Share

DIMANA SUAMIMU?

***

Luna tiba di basement dengan nafas tersengal, hingga Zacky dan Reno berebut memberinya minum.

Luna memelototi mereka dan akhirnya Reno si asisten perlengkapan Gavin yang mengalah, mungkin dia paham Zacky lebih senior.

“Kamu baik-baik saja Lun? Wartawan itu tidak ada yang menyakitimu kan?” Tanya Zacky.

Luna hanya menggeleng sambil mengusap bekas air minum pada sudut bibir ranumnya dengan jari-jarinya yang ramping, pemandangan itu membuat jantung Reno dan Zacky bertabuh riuh dan mereka tiba-tiba gugup.

“Kapan Mas Sean kembali?” suara Luna baru menyadarkan mereka.

“Aku tidak tahu, tapi kamu jangan pikirkan Mas Boss, dia senang meladeni wartawan.”

Luna terkekeh pelan sambil menyilangkan kaki jenjangnya yang mulus, dan ia menyandarkan bahunya pada posisi yang lebih nyaman.

Gerakan itu juga tak lepas dari mata Zacky dan Reno, setiap gerakan Luna sedikit saja membuat mereka terkagum.

“By the way Lun, kenapa kamu tidak memilih jadi artis saja? Semua orang mengira kamu artis baru,” tanya Zacky lagi, ia seolah mendadak berubah menjadi wartawan.

Luna tertawa kecil dan berkata, “Tidak, kemampuan aktingku sangat buruk.”

“Tapi itu bisa dipelajari Lun,” sahut Reno.

“Tidak, aku tidak pernah minat. Aku justru dulu ingin menjadi chef.”

“Kenapa tidak menjadi chef?”

Luna menggeleng lesu dengan senyum getir yang tiba-tiba menghiasi wajahnya.

“Lupakan soal menjadi chef, bagaimana kalau besok aku akan membawakan masakan untuk kalian, itu lebih bagus kan?”

Zacky dan Reno mendadak girang, hingga suara deheman seseorang membuat mereka langsung diam.

“Asik sekali kalian berdua, tanpa ada yang repot membantuku keluar dari wartawan. Tahu kalian berdua tidak berguna, aku tadi membawa Erick dan lainnya,” Sean bersungut kesal.

Zacky nyengir kuda, sementara Reno berkata dengan polosnya, “Zacky bilang Mas Sean suka meladeni wartawan.”

Zacky memelototi Reno, tapi Reno memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sementara Sean ia menatap keduanya marah dengan gigi gemeretak.

“Sudahlah, Mas Sean harus siap-siap sekarang. Sesuai jadwal yang diberikan Mbak Tisa, sepuluh menit lagi syuting akan dimulai,” sela Luna dengan suaranya yang lembut dan indah.

Sontak kemarahan Sean seperti es batu yang mencair, dia tersenyum hangat pada Luna dan berkata, “Baiklah Luna, terimakasih sudah mengingatkanku!”

Zacky dan Reno menghela nafas lega. Ia menganggap Luna adalah malaikat penolongnya, jadi dia tak berhenti terimakasih pada Luna begitu Sean keluar dari kamarnya.

Luna hanya tersenyum segaris dan mengikuti Sean ke ruang makeup.

Di ruang makeup. Aura yang tadi berceloteh ke sana-sini dengan penata makeup langsung murung begitu melihat Sean datang bersama Luna.

Tak hanya Aura, penata makeup yang pro hubungan Sean Aura pun menatap Luna dengan sinis.

Tapi, Luna justru say hai kepada mereka berdua dan lainnya. Memperkenalkan diri sebagai asisten pribadi Sean agar tidak ada kesalahpahaman lagi. Sebagai fans Sean selama ini, ia tentu tahu hubungan Sean dan Aura dan bagaimana publik begitu membesar-besarkan hubungan mereka berdua.

Meski Luna sudah memperkenalkan diri, Aura tetap tidak senang.

“Sean, kamu tidak ingin mengatakan apapun padaku soal asisten barumu?”

“Daren yang mempekerjakannya.”

“Tapi kamu bisa menolaknya kan?”

“Daren selama ini selalu membantuku dan aku hanya ingin membantunya.”

Aura tersenyum sinis.

“Kenapa aku tidak yakin dengan alasan klasikmu itu? Kamu pikir aku tidak tahu tentang keributan di depan barusan? Semua wartawan menganggap dia pacar barumu.” Aura bersungut marah.

Melihat perdebatan itu, Luna jadi merasa tidak enak hati. Jadi dia pamit keluar.

“Mas Sean, maaf aku pamit dulu. Aku akan membantu Reno menyiapkan perlengkapan Mas Sean yang lain.”

“Luna...”

Luna mengabaikannya dan tetap pergi. Sean hendak menyusulnya dan langsung dicegah oleh Aura.

“Kamu harus makeup dan kita akan syuting sepuluh menit lagi.”

“Kamu tahu itu, tapi kamu membuat keributan denganku,” balas Sean dengan tatapan tajam.

Aura balik menatapnya dan ia mendesis geram, ia keluar dari ruang makeup pemeran utama dengan pintu terbanting keras.

“Dia sangat menyebalkan,” geram Sean.

Aming si penata makeup hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran keduanya.

“Tapi benar kata Sis Aura Mas Sean, asisten kanua memang terlalu cantik, wajar sih Sis Aura cemburu begindang.”

Sean tak menanggapinya, ia hanya duduk diam seolah tidak terjadi apapun.

***

Syuting hari itu akhirnya selesai, meski harus beberapa kali take ulang karena chemistry Sean dan Aura memburuk. Itu karena mereka sedang kesal satu sama lain sementara adegan hari ini lebih banyak adegan romantis diantara keduanya.

Sean yang sudah sangat muak dengan Aura sejak tadi, langsung pergi begitu saja ke arah Luna begitu syuting selesai.

Ia menggandeng Luna ke mobilnya tepat di depan Aura dan semua orang, termasuk fans fanatik Sera yang ikut menonton ke lokasi syuting.

Hal itu membuat fans fanatik Sera mencibir Luna.

“Gara-gara asisten baru itu, untuk pertama kalinya chemistry Sera memburuk.”

“Iya, cantik sih tapi entah kenapa aku tetap suka Aura.”

“Cantik apa sih? Cantik Aura kemana-mana.”

“Lagian kenapa Mbak Tisa diganti?”

“Entahlah, apa jangan-jangan itu kekasih Sean yang selama ini disembunyikan? Kasihan Aura kita.”

“Iya, apalagi Sean terlihat care banget sama si Luna.”

“Dasar Luna penggoda.”

“Iya, dia pengganggu hubungan Sera.”

Beberapa cibiran fans Sera yang terdengar di telinga Luna, membuatnya murung selama berada di mobil, hingga Zacky merasa tak tega melihatnya.

Sementara Sean, ia berusaha membujuk Luna, “Luna, jangan terlalu dengarkan mereka! Aku dan Aura tidak pernah pacaran, mungkin chemistry kami yang terlalu kuat dan kami dekat karena orang tua kami bersahabat jadi semua orang mengira Aura pacarku.”

Luna tersenyum getir dan ia menjawab dengan lesu, “Iya Mas."

“Mas Sean, tapi Luna benar-benar kasihan, dia sempat akan dijambak oleh Aura dan hampir...”

“Reno!” Luna memelototi Reno dan menyuruhnya tutup mulut.

“Hampir apa?”

“Hampir... hampir...”

“Tidak apa-apa Mas Sean, jangan dengarkan Reno!” Luna menyelanya dengan senyumnya yang lembut seolah tidak terjadi apa-apa dengannya.

Sean menatap Luna iba dan dia berkata dengan lembut, “Aku tidak akan marah jika kamu mau berkata jujur tentang sikap Aura padamu.”

Luna menggeleng di sela senyumnya dan dia mengalihkan pembicaran dengan berkata pada Zacky, “Pelan-pelan Zacky, kita hampir sampai, rumahku yang paling ujung.”

“Siap.”

“By the way, kamu tinggal sendirian Lun?” tanya Sean lagi.

“Berdua dengan babyku," jawabnya disertai senyuman, Luna tahu mereka bertiga pasti akan terkejut.

Benar saja, ketiganya menunjukkan wajah yang sama terkejutnya.

“Maksudnya kamu sudah memiliki anak?” tanya Sean ragu-ragu.

“Iya Mas, dia masih berusia 6 bulan.”

Sean ragu-ragu untuk melanjutkan keinginannya untuk bertanya lagi, tapi akhirnya pertanyaan itu lolos juga dari mulutnya, “Lalu dimana suamimu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status