"Cepat kau masuk sana, temanku sudah menunggu," ucap Mirza pada Riana saat mereka berada di parkiran hotel."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana," Mirza menatap Riana dalam."Aku takut Mas," ucap Riana sembari menggigit bibirnya."Apa yang kamu takutkan, toh kamu sudah pernah berhubungan denganku dan juga Mas Rian, kamu hanya perlu menikmatinya saja diatas kasur, biarkan tamu mu yang bekerja, karena mereka sukanya yang polos-polos, mereka gak suka cewek agresif, jadi kamu memang mesti dengan gayamu yang takut dan pemalu seperti ini.""M, maksud Mas mereka? Maksudnya gak cuma satu orang?"" Yah, begitulah, tamu yang memesanmu ada 3 orang, jadi kamu harus melayaninya dengan baik, maka dari itu tadi Mas kan udah kasih kamu vitamin dan juga sedikit obat perangsang, biar tenaga kamu full dan bergairah," ucap Mirza tanpa beban, sontak ucapan Mirza membuat Riana terkejut.Riana tidak menyangka jika Mirza mempunyai watak licik seperti itu, Mirza sungguh tega padany
"Tidak sia-sia aku memaafkanmu Riana, jika seperti ini terus maka aku akan kaya dalam waktu sekejap tanpa harus bekerja keras, dan dengan uang itu, aku bisa kembali menggaet Lila, kali ini kubiarkan Lila untuk membuangku, tapi lihatlah nanti jika uangku sudah banyak, aku pastikan kau akan bertekuk lutut padaku Lila," ucap Mirza sembari tersungging.*****Hari ini baik restoran pusat maupun restoran cabang sangat ramai pengunjung, Lila merasa keteteran, bahkan ia pun ikut turun tangan untuk melayani pembeli."Huft, sepertinya aku harus menambah lagi beberapa karyawan, padahal karyawan yang kupekerjakan sudah berjumlah 5 orang di setiap masing-masing restoran, tapi masih saja keteteran, alhamdulilah ya Allah, engkau berikan rezeki untukku yang begitu banyak." batin Lila."Siang Bu, maaf mengganggu, ini ada orang yang mau bertemu dengan Ibu," ucap Aisyah membuyarkan lamunan Lila."Siapa?""Saya tidak tahu Bu, tapi katanya ingin membooking restoran untuk lusa, dan katanya ingin bertemu de
Hari itu adalah jadwal restoran milik Lila diboking oleh Bu Farida, sedari pagi Lila sudah mempersiapkan semua bahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk acara pesta nantinya, restoran juga sudah di hias sedemikiam rupa yang sesuai dengan konsep pesta kali itu, karena akan merayakan pesta untuk orang dewasa, maka Lila tidak terlalu banyak memberi pernak-pernik pada restorannya saja, cukup sedikit hiasan ia berikan, hingga terkesan simple tapi tetap terlihat elegan.Pukul 4 sore semua sudah siap, baik dari makanan dan minuman, maupun dekor, dan Lila pun cukup puas dengan hasilnya."Wah, jadi terliht tambah mewah Bu Restoran kita, Ibu ternyata selain jago masak juga jago mendekor ya, Saya baru tau lho Bu," puji Aisyah, karyawan kepercayaan Lila."Ah, kamu bisa saja mujinya Syah," ucap Lila sembari tersenyum sumringah."Ih, Saya gak hanya muji tapi ini memang beneran bagus Bu.""Yasudah, sekarang kamu dan yang lainnya boleh istirahat, dan bersih-bersih, karena setelah ini kalian masih har
"Malam juga Nak Lila, Saya sangat suka dengan konsep yang Nak Lila pilihkan, simple tapi elegan dan terkesan mewah, padahal ornamen dan hiasan tidak terlalu banyak, kalau soal makanan kayaknya pasti enak, soalnya restoran Nak Lila ini kan sudah terkenal dengan masakannya yang enak.""Ah, Ibu bisa saja memujinya," ucap Lila tersipu."Bukan hanya sekedar memuji tapi memang kenyataannya begitu, Saya sudah beberapa kali makan di restoran ini dan rasanya memang enak," ucap seorang Pria yang ada di sebelah Bu Farida."Ah iya, saya sampai lupa, kenalkan ini anak Saya namanya Azka, Azka kenalkan ini pemilik restoran namanya Lila," ucap Bu Farida.Lila dan Azka saling bersalaman, saat bersalaman dalam diri Azka ada desir aneh yang menjalar di dadanya, Azka terus menatap Lila memandangnya kagum, tanpa Azka sadari kalau dirinya sudah terlalu lama bersalaman dengan Lila, Lila yang mendapat perlakuan seperti itu dari Azka tentu saja menjadi salah tingkah, sementara Bu Farida menangkap gelagat berb
Semenjak mengetahui skandal antara Riana dengan suaminya, Desi memang sangat membenci Riana, awalnya Desi menolak untuk menampung Riana yang dianggapnya sebagai pelakor, tapi setelah Mirza membujuknya serta diiming imingi dengan uang akhirnya Desi luluh juga."Anu, itu Ibu juga lagi bertanya Des.""Tanya sama siapa dan siapa yang hamil.""Noh si Riama yang bunting," seloroh Sinta, Sinta ini selain dia julid bin nyinyir juga mata duitan bin matre, dari ketiga anak Bu Widya hanya Sinta yang hingga saat ini belum juga menikah, itu lantaran Sinta terlalu banyak memilih dan menuntut, pernah beberapa kali Sinta menjalin asmara dengan laki-laki tapi akhirnya kandas ditengah jalan, karena kematrean Sinta."Riana? Hamil anak siapa? Jangan bilang anak Mas Rian," ucap Desi sembari menatap tajam Desi."A, aku juga gak tau Kak, ini anak siapa, kalau gak Mas Mirza ya Mas Rian.""Enak saja mau menuduh Rian dan Mirza, kamu itu kan pengobral selangkangan, bisa saja itu anak pelangganmu kan!" hardik Si
"Mbak Lila, maafkan aku, aku baru tahu jika selama ini kamu menahan sakit atas hinaan mereka padamu," batin Riana perih.****"Sekarang kamu masuk dan temui pelanggan di kamar 205, namanya mr Bryan," ucao Mirza pada Riana."Kali ini tamunya bule Mas?""Ya, dan seperti biasa aku sudah memberimu vitamin dan sedikit obat perangsang, biar kamu lebih bergairah, o iya, pelanggan kali ini orangnya suka cewek agresif, jadi kau harus melakukan apa yang dia suka, dan kau harus tahan dengan apapun yang dilakukannya padamu, paham!""Iya Mas aku ngerti.""Bagus, ya sudah sana kamu masuk, orangnya sudah menunggumu didalam."Riana pun turun dari mobil yang ditumpanginya, dengan kaki yang sedikit gemetar karena obat yang diberikan Mirza sudah bereaksi, Riana berjalan menuju kamar tujuannya.****Tak berselang lama Riana pun sampai di kamar no 205, Riana mengetuk pintu lantas membukanya, karena Mirza sudah memberi tahu jika kamar tidak di kunci dan Riana langsung masuk saja.Perlahan Riana membuka pin
"M, Mas Mirza, kok bisa aku ada disini, bukannya tadi Aku ada di…""Lain kali kalau kamu begitu lagi akan Aku usir! Masih untung pelangganmu masih membayarmu secara utuh, kalau sampai dia tidak mau membayarmu tentu Aku akan rugi besar," ucap Mirza sembari mendengus kesal karena ulah Riana."Tapi Mas, badanku sungguh tidak sanggup, dia, dia menyiksaku Mas, Aku takut," ucap Riana sembari menggigit bibir bawahnya."Yang namanya kerja seperti itu ya sudah resiko, siapapun pelanggannya Kamu tidak bisa memilih, karena itu memang sudah tuntutan pekerjaanmu seperti itu, awas jika lain kali kamu berulah lagi seperti itu!""Baik Mas," ucap Riana menahan perih yang teramat dalam, betapa dirinya merasa sudah tidak dihargai lagi, ibarat keset yang selalu di injak-injak, biarpun keset itu sangat penting agar kaki seseorang tidaklah kotor tapi tetap saja, keset tetaplah keset tidak akan berubah menjadi topi, begitu juga batin Riana, dia merasa tidak akan berubah menjadi Ratu, karena babu tetaplah ba
"Apa Mas! Gugurkan kandungan? Tidak, tidak Mas, Aku tidak Mau, sudah cukup banyak dosa yang telah aku perbuat Mas.""Setuju atau tidaknya kamu itu gak penting buatku, kamu tidak boleh menolak dan jangan coba-coba melawan.""Mas, Aku mohon jangan lakukan itu," hiba Riana sembari meneteskan air mata."Diam! Jangan banyak bicara, sebentar lagi kita akan sampai, kau nurut saja padaku, bukankah kau menginginkan maaf dariku?"Riana hanya bisa menangis menghadapi perubahan sifat san sikap dari Mirza."Seperti inikah dulu perlakuan Mas Mirza pada Mbak Lila? Sungguh bodoh diriku yang sudah termakan bujuk rayunya," Riana merutuki dirinya dalam hati."Aku tidak akan membiarkan anak ini digugurkan, bagaimanapun caranya aku akan mempertahankan anak ini, ya… nanti aku akan kabur saja," begitu batin Riana.****Mobil Mirza telah sampai di depan halaman rumah seorang dukun beranak, Mirza bergegas turun dan menarik tangan Riana untuk mengikutinya, tapi saat Mirza dan Riana sudah sampai di depan pintu