Share

BAB 9

Pagi hari.

Aku berangkat kerja dengan tidak semangat. Semalam, Zahra ternyata sudah dibawa pulang oleh orang tuanya. Terbukti saat aku keluar dari kamar Ibu dan hendak masuk ke kamarku, sudah tak ada lagi dia. Hanya ada Om Ahmad dan Pak RT yang menungguku.

"Wei, lemes amat?" Aku terkejut saat Leman, teman kerjaku, memegang bahu.

"Eh, Lu."

"Kenapa, sih? Kok kaya nggak bersemangat gitu? Abis tempur, ya?"

"Tempur gundulmu peyang! Gue, cerai sama Zahra," jawabku.

"Apaaa? Cerai?" Teriakan Leman sontak membuat beberapa karyawan satu divisi denganku, menoleh.

Aku menunduk, meminta maaf pada mereka karena telah mengganggu. Kuseret Leman menuju ruanganku.

"Jangan berisik, b*go! Ngapain lu teriak? Sekalian aja lu pake toa biar seluruh kantor tau kalau gue cerai sama Zahra!" sungutku.

"Wah, boleh tuh. Lu mau diobral?"

Bug!

Kulemparkan map kosong ke wajahnya. Ia tertawa lebar. Begitulah, Leman. Sahabat semasa SMAku. Ia paling senang jika aku tersiksa, tapi memang ini persahabatan, kan?

"Kok bisa,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status