"Lho, Mas. Katanya mau mijitin?" Anisa cemberut.
Aku merasa mimpi barusan begitu nyata. Mungkin ini memang suatu pertanda Ulfa sudah berubah pikiran.
"Mas?" Anisa menggoyangkan lenganku, tangannya ia gerakkan ke kiri dan ke kanan di depan wajahku.
"Iya, kenapa?"
"Kamu melamun?"
Aku tidak menjawab pertanyaan Anisa dan kembali duduk di kursi. Kupijit kepalaku yang mendadak nyut-nyutan.
Terdengar suara pintu diketuk sehingga membuatku tersentak. Itu pasti Ulfa. Dia benar-benar datang dan mau memaafkan aku. Sepertinya aku berbakat untuk meramal masa depan. Tadi berharap Ulfa datang dan sekarang menjadi kenyataan.
"Ya, sebentar." Aku beranjak dan menjawab dengan senyuman. Kupersiapkan senyum terbaikku untuk menyambutnya..
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 16"Wah, ada banyak makanan ini?" ucap Mama yang baru keluar kamar. Tanpa sungkan ia mengambil satu potong ayam."Satu aja, ya, Ma. Ini semua milikku." Anisa menjauhkan makanan dari jangkauan Mama."Memangnya kamu sanggup menghabiskan semua makanan ini?" tanya Mama dengan dahi berkerut."Kalau sekali makan memang nggak habis, tetapi, kan bisa dimakan nanti?""Nggak baik menyimpan makanan untuk nanti-nanti. Lebih baik kita makan saja, nanti bisa pesan lagi." Mama menganbil puzza yang ada di dekat Anisa."Oke, deh, kalau gitu nanti Mama yang pesan, ya?""Siip,""Aku dah kenyang. Mau istirahat sekarang. Mama bereskan semuanya, ya!" Anisa beranjak dari duduknya dan melenggang masuk kamar."Nis, masa iya Mama suruh bereskan ini semua?""Terus siapa? Aku, kan lagi hamil?" tanya Anisa santai."Sudahlah Rey, Anisa benar, dia lagi hamil dan butuh istira
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 17"Itu sepertinya tidak mungkin, Bu. Kalau aku tinggal di sini, siapa yang akan menempati rumah kami?" Ulfa mendongak."Benar juga, ya. Baiklah kalau kalian tidak mau tinggal di sini, tetapi Ibu mohon kalian sering jenguk Ibu, ya?""Iya, Bu, pasti.""Kalau boleh tahu, sebenarnya ibu menginginkan aku untuk menikah dengan siapa?" tanya Ulfa. Sebuah pertanyaan yang sama denganku."Alif Amar,""Alif Amar? Siapa dia, Bu?" tanya Ulfa."Dia adalah seorang pemuda yang baik, sholeh, dan petani tulen serta giat bekerja di sawah," papar Bu Salma."Oh, Alif yang rambutnya agak keriting itu, ya?" Ulfa manggut-manggut."Bukan hanya ibu yang menginginkan ia untuk menjadi menantu karena ia memang sosok pemuda yang ... Ah sudahlah lupakan saja tentang Alif. Sekarang kamu sudah punya Rey meskipun ia bukan seorang petani yang bisa melanjutkan menggarap sawah bapakmu yang lu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 18"Dek?""Sayang?""Jangan panggil sayang lagi padaku, Mas. Memanggil sayang tidak pantas bagi seorang yang sudah membuat hati luka.""Aku, kan sudah minta maaf? Bukankah kamu pernah bilang kalau manusia adalah tempat salah dan lupa? Dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah minta maaf dan mengakui kesalahan. Sekarang tugasmu adalah memaafkan aku dan menerima Anisa sebagai madu.""Silahkan kamu pulang, Mas. Mungkin aku masih bisa memaafkan untuk selain pengkhianatan," jawab Ulfa sambil tetap menatap layar laptop di depannya."Dek, aku melakukan ini juga untuk kita. Aku ingin kita punya anak dengan menjadikan Anisa sebagai istri. Aku melakukan ini karena terinspirasi dari film India yang sering kita tonton bersama tentang seorang istri yang sadar diri karena tidak bisa punya anak dan membiarkan suaminya menikahi wanita lain agar punya anak. Aku ingin kamu menjadi wanita seperti tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 19"Dari mana, Rey?" Mama menyambutku ketika aku baru sampai rumah."Dari toko, tetapi Ulfa tidak mengizinkan masuk," jawabku lemas."Kok bisa?" tanya mama dengan nada tinggi."Ya, bisa lah, toko itu, kan atas nama dia. Lagi pula modal untuk mendirikan toko itu memang dari Ulfa dan aku tidak ikut membantu sedikitpun.""Itu artinya kamu tadi diam alias tidak melawan saat Ulfa melarang masuk ke toko itu?""Melawan seperti apa maksud Mama?""Ya, seharusnya kamu kekeuh bilang kalau toko itu juga milikmu. Masa iya kalah sama perempuan?""Ini bukan soal kalah atau menang, Ma, tetapi ini soal hak milik.""Sekarang pesananku mana?" Mama menadahkan tangan sambil menatapku dengan tatapan tajam."Pesanan apa, sih, Ma?""Biasanya kamu selalu bawakan Mama roti selai saat pemasok datang. Ini kenapa enggak? Sudah mulai lupa dengan Mama? Ingat, Rey, kamu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 20"Mas, besok kita ke dokter kandungan, ya?" Anisa menoleh sebentar."Kenapa? Perut kamu sakit?" Meski kesal, tetapi aku tetap ingin menunjukkan kalau aku adalah suami yang pengertian.Anisa menggeleng."Kalau tidak sakit, kenapa mengajak ke dokter kandungan?" tanyaku dengan dahi mengernyit."Ye, kamu pikir yang boleh ke dokter hanya orang sakit." Anisa mengerucutkan bibir."Terus mau ngapain? Tidak mungkin mau belanja, kan kalau ke dokter?""Aku mau USG, biar tahu anakku ini laki-laki atau perempuan." Anisa mengusap perutnya yang masih rata."Kenapa mesti buru-buru USG? Kapan-kapan aja, ya kalau sudah sekitar empat atau lima bulan agar terlihat lebih jelas.""Aku nggak mau, Mas. Pokoknya besok harus USG."Aku menghela napas perlahan, wanita ini kalau punya keinginan harus selalu dituruti. Apalagi kata Mama, aku harus selalu mengalah karena ia sedang hamil. Menyebalkan.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 21"Oh, Anisa yang mau. Ya udah nggak apa-apa. Sana berangkat! Hati-hati, ya?"Lah, aku pikir Mama sependapat denganku untuk menunda USG, ternyata ia malah mendukung keinginan Anisa."Jangan lupa nanti mampir ke toko dan mengambil roti serta susu," pesan Mama saat aku membuka pintu mobil."Iya, Mas. Susu hamilku juga sudah habis. Aku mau ambil beberapa di toko sekalian buat persediaan," sahut Anisa yang sudah duduk manis di dalam mobil.Ah, ya, benar kata Mama kemarin. Meskipun aku tidak ikut memberi modal di toko itu, tetapi aku punya andil besar dalam mengembangkan toko yang menyediakan aneka kebutuhan sehari-hari itu. Boleh dikatakan toko milik Ulfa itu minimarket yang menyediakan aneka barang mulai dari yang enak dimakan sampai yang tidak dapat dimakan seperti sabun, diapers, sandal sepatu dan lain sebagainya.***Aku dan Anisa sedang menunggu di kursi antrian saat melihat seor
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 22"Kamu mau ke mana, Mas?" Anisa meraih tanganku saat hendak berbalik untuk mengejar Ulfa. Ya, aku harus mendapatkan dia kembali sebelum terlambat."Aku harus menemui Ulfa." Aku menepis tangan Anisa."Maaf, Pak. Sebenarnya ini ada apa? Dan siapa wanita ini?" tanya sang dokter."Saya istrinya Pak Rey dan sekarang saya sedang hamil anaknya," jawab Anisa."Istri? Maksudnya? Bukankah istri Pak Rey itu Bu Ulfa? Dan dia juga sekarang sedang hamil?""Em." Aku menggaruk kepala yang tidak gatal."Kenapa, Pak?" tanya wanita berkaca mata itu lagi."Iya, Dok. Dia istri baru saya." Aku nyengir. Pipiku menghangat, mungkin berubah warna menjadi merah karena malu."Terus, bagaimana dengan Bu Ulfa? Apakah dia masih berstatus istri Bapak? Lalu, bagaimana dengan anak yang ada dalam kandungannya? Maaf, Pak. Sebenarnya saya tidak berhak mengetahui masalah keluarga terlalu mendalam sepert
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 23Bukan hanya Ulfa yang sedih dengan penyakitnya yang dapat menghambat kehamilannya, aku dan Mama juga merasakan hal yang sama.Satu tahun terakhir, Ulfa mengkonsumsi obat untuk meredakan sakit saat ia datang bulan. Ya, setiap tamu bulanan itu datang, ia selalu kesakitan yang teramat sangat. Bahkan untuk berjalan pun ia tidak sanggup. Ia harus merangkak meski hanya sekadar ingin ke kamar mandi. ia hanya berbaring sambil terus memegangi perutnya yang katanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam.Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perjuangan dan kesabaran berbuah manis, tetapi kenapa harus sekarang di saat aku sudah bosan melihatnya?"Selamat, ya, Pak. Akhirnya Bu Ulfa hamil juga." Dokter membuyarkan lamunanku tentang perjuangan Ulfa yang sangat berat untuk bisa mendapatkan buah hati."I--iya, Dok. Kalau begitu saya permisi mau mengejarnya." Aku berbalik dan meninggalkan Anisa bersama dokter te