Part 33"Aku gak terima saja mereka menjelekkanmu, Dev. Sebenarnya siapa ya yang memprovokasi mereka?""Sudah, Mas. Gak usah dibahas lagi. Biar hukum Allah saja yang membalasnya. Bagaimana kalau kita fokus dengan hubungan kita sekarang?"Lelaki yang dulu begitu kaku ini sekarang lebih sering tersenyum. "Baiklah, apa katamu saja.""Mas, antar aku ke makam Silvi ya. Aku rindu padanya.""Oke, ayo kesana."Tak banyak kata sanggahan, Reyhan langsung bergegas mengajak calon istrinya."Pakai dulu sabuk pengamannya, Dev. Nanti kita mampir beli bunga di toko florist.""Iya, Mas," sahut Devi sembari tersenyum.Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mampir di toko Lisha florist, membeli karangan bunga mawar dan bunga warna-warni lainnya.Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat pemakaman umum. Devi berjalan menuju makam putrinya, disusul sang calon suami. "Sayang, gimana keadaanmu disana? Semoga baik-baik saja ya. Ibu datang kesini mau ngasih tahu, kalau ibu dan Om Reyhan akan
Part 34Setelah menjelaskan semuanya, Pak RT pun pamit pergi, begitu pula dengan para warga. Mereka meminta maaf pada Reyhan dan Devi. Besok mereka berjanji akan mengganti jendela kaca rumahnya yang pecah. Sementara beberapa orang diutus oleh Pak RT untuk berjaga-jaga di depan rumah Reyhan, karena beliau mengira ada yang sengaja mencelakakan mereka. Sementara yang lain bertugas ronda untuk keliling kampung agar suasana aman terkendali."Mas, coba buka bajumu. Biar kukompres lukamu, Mas," ucap Devi yang tak tega melihat Reyhan meringis ketakutan.Pelan, Reyhan melepas kaos yang di kenakannya hingga memperlihatkan otot tubuhnya yang atletis dan sixpack. Devi mengambil air hangat di wadah baskom lalu kain washlap yang lembut, tak lupa salep persediaan yang mereka punya di rumah."Auw, Dev, tolong pelan-pelan.""Iya, Mas. Tahan sebentar lagi ya. Tahan dulu, kamu pasti kuat, ini memang sedikit sakit." Usai mengompres luka l
Part 35Reno mengangguk lemah. Bu Witi terlihat menitikkan air matanya. "Bu, Reno pulang dulu. Mau cari pinjaman buat biaya perawatan ibu."Bu Witi hanya mengangguk sambil menatap anak lelakinya dengan nanar. Reno berjalan menjauh, ia tak menyangka hanya gara-gara jatuh di kamar mandi, ibunya justru lumpuh. Mungkin memang kesehatan sebelumnya kurang baik, sebagian memikirkan Ristha yang tak kunjung pulang.Ia menuju rumah Bang Andi, meminjam uang untuk pengobatan sang ibu. Tapi sayangnya di rumahnya tidak ada, Bang Andi sedang keluar kota untuk membeli keperluan usaha ternaknya. Di rumah hanya ada sang istri, sedangkan ia pun tak memegang uang lebih.Reno kembali dengan perasaan kalut. Ia pun bergegas menuju cafe tempatnya bekerja, hendak cashbon untuk biaya perawatan ibunya."Maaf ya Mas Reno, anda masih orang baru disini, jadi kami tidak bisa meminjamkannya. Minimal enam bulan kerja disini baru bisa cashbon," ucap sa
Part 36"Siaall! Semuanya gagal! Argghh!!" pekiknya. Ia melemparkan barang-barang yang ada di hadapannya. Hingga berserakan di lantai.Ia menjambak rambutnya sendiri, sekarang hatinya makin tak tenang melihat Devi menemukan kebahagiaannya."Awas saja kau, Devi!! Aku akan tetap membuatmu hancur berkali-kali!"Tok tok tok ... Sebuah ketukan pintu mengejutkannya.Siapa yang malam-malam datang kesini? Hatinya bertanya-tanya. Setelah Akbar ditangkap, dia tak punya teman pria lagi. Pesonanya sudah turun sebab wajahnya tampak keriput dari usia yang sebenarnya, karena susuk pemikat itu sudah tak ajaib lagi. Tak punya daya tarik untuk menggoda para lelaki, uangnya pun telah habis, dia tak punya uang untuk pergi ke orang pintar.Tanpa menyibakkan tirai, dia membuka pintu. Alangkah terkejutnya saat melihat dua petugas dengan seragam polisi ada di depan pintu."Pak polisi? Ada apa ya, Pak?""Kami membawa surat penangkapan u
Part 37Reno bergegas pergi menuju Cafe Bintang, tempat kerjanya saat ini. Untunglah ada pekerjaan yang sudah beberapa bulan ini ia tekuni sebagai penghasilan pokoknya.Bahkan sebenarnya, Reno ingin mencari penghasilan tambahan, setelah jam kerjanya selesai, narik ojek misalnya.***Sementara itu.[Aku sudah di Cafe Bintang, Ta. Ditunggu ya kedatanganmu]Rita yang menerima pesan WA itu tersenyum. [Iya sebentar lagi kami sampai.]Hari ini Rita mengajak Reyhan dan juga Devi untuk bertemu dengan lelaki yang saat ini tengah dekat dengannya."Cieee yang senyum-senyum terus dari tadi," ledek Devi."Haha, iya nih, Mbak. Rasanya deg-deg an.""Dek, jadi kamu beneran jatuh cinta sama pria itu?" tanya Reyhan menimpali. "Emmh ya, gak tau juga sih, Mas, aku aja masih bingung.""Ya elah dek, kalau memang serius suka ya gak apa-apa, kami dukung lho."Devi pun mengang
Part 38"Astaga! Bocah ituuuu! Kerasukan setan mana dia?! Bisa-bisanya pulang gak nemuin ibu tapi malah pergi lagi! Ck!"Belum sempat Reno mengejarnya, Ristha sudah lebih dulu pergi dengan sebuah mobil mewah yang berjalan menjauh dari rumahnya."Malam-malam begini mau kemana sih dia pergi? Sama siapa? Kenapa dia diantar pakai mobil?"Reno menggeleng pelan. Seberapapun besar memikirkannya, tapi otaknya belum nyampe. "Apa Ristha sudah dapat pekerjaan? Pekerjaan apa? Kenapa sekarang adikku berubah begini?" gumamnya sendiri."Ren ... Reno ...." Panggilan sang ibunda membuyarkannya. Lelaki itu bergegas ke kamar sang ibunda usai menutup pintu depan. "Ya, Bu?""Siapa tadi yang datang, Ren?" "Tadi Ristha pulang, Bu."Wajah wanita paruh baya itu tampak berbinar dan bersemangat usai mendengar ucapan anak lelakinya. Bu Witi berusaha duduk sambil tersenyum."Mana dia, Nak?"Reno langsu
Part 39Devi tersenyum. "Aku senang kalau kamu menyukainya. Setelah Rita menikah nanti, kita akan pindah ke sini. Sekalian nyicil beli barang-barang yang kita butuhkan nanti.""Iya, Mas. Emmhh, apa boleh aku meneruskan usahaku yang pernah gagal?"Reyhan tersenyum. "Usahamu tidak gagal, Sayang. Hanya tertunda saja. Tentu saja, lalukan apapun yang kamu suka. Asalkan masih dalam hal positif."Devi mengangguk dan tersenyum lagi. Sungguh, perlakuan sang suami membuatnya merasa teristimewa. Padahal ia pernah berada di kubangan luka yang dalam. Bila mengingat dahulu, ia lantas teringat dengan mendiang putri tercintanya. Seketika hatinya jadi pilu."Mas, pulang dari sini apa boleh mampir dulu?""Mau kemana?""Ke makam Silvi," jawab Devi sambil tertunduk."Ya, tentu saja, Sayang. Kita akan ke makam Silvi.""Terima kasih, Mas.""Jangan terus-terusan berterima kasih padaku. Hei, apakah kau tidak
"Sayang ...?""Ya?""Aku baru saja nerima telpon dari rekanku, ada kepentingan di luar kota, ini mengenai riset yang akan kulakukan untuk pembuatan buku aku. Apa kamu gak apa-apa kalau ditinggal sendiri di sini?" tanya Reyhan.Jadi, selain mengelola toko bukunya, sekarang Reyhan merambah pekerjaan menjadi seorang penulis. "Berapa hari, Mas?""Mungkin sekitar seminggu, Yang.""Kapan berangkatnya, Mas?""Besok, Yang. Jadi, nanti aku gak bisa nemenin kamu lapor ke pak RT, gak apa-apa kan?" tanya Reyhan lagi.Meski perumahan baru, tapi kompleks ini sudah banyak ditempati para warga dan sudah dibentuk RT dan RW setempat."Tadi sih aku udah ketemu Pak RT tapi cuma ngobrol sebentar doang.""Kapan?""Tadi, pas kamu tertidur."Devi mengangguk. "Semoga lancar ya, Mas.""Aamiin ya Allah.""Ya sudah, aku mau masak buat makan malam dulu.""Eh, gak usah, Yan