuka pintu kamar Riana dan ternyata tidak dikunci, bagai tertusuk seribu anak panah di dadanya, saat Lila menyaksikan dua anak manusia yang tengah bergulat di atas ranjang.

Ya, dia adalah Riana dan suaminya, sangking asiknya mereka menikmati permainan itu. Hingga mereka tidak menyadari jika Lila sudah merekam aktifitas merek berdua, setelah dirasa cukup, Lila menghentikan rekamannya.

Lila lantas memanggil Mirza, seketika itu juga aktivitas antara Mirza dan Riana terhenti, cukup terkejut saat Mirza mendapati istrinya sudah berdiri di dekatnya.

Awalnya Lila memang sangat marah, tapi logikanya berkata bahwa itu akan sia-sia. Hingga pada akhirnya Lila berkata pada Mirza bahwa Mirza harus menikahi Riana, jika setiap istri yang melihat suaminya tengah bermain gila akan mengamuk, Lila justru meminta suaminya agar menikahi Riana. Awalnya Mirza dan Riana cukup terkejut dengan titah Lila, tapi pada akhirnya mereka berdua senang karena ternyata Lika tidak marah, terlebih lagi Riana, dia merasa sangat begitu mudah masuk ke dalam rumah tangga Mirza.

Mereka tidak mengetahui jika otak Lila sudah berputar sedemikian rupa untuk membalas mereka dengan cara yang halus, halus tapi menyakitkan.

Aktifitas Lila terhenti karena gawainya berdering, Lila pun mengangkat ponsel yang ada di tasnya sembar duduk di kursi yang disediakan oleh toko.

"Ya hallo," sapa Lila.

….

"Apa?! Baiklah saya akan segera ke sana."

Setelahnya Lila menutup ponselnya dan kembali memasukkan ke dalam tasnya.

"Huh, mengganggu kesenanganku saja, kenapa sih mereka gak bisa sehari saja membuat hidupku tenang, terpaksa deh aku harus kesana."

Lila bergegas menyudahi kegiatan belanjanya, setelah membayar barang belanjaannya, Lila bergegas menuju parkiran dan melesat menuju restoran miliknya.

****

Karena jalanan tidak terlalu macet maka mobil Lila hanya dalam waktu sepuluh menit saja sudah sampai di parkiran restoran miliknya.

Begitu masuk ke dalam restaurant, benar saja jika telah terjadi keributan di dalam resto.

"Apa yang kalian lakukan!" hardik Lila pada si pembuat onar tersebut.

"Maaf, Bu, kami sudah memperingati tapi mereka tetap ngotot ingin minta dilayani secara spesial bahkan minta gratis, Bu, mereka bilang katanya Ibu mertua dan Kakak ipar nya Ibu jadi mereka ingin dibedakan," terang salah satu karyawan pada Lila.

"Oh jadi kalian minta di bedakan ya, sini, aku tau caranya yang baik untuk membedakan kalian," ucap Lila sembari tersenyum manis.

"Aldo! Tolong ambilkan makanan yang tadi mereka pesan, saya yang akan membayar dan melayaninya," titah Lila pada karyawannya yang lain.

"Nah, dengerin tuh bos kalian, aku sudah bilang aku ini Ibu mertua bos kalian, tapi kalian ngeyel! Lihat saja habis ini saya akan menyuruh bos kalian memecat kalian," ucap Bu Widya pongah. Sementara beberapa karyawan yang tadi sempat bersitegang dengan Bu Widya dan Sinta pun pucat, mereka takut jika apa yang diucapkan Bu Widya benar, maka mereka harus bersiap-siap kehilangan pekerjaan mereka.

Tidak berapa lama Aldo kembali dengan membawa nampan di tangannya, nampan yang sudah berisi makanan dan minuman yang dipesan oleh Bu Widya dan Sinta tadi.

"Jadi kalian mau dilayani spesial kan sama pemilik restaurant ini?" ucap Lila mendekati Bu Widya dan Sinta sembari memegang nampang di tangannya.

"Iya dong, biar gimanapun kami ini masih mertua dan ipar kamu, jadi kamu itu wajib melayani kami dengan baik," jawab Sinta masih dengan keangkuhannya.

"Baik, ini silahkan kalian menikmati!" ucap Lila dan seketika itu juga tiba-tiba Lila mengguyurkan makanan dan minuman itu ke tubuh Sinta dan Bu Widya.

"Lilaaaaaa! Apa-apaan kau ini ha!" hardik Sinta.

"Lila! Kenapa kamu siram kami! Dasar menantu tak tau diri!" hardik Bu Widya.

"Yang tak tau diri itu kalian! Seenaknya saja membuat kekacauan disini! Kalian pikir ini rumah makan nenek moyang kalian! Kalau mau makan ya bayar!"

"Dasar mantu tak berguna, kamu ini masih istrinya Mirza! Dapat hasil dari merampas milik Mirza saja kau sudah sombong, kembalikan harta anakku!"

"Hahahahaha, harta anakmu kau bilang? Hey Ibu Widya yang terhormat, anakmu itu datang padaku dalam keadaan miskin! Semua yang kami miliki yang kau akui sebagai milik anakmu itu adalah hasil kerja kerasku!"

"Alah, kami gak percaya! Mana buktinya kalau ini hasil kerja kerasmu?" sela Sinta.

"Aisyah! Kamu karyawan terlama, karyawan yang bekerja dari awal restoran ini buka dan orang kepercayaan saya, coba kamu katakan dari tahun berapa restoran ini dibuka!" ucap Lila pada Aisyah yang berdiri di belakangnya.

"Tahun 2014, Bu," jawab Aisyah.

"Kalian dengar! Restoran ini berdiri tahun 2014, sementara aku menikah dengan Mas Mirza tahun 2016. Jadi sudah terbukti jika ini punyaku, dulu aku ketemu sama Mas Mirza, dia hanya seorang OB di perusahaan yang ada di seberang restoran ini. Saat itu Mas Mirza mendapat perintah dari bosnya untuk memesankan makan siang untuk para karyawan yang ada di sana," ucap Lila sembari menunjuk gedung tinggi yang ada di seberang restoran miliknya.

"Dari situlah aku dan Mas Mirza kenal dan akhirnya kami menikah, bahkan rumah dan kendaraan itu juga aku beli sebelum menikah dengan Mas Mirza. Rumah itu aku beli tahun 2015, sementara kendaraan yang kupakai dan yang dua lagi itu pun sama tahun 2016 awal aku membelinya, sementara 2016 akhir aku dan Mas Mirza baru menikah, jadi mana yang kalian maksud itu adalah milik Mas Mirza?"

"Ya tapi, kayak mobil yang dipakai Mirza dan dua cabang restaurant barumu kan baru saja kalian punya setahun belakangan ini," ucap Sinta.

"Ya, kamu benar, Kak, kalian tidak usah khawatir, nanti di pengadilan aku tetap akan memberikan hak Mas Mirza karena aku bukan orang yang serakah. Aku akan memberikan hak Mas Mirza berupa gaji, jadi bukan harta gono-gini, karena sumber kedua cabang restaurant dan kendaraan yang dipakai Mas Mirza juga murni dari uangku, bukan uangnya Mas Mirza. Jadi aku hanya akan memberikan gaji pada Mas Mirza selama dia mengelola restaurant, itu pun juga harus dipotong uang nafkah untukku karena sampai detik ini Mas Mirza masih berkewajiban menafkahiku."

"Ya gak bisa gitu dong, kalau Mirza hanya diberi uang gaji dan itu pun harus dipotong untuk uang nafkahmu lalu Mirza dapat apa!" sentak Bu Widya.

"Ya itu bukan urusanku, pokoknya aku akan memberikan hak Mas Mirza, begitu juga Mas Mirza harus memberikan hakku, jadi kita adil! Sudah sana kalian pergi saja, lihat penampilan kalian sudah persis orang gila!"

"Ini semua karenamu Lila! Kami tidak terima! Awas saja kau akan kami balas!"

"Sudahlah, Bu, hati-hati nanti darah tinggi kumat. Anwar! panggilkan security, dan usir mereka, aku tidak mau melihat mereka ada di sini lagi, lama-lama bisa kabur pelanggan restoran jika mereka ke sini terus," ucap Lila seraya pergi meninggalkan Bu Widya, Sinta dan semua karyawannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status