KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 64
"Aku pergi dulu, ya, Mas!" Bella mencium pipi Gibran kanan dan kiri secara bergantian.
"Mau kuantar?" tanya Gibran.
"Enggak, Mas. Aku bisa sendiri, dah!" Bella melambaikan tangan.
"Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan si Bella itu," ucap Mama seperti bergumam sendiri.
"Gibran, sebaiknya kamu pikir-pikir lagi untuk menikahi Bella. Selain matre, ia juga tidak beres. Mama punya firasat buruk tentangnya."
"Sudah berapa kali kubilang, Mama tidak usah ikut campur," ucap Gibran ketus.
"Terserah kamu, lah."
"Ya emang terserah aku." Gibran ngeloyor masuk ke kamarnya.
"Kalau bukan Gibran, terus siapa yang mengambil uangku, Ma?"
"Kita pikirkan itu nanti. Sekarang kita ke rumah Ulfa dulu. Aku ingin memberinya hadiah agar ia tahu kalau aku sangat menyayangi dan perhatian pada calon cucu yang ada di dalam rahimnya itu. Kita bawa susu yang diambil Anisa karena ia sekarang
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 65"Mama, tolong aku, Ma!" Aku berlari ketakutan keluar dan menabrak apa saja yang ada di depanku."Ada apa, sih, Rey? Mama lagi mau istirahat ini!""Ma, barusan si Anisa telepon, dia bilang sudah mengambil uang hasil penjualan mobil kita," ucapku dengan terengah-engah."Itu tidak mungkin, Rey. Anisa masih di rumah sakit saat ini.""Apa mungkin itu arwahnya si Anisa, ya, Ma?""Arwah? Maksud kamu?""Siapa tahu di Anisa mati tertabrak mobil kemudian arwahnya marah sama kita karena sudah menyakitinya. Yang aku dengar, ya, Ma, wanita yang mati usai melahirkan akan menjelma menjadi kuntilanak. Hii." Aku bergidik ngeri. Seketika bulu kudukku berdiri."Mulai sekarang kita harus siap-siap diteror oleh si kuntilanak Anisa." Peluhku bercucuran karena takut. Tubuhku gemetar"Reyhan, Reyhan, mana ada kuntilanak. Kita cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum membuat kesimp
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 66"Halo, Mas. Setelah kuhitung ternyata uang ini tidak cukup untuk membayar ganti rugi selama di rumah kamu setelah dikurangi untuk biaya rumah sakit tadi." Terdengar suara Anisa dari seberang sana.Tanganku terulur dan gemetar saat mengambil benda yang baru saja memperdengarkan suara wanita yang baru saja kutinggalkan itu."Mas? Kamu dengar aku, kan?""I--iya.""Bagus kalau telingamu masih berfungsi dengan baik. Benar kata Mama, aku harus pisah dengan lelaki brengs*k dan tidak bertanggung jawab sepertimu.""Nis, ka--kamu masih hidup, kan? Dan kamu tidak melakukan panggilan ini dari alam kubur, kan?" tanyaku lirih. Balam bayanganku, si Anisa sudah menjelma menjadi wanita berambut panjang yang memakai baju putih menyentuh tanah dan sedang tertawa menyeringai."Kamu ini ngomong apa, sih, Mas? Dengar, ya. Kamu nggak usah mencari uang itu lagi karena uang itu sudah aman dalam genggamanku." Su
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 67" Jadi, saat kami pergi meninggalkan aku tadi, aku segera menghubungi Mama dengan pinjam ponsel salah seorang perawat di sana. Mama segera menjemputku dan mengantar ke rumah kamu untuk mengambil ponsel dan semua bajuku. Awalnya aku hanya ingin mengambil apa yang kupunya karena tidak mungkin meninggalkan pakaianku yang bagus-bagus itu sama kamu. Kesenengan kamu nantinya, bisa dijual dan masih bisa laku dengan harga tinggi karena semua pakaianku adalah baju branded. Mama bilang kalau kamu sudah jual mobil, aku carilah uang itu. Dan beruntungnya aku, kamu tidak segera pulang sehingga aku leluasa mencarinya hingga akhirnya ketemu di laci."Ah, sepulang dari rumah sakit, kami memang tidak langsung pulang melainkan mampir makan dulu. Kini aku hanya bisa menyesali diri kenapa tadi begitu terburu-buru saat mengantar Anisa ke rumah sakit sehingga tidak sempat mengunci pintu. Pantas saja Anisa bisa dengan mudah masuk dan menggondol uangku.&
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 68"Ayo, Rey, buka ponselnya!" Mama menggoyangkan lenganku."Buat apa?""Tanya Mbah Google!""Nih, biar Gibran aja yang cari!" Aku mengulurkan ponselku pada Gibran."Eh, kok, aku? Enggak. Aku nggak mau ikutan stres seperti kalian. Mana ada paranormal yang bisa ngasih ilmu begituan." Gibran mengibaskan kedua tangannya."Sepertinya benar kata Mama. Aku juga ingin tahu apakah nanti Ulfa bisa menerimaku kembali atau tidak? Oke, aku harus tanya Google di mana paranormal itu tinggal." Aku tersenyum dan menarik kembali ponsel yang sudah ditolak Gibran."Mas, please jangan mengada-ada!" Gibran menangkupkan tangan di dada."Kamu nggak usah khawatir, Gi. Nanti kalau aku sudah bisa meramal masa depan, akan kukasih tahu seperti apa kehidupan kamu dengan Bella nantinya. Apakah akan bahagia atau tidak? Apakah dia wanita setia atau tidak? Jadi, kamu bisa persiapan dari sekarang. Tak kusangka Mama punya ide ce
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 69"Yah, aku pikir kamu benar-benar sayang padaku sebagai saudara? Ternyata ada maunya." Aku cemberut."Ini juga sebagai tanda sayang, Mas! Ya, udah sana berangkat, sudah lapar ini." Gibran mengusap perutnya yang keroncongan."Iya, tetapi nggak bisa cepet, ya. Kami mau ke rumah Ulfa dulu." Aku memasukkan uang ke dalam saku tanpa dimasukkan ke dalam dompet terlebih dahulu. Malu bawa dompet, tetapi isinya cuma dua puluh ribu plus sisa uangku yang tadi kubawa. Seandainya tahu Anisa mau datang, susah pasti uangnya akan kubawa semuanya."Beliin dulu, Mas. Mbak Ulfa jam segini juga masih di toko." Gibran melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Aku malas bolak-balik, nanti aja biar sekali jalan, hemat waktu dan biaya. Kalau sudah tidak tahan, makan aja apa yang ada di rumah.""Sebenarnya aku juga sudah kangen dengan masakan Mbak Ulfa yang enaknya nggak kalah sama masakan restoran. Apa aku ikut kalian aja, y
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 70"Stop! Jangan bilang hantu lagi. Anisa masih hidup, dia baru saja telepon, kan?" tanya mama."Iya, sih, tetapi siapa?""Kita tunggu saja, siapa yang keluar dari mobil itu?" Mama menunjuk mobil yang kini sudah berada di dekat kami.Aku tidak mau melepaskan pandangan dari mobil itu. Mobil berhenti dan Ulfa terlihat keluar dari dalamnya. Jantungku berdetak kencang ketika melihat wajahnya. Oh my God, apa ini yang disebut dengan jatuh cinta lagi? Kutekan dadaku perlahan agar degup jantungnya berkurang."Ulfa?" Aku menyongsong kepulangan wanita yang dulu sangat kucintai itu."Mas Rey? Ada perlu apa, ya?" Ulfa membuka kaca matanya.Aku menyenggol lengan Mama untuk memberi isyarat agar ia membantu menjawab."Mama kangen sama kamu, Ul?" ucap Mama nyengir."Hanya itu?" tanya Ulfa."Kok di rumah sepertinya ada orang? Aku tadi sudah memencet bell dan terdengar suara langkah kak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 71"Ini Sutinah, bukan Bella," ucap Ulfa."Benar Pak, saya Sutinah, pembantu di rumah Bu Ulfa ini. Memasak, menyapu, mencuci pakaian meski dengan mesin cuci, mengepel lantai, sudah menjadi pekerjaan saya sehari-hari." Wanita yang kukira Bella itu nyengir."Aku yakin kamu itu Bella, bukan Sutinah." Aku melihat dengan seksama wanita di hadapanku."Maaf, Bella itu siapa, ya, Pak? Apa mungkin wajahnya mirip dengan saya sehingga menganggap saya ini Bella?"Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Meskipun penampilannya berbeda seratus delapan puluh derajat, tetapi aku yakin wanita yang mengenakan celana kulot dan kaus oblong itu adalah pacar Gibran yang dibawa pulang waktu itu."Pak?" Wanita itu mengibaskan tangan di depan wajahku."I--iya? Kamu yakin kalau bukan Bella?""Bapak percaya kalau di dunia ini kita punya kembaran tujuh? Saya yakin, Bella yang Bapak maksud itu adalah salah satu kembaran saya
"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 72"Tunggu, Ul. Aku ke sini mau bertemu kamu, masa malah ditinggal?" Aku meraih tangan Ulfa, namun dengan cepat wanita itu mengibaskannya."Kita sudah bertemu, jadi tidak ada alasan bagiku untuk di sini." Ulfa melengos."Ul, aku mau bilang kalau mobil itu sudah kujual." Aku mulai bercerita."Aku sudah tahu, Mas. Bukankah waktu itu kamu minta surat mobil itu agar bisa dijual?""Ya, tetapi uangnya sudah nggak ada." Aku menunduk."Mungkin kalau aku masih jadi istrimu pasti akan bertanya uang sebanyak itu kamu gunakan untuk apa sehingga sudah habis, tetapi berhubung kamu bukan siapa-siapaku lagi, maka aku tidak peduli, mau itu sudah habis atau masih ada," jawab Ulfa."Dengarkan aku, Ul. Uang itu sudah habis karena diambil Anisa dan sekarang aku sudah tidak punya uang sama sekali.""Itu deritamu, Mas. Jangan ceritakan padaku." Ulfa melengos dan hendak pergi meninggalkanku, tetapi