Share

DIKIRA KEKASIH BARUNYA

Luna baru tiba di Aaron Management dan langsung disambut hangat oleh Daren di depan pintu utama.

Luna merasa sedikit lega dan seketika rasa gugupnya hilang begitu melihat Daren.

“Hy Lun, long time no see you dan kamu semakin perfect,” komentar Daren yang menilai Luna dengan angka sempurna.

Luna hanya menyematkan senyuman malu-malu.

“Perfect apanya Dar? Tambah kurusan iya, banyak begadang nemenin Xander soalnya,” kilah Luna.

“Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat,” balas Daren yang seketika membuat hati Luna menjadi hangat dan mengingatkannya pada sosok mendiang Louis.

“Kamu tahu? Aku benar-benar gugup sekarang, lihatlah tanganku sampai keringat dingin,” celoteh Luna kemudian yang langsung disambut tawa kecil Daren.

“Wajar sih karena ini hari pertamamu bekerja di sini, tapi percayalah kamu pasti akan terbiasa nantinya.”

Luna mengangguk-angguk mendengarkan perkataan Daren sembari berjalan beriringan bersama menuju pintu lift tanpa memperhatikan sekitar.

Jadi dia tidak tahu kalau kedatangannya di Aaron Management sejak tadi sudah menjadi pusat perhatian banyak orang.

“Siapa ya perempuan cantik yang bersama Mas Daren? Apa dia artis baru?”

“Mungkin calon artis baru karena aku baru pertama kali melihatnya di kantor ini.”

“Iya, kalau benar dia calon artis, aku pasti akan menjadi fans pertamanya nanti setelah dia resmi menjadi artis Aaron.”

Beberapa suara bising di belakang mencapai telinga Luna, tapi ia mengabaikannya.

Ia segera masuk lift bersama Daren hingga mencapai lantai enam dimana ruangan Sean berada.

Ting

Begitu pintu lift terbuka, jantung Luna kembali berpacu dengan cepat hingga ia meremas sisi mini dressnya.

“Luna, kamu harus percaya diri di depan Sean.” Daren mengingatkannya sebelum mereka masuk ke ruangan Sean.

Luna mengangguk diikuti tarikan nafas beberapa kali sebelum akhirnya ia ikut masuk ke dalam bersama Daren.

“Hey Sean, perkenalkan ini Luna, penggantinya Mbak Tisa.”

Sean tertegun sesaat dan tanpa sadar ia memandangi Luna dari atas hingga bawah. Bukan maksud apa-apa, tapi ia merasa Daren telah salah.

Harusnya perempuan yang ia bawa bukan menjadi asisten pribadinya melainkan artis Aaron Management, tapi demi menghargai Luna, ia hanya mengangguk dan berkata, “Baiklah kalau begitu kamu bisa mulai bekerja hari ini juga.”

Luna tersenyum senang dan ia mengangguk malu-malu.

“Terimakasih Mas Sean.”

“Sama-sama, kamu tunggu di luar sebentar, aku ingin bicara dengan Daren soal perubahan jadwal syutingku hari ini."

Luna hanya mengangguk patuh dan berbalik keluar dari ruangan Sean.

Begitu Luna keluar, Sean langsung meninju lengan Daren hingga suara kesakitan melolong dari mulut Daren saat itu juga.

“Sial, kamu bawa asisten pribadi secantik bidadari. Apa kamu tidak salah Dar?"

“Aku hanya membantunya mendapat pekerjaan, lagipula dia adik mendiang Louis, sahabatku yang juga dulunya merupakan manager departemen humas di Aaron Management, jadi tolong jangan persulit dia.” Balas Daren yang masih meringis kesakitan sambil mengelus lengannya dengan tangan satunya.

“Terlepas dia bukan adik Louis pun, mana mungkin aku mempersulit perempuan secantik dan selembut itu?"

"Hmm jangan bilang kamu love at the first sight dengan Luna."

"Bagaimana kalau aku membenarkannya?"

Mata Daren membola seketika mendengar pengakuan Sean, jadi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menertawakannya.

“Ya Tuhan Sean, kupikir cintamu terpatri hanya untuk Aura seorang,” goda Daren.

Sean bersiap meninju lengan Daren lagi tapi Daren langsung menghindar.

“Santai Brother, aku bercanda. Maksudku selama ini hidupmu selalu berkutat hanya pada Aura bertahun-tahun, siapa sangka kalau kamu bisa tertarik pada Luna hanya dengan pandangan pertama?"

“Itu karena selama ini aku hanya menganggap Aura teman.”

“Teman tapi mesra?” Goda Daren lagi.

“Terserah, aku tidak punya waktu meladenimu. Luna menungguku.” Sean berkata sambil buru-buru dan langsung pergi meninggalkan Daren sendirian di ruangannya.

Daren geleng-geleng kepala melihat sikap sepupunya.

***

Perjalanan menuju lokasi syuting, suasana di mobil Sean terasa canggung, Luna yang belum mengenal Sean terlalu dekat secara personal tidak tahu harus membahas apa dan mulai pembicaraan darimana, padahal dia jelas Sever (nama fans Sean), dan harusnya ada banyak hal yang bisa ia bahas karena ia mengikuti Sean sejak pertama berkarir.

Tapi mulutnya seakan terkunci tiba-tiba dan kuncinya tidak tahu dimana sehingga sulit untuk membukanya.

Jadi ia hanya mengetuk-ngetuk jari-jari rampingnya yang cantik pada jendela mobil sambil menikmati lagu yang ada di mobil.

Hingga suara deheman dari samping mengejutkannya.

Seketika Luna menghentikan jari-jarinya yang asik menikmati lagu dan menoleh ke arah sumber suara.

“Mas Sean mau minum?” Tanyanya refleks sambil buru-buru membukakan botol minuman untuk Sean.

Sean tersenyum dan ia mengangguk, jadi Luna menyerahkan botol minuman milik Sean yang sudah ia buka ke arahnya.

Pada saat itu, Zacky sopir pribadi Sean pun ikut berdehem dan tersenyum untuk menggoda Sean dari depan, tapi Luna justru bertanya dengan hal yang serupa.

“Mas Zacky juga butuh minum?”

“Tidak, terimakasih Luna. By the way panggil aku Zacky saja,” balas Zacky.

Luna tersenyum dan ia meralat ucapannya, “Baik Zacky.”

Melihat Luna yang cepat akrab dengan Zacky, Sean bergumam kesal seolah tak terima.

Zacky menahan tawa dan ia tidak berani berkomentar apapun lagi seolah tidak terjadi apa-apa.

“By the way Lun, kamu sudah sarapan?”

“Sudah Mas, aku selalu bangun pagi setiap hari untuk membuat sarapan.”

“Kamu bisa masak?” tanya Sean kaget, seolah memasak itu hal yang tabu bagi wanita secantik Luna.

Luna mengangguk dan ia bertanya malu-malu, “Bisa, Mas Sean mau coba?"

“Boleh, bisa masak apa saja?”

“Banyak, aku suka mencoba menu-menu baru terutama masakan luar negeri."

“Emm, aku suka makanan Jepang, kamu bisa nggak?” Sean seolah mengujinya.

Luna mengangguk lagi dan membuat Sean semakin kagum.

“Definisi perempuan paket lengkap,” batinnya dengan seringai penuh kebahagiaan.

Tak terasa mobil akhirnya tiba di lokasi syuting.

Pada saat itu para wartawan sudah ramai berada di sana, hal itu membuat Luna gugup dan bertanya, “Mas Sean, apa setiap hari ada banyak wartawan seperti ini di lokasi syuting?”

“Tidak, kebetulan saja kemarin serial film webku booming dan viral di beberapa negara, jadi mungkin mereka ingin aku mengatakan sesuatu saja kepada mereka.”

Luna mengangguk paham dan ia segera ikut turun bersama Sean meski rasa gugup dan takut untuk pertama kalinya bertemu wartawan benar-benar melandanya hari ini.

Mengerti kegelisahan Luna, Sean berbisik padanya, “Pergilah dengan Zacky dulu ke basement, aku akan menyusul begitu urusan dengan wartawan selesai.”

Baru saja ia akan mengangguk dan pergi bersama Zacky, jalan Luna sudah keburu diblokir oleh wartawan.

“Sean digosipkan memiliki pacar baru yang sangat cantik, apa kamu perempuan cantik itu?”

Luna yang tidak terbiasa dengan kamera dan banyaknya wartawan hanya diam dengan wajah menunduk.

Jadi, pertanyaan beralih pada Sean.

“Sean, siapa perempuan cantik ini?”

“Sean, apa dia pacar barumu?”

“Lalu bagaimana dengan Aura? Apa kalian sudah putus?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status