"Loh, itu bukannya Mas Amar ? Kenapa dia bisa jalan berdua bersama Nura ? Kenapa mereka juga begitu mesra ?"
Tatapan ku terus menyelidik pada dua orang yang baru saja keluar dari pintu Mall.Dari dalam mobilku, berkali-kali aku berusaha melihat dengan jelas. Tapi apa yang aku lihat memang tidak salah, Ia adalah Mas Amar---suamiku dan sahabat ku yang bernama Nura.Yang membuat hatiku sakit, Nura merangkul siku tangan suamiku dengan begitu manja. Sedangkan, suamiku menenteng beberapa paper bag di tangannya. Mereka nampak tertawa bersama dengan begitu mesra.Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka ? Apa Mas Amar mengkhianati pernikahan ku dengan selingkuh dengan Nura ?Aku tertegun. Dada ini rasanya benar-benar sesak. Masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Nura, sahabat yang paling aku percayai untuk menceritakan segala hal, seseorang yang paling aku anggap orang terbaik, tega memperlakukan hal sekejam itu padaku.Baiklah, Nura. Mulai detik ini, aku tidak akan lagi menjadikan mu sahabat. Mulai detik ini, aku tidak akan lagi mempercayakan segala hal padamu. Kali ini, aku cukup tau siapa kamu sebenarnya. Sakit. Sakit sekali rasanya hati ini.Se-ambisi itu kamu ingin mendapatkan apa yang aku miliki dengan rela melakukan cara kotor. Baiklah, Nura. Jika memang kamu berpura-pura baik, aku juga bisa berpura-pura baik seperti mu!Sebelum melajukan mobil, aku mengambil handphone ku dulu dalam tas. Aku foto dulu kebersamaan mereka sebagai bukti bahwa aku memang tidak salah lihat telah mengetahui se-iblis apa sahabat dan suamiku!Niatku untuk belanja ke Mall, aku urungkan. Aku lebih memilih melajukan mobil dan memilih untuk pulang.*****Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar. Aku menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan semua emosi yang aku rasakan. Sedih dan marah bercampur menjadi satu.Aku meremas bantal yang ada di samping ku dengan ingatan yang terus terbayang pada kejadian tadi. Saat orang-orang yang paling aku sayangi selama ini, tega menghancurkan diriku.Aku merasa menjadi manusia yang terlalu polos, sampai kejahatan sahabat dan suamiku sendiri tidak pernah aku sadari."Arghhh..."Bantal yang semula aku cengkram, aku lempar dengan penuh amarah ke lantai. Ini benar-benar hal yang menyakitkan yang aku terima. Aku dilukai oleh orang-orang yang selama ini aku anggap baik.'Aku benar-benar merasa bodoh!'Setelah agak sedikit tenang, aku mengusap pipiku yang basah. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk membuat Nura dan suamiku menyesal.'Lihatlah, Mas, Nura. Aku akan buat kalian menyesal atas perbuatan kalian ini!'*****Ceklek! Pintu kamar dibuka oleh seorang laki-laki yang masih berpakaian kemeja dengan dasi yang menggantung di kerah bajunya. Ia adalah Mas Amar."Sayang, kamu kenapa ?" Mas Amar yang baru membuka pintu kamar, celingukan begitu melihat bantal yang aku lempar ke lantai, juga sprei tempat tidur yang berantakan.Tatapannya lalu menatap padaku. "Kamu abis marah ya ? Kamu marah kenapa ? Coba cerita sama aku ?" tanyanya. Ia sudah paham bagaimana sikapku ketika aku marah, senang, ataupun sedih."Enggak, Mas. Tadi cuman ada kecoa aja di kamar. Aku takut, makannya aku lempar pake bantal.""Kecoa ? Oh, kok bisa ya ada di kecoa di kamar kita ? Biasanya 'kan kamar kita selalu bersih karena kamu yang selalu bersihin." Tatapan Mas Amar melihat-lihat ke seluruh isi kamar. Mungkin, ia berusaha mencari keberadaan kecoa itu."Gak taulah, Mas. Mungkin dari halaman rumah, masuk kesini." Aku mencoba menjawab, memendam amarahku."Iya, kali ya ? Yaudah, kamu gak usah takut lagi, ya. Nanti, kalo ada kecoa lagi biar aku yang bunuh kecoanya.""Iya, Mas."'Yang harusnya dibunuh itu bukan kecoa, Mas. Tapi, kamu!' batinku.Rasanya muak sekali melihat suamiku bersikap perhatian, sedangkan dia sebenarnya ada main bersama wanita lain dibelakang ku.Aku berusaha untuk tetap bersikap seperti biasanya. Seperti saat aku belum tahu kebusukan mereka. Aku butuh banyak bukti yang kuat sebelum memutuskan untuk membongkar kebusukan mereka."Ada-ada aja, 'kok bisa ya sampai ada kecoa ? Mana kamu takut lagi sama kecoa." Sambil melepaskan dasi yang menggantung, ia mengatakan itu.Aku tak menjawabnya dan masih terdiam duduk di tepi ranjang."Oh, yaudah, sayang. Aku mau mandi dulu, ya ? Aku gerah banget ini habis pulang kerja."Habis pulang kerja ? Iya, pulang kerja lalu selingkuh. Hebat sekali kamu menyembunyikannya, Mas. Entah sudah berapa lama kalian membohongi aku."Yaudah, Mas. Kamu mandi dulu aja. Aku juga mau siapin makan dulu buat kamu." Aku berusaha bersikap biasa meski sudah tahu kebusukannya."Iya, sayang. Emang kamu mau masak apa ?""Kamu maunya aku masakin apa ?" tanyaku berusaha diiringi senyum. Lelaki itu terkekeh menatap ku."Terserah kamu mau masak apa juga. Apapun yang kamu masak 'kan selalu enak."Ah, rasanya kali ini aku benar-benar ji-jik dengan ucapan manisnya itu. Tak peduli apa yang dia katakan benar atau tidak. Yang pasti, sekarang semua yang dia lakukan terasa dipenuhi kepalsuan."Ah, kamu bisa aja." Aku berusaha menjawab dengan mengulum senyum.Ia melepaskan jam tangannya, lalu diletakkan di atas laci. Begitu juga dengan handphone-nya, ia ambil dari saku celananya dan dia letakan juga di atas laci. Jas yang dia kenakan ia lepas dan ditaruhnya juga diatas laci.Setelah itu Mas Amar masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar ini.Saat pulang, ia juga tidak membawa paper bag. Itu artinya, bisa saja dia selalu memanjakan Nura dengan memberikan uang dan membelikan apapun yang Nura inginkan.'Dasar wanita murahan! Gak tahu malu memakai uang dari suami orang!'Tatapanku tertuju pada handphone-nya Mas Amar. Bisa saja aku menemukan bukti perselingkuhan lainnya antara Mas Amar dan Nura. Dengan mata yang waspada, aku beranjak dari tempat tidur. Takut jika tiba-tiba Mas Amar selesai mandinya.Aku mengambil handphonenya yang aku sudah tahu password-nya, mencoba mencari ke aplikasi hijau, siapa tahu ada percakapan dia dengan Nura.Namun, rupanya Mas Amar cukup pintar. Tak ada satupun bekas pesan dia dengan Nura. Baiklah, yang penting, aku tetap sudah tahu jika mereka selingkuh.Rasanya tak mungkin juga dia meninggalkan jejak perselingkuhannya di ponsel yang aku sendiri sudah dia beritahu password-nya.Aku akui, Mas Amar memang benar-benar pandai menyembunyikan perselingkuhannya. Sepertinya, ia tak membiarkan aku menaruh curiga sedikitpun padanya.Setelah memeriksa handphonenya, aku juga mengambil jas miliknya. Rasanya penasaran sekali dengan isi dalam saku jas kantor milik Mas Amar. Siapa tahu ada yang bisa aku temukan di dalamnya.Saat tanganku merogoh saku jas-nya, aku merasakan ada sesuatu di dalamnya. Segera aku rogoh."Kwitansi emas ?" Tatapanku terus menatap pada kertas kwitansi emas. Sepertinya Mas Amar membelikan wanita murahan itu emas. Aku juga cukup terbelalak melihat harganya. 55 juta.Perasaan ku kembali geram. Bisa-bisanya Mas Amar mengeluarkan uang begitu banyak demi membelikan perhiasan untuk wanita murahan itu.Tok... Tok.. Tok..Tak lama ada suara pintu di ketuk dari pintu rumahku. Aku buru-buru kembali memasukkan kertas kwitansi itu ke tempat semula. Mas Amar tidak boleh mengetahui jika aku sudah tahu perselingkuhannya dengan Nura.Aku berjalan dan membuka pintu rumah. Ternyata, dia adalah Nura---seorang wanita busuk yang tengah menyamar menjadi seorang sahabat ku.****Bersambung...(catatan : di Aplikasi lain, cerita ini berjudul 'MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU)"Via.. aku kangen banget sama kamu.." ucapnya manis yang dengan cepat memelukku. Dasar wanita bermuka dua! Kamu pikir aku tidak tahu seperti apa wajah asli kamu sebenarnya.Setelah ia melepaskan pelukannya, aku berusaha berpura-pura tersenyum dan bersikap seperti biasanya. Ia pikir dia saja yang bisa berpura-pura bersikap manis ?! "Aku juga kangen banget sama kamu, Ra. Yaudah, ayo masuk." Aku mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ia memang sering ke rumah ku untuk sekedar meminta tandatangan pada Mas Amar, main dan menanyakan bagaimana kabarku. Bisa dibilang dalam satu minggu, ia dua kali sering main ke rumahku. Dulu, saat aku belum menikah, bahkan Nura sering menginap di rumah ku. Saat aku masih tinggal bersama kedua orangtuaku, ia juga sering tidur bareng bersama ku.Aku sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Tak pernah aku sangka, ternyata Nura menusukku dari belakang.Mungkin saja Nura dan Mas Amar sering ada main dibelakang ku saat Nura data
Rekaman video men-ji-ji-kan mereka berdua sudah berhasil aku simpan sebagai bukti. Video ini akan aku simpan di tempat lainnya agar banyak salinan-nya. Aku baru mendapatkan rekaman video saat mereka saling bercumbu bibir, belum sampai ketahuan melakukan hal yang lebih dari itu. Tidak menutup kemungkinan jika mereka juga sudah sampai melakukan hal se-parah itu.Kembali aku melihat pada wanita ular dan suamiku itu. Wanita busuk itu mencium pipinya Mas Amar sebelum dia berpindah lagi ke tempat duduknya semula. 'Benar-benar men-ji-ji-kan! Aku tak pernah menyangka ternyata Nura sebusuk itu!'Wanita mana yang rela jika suaminya di sentuh-sentuh juga oleh wanita lain yang bukan mahramnya ? Aku masih tidak mempermasalahkan saat Nura selalu ingin sama denganku dalam hal apapun. Meskipun, aku tidak suka semua hal yang aku sukai dia sukai juga. Apalagi, ini perihal suami. Yang jelas-jelas raga, hati, waktu, kasih sayang dan perhatiannya tidak rela aku biarkan dia bagi kepada wanita lain.Han
Mas Amar sudah kembali ke ruang tamu setelah tadi dari kamar untuk mengambil handphonenya. Ia kembali duduk di tempat semula. Aku merogoh handphone ku yang ada di saku. Lalu, aku mencari aplikasi perekam suara. Aku menyimpan handphone ku di sofa dengan posisi layar yang terbalik.Rekaman sudah menyala. Aku berharap, suara pembicaraan mereka bisa terdengar."Yaudah, deh. Mas, kamu temenin Nura ngobrol dulu, ya. Aku mau masak dulu. ...Ra, kamu sama Mas Amar dulu, ya." Ucapku sambil berdiri."Iya, sayang. Kamu masak aja.""Mau aku bantu, Vi ?" "Ekh, jangan. Kamu duduk manis aja. Kamu 'kan tamu aku. Udah, kamu diam aja, oke." "Yaudah, deh. Kalo itu mau kamu," jawabnya Nura sambil tersenyum.'Halah.. so-so-an pengen bantuin! Bilang aja senang bisa berduaan dengan Mas Amar!' Aku sengaja membiarkan mereka berdua di ruang tamu. Setelah sampai dapur, aku kembali melihat mereka lewat dinding yang ada di dapur. Lagi dan lagi, ular itu berpindah tempat duduk dan mendekati suamiku.'Manusia m
Malam ini, ketika Mas Amar mengerjakan pekerjaan kantor-nya di ruangan kerja.sedangkan, aku langsung mendengar rekaman kemarin sambil tiduran di atas tempat tidur. Meskipun suaranya terdengar pelan, tapi masih bisa terdengar jelas.(Mas, Emang bener, Via mau beli pesawat ?) terdengar suara wanita ular itu nampak gelisah.Aku tersenyum geli mendengarnya. Ternyata benar, ia sampai kepikiran akan ucapanku yang ngelantur itu. Beli pesawat ? Jelas tidak akan aku lakukan ? Aku tidak kepikiran sama sekali. Lebih baik aku gunakan uangnya untuk hal yang lainnya yang lebih penting dan lebih bermanfaat.(Kata siapa ?) tanya Mas Amar.(Via sendiri yang bilang, Mas. Katanya dia mau nabung buat beli pesawat. Biar kalian punya pesawat sendiri kalo mau jalan-jalan ke luar negeri.)(Via cuman becanda kali.. mana mungkin dia mau beli pesawat yang harganya kamu tau sendiri 'kan ? pasti sampai miliyaran. Pesawatnya juga mau disimpan dimana ? Masa dibiarkan terbang dan turun di depan halaman rumah, yang a
POV AMAR[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Klik!Malam ini, di depan kantor, aku mengirimkan pesan itu pada Via--istriku. Hal yang sudah sering aku lakukan selama satu tahun selingkuh dengan Nura. Aku selalu membohongi Via dengan alasan lembur. Padahal, aku selalu pergi berduaan dengan Nura. Entah untuk ke cafe, ke mall, bahkan ke apartemen. Ini memang hal gila yang aku lakukan.Tapi, aku sendiri tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak menyelingkuhi Via. Aku juga mencintai Nura yang merupakan sahabat Via.Apartemen yang biasanya aku tinggali bersama Via, kini menjadi tempat perselingkuhan ku dengan Nura. Aku, bahkan sudah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami istri bersama Nura di apartemen itu. Nura juga pernah mengatakan, jika akulah lelaki yang pertama kali menyentuhnya dan membuatnya tidak menjadi gadis lagi. Aku juga percaya itu. Karena, saat pertama kalinya aku melakukan hal itu pada Nura di apartemen k
[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Malam ini, aku membaca pesan itu. Dulu, aku selalu percaya setiap kali dia mengatakan lembur. Tapi, tidak untuk sekarang. Segera aku lihat GPS di handphone ku. Aku ingin melihat keberadaan Mas Amar sebenarnya."Sialan! Mas Amar membohongi ku!"Benar saja kecurigaan ku. Mas Amar berbohong, ia tidak tengah di kantornya yang bernama PT Laskar Angkasa. Selama ini, mungkin sudah banyak sekali dia berbohong dengan alasan lembur seperti ini. Dari GPS, justru dia tengah ada di sebuah apartemen yang lokasinya merupakan lokasi tempat dimana apartemen milik Mas Amar.Aku mengepal tangan dengan erat. Rasa marah dalam dada seketika bergejolak."Brengs*k kamu, Mas! Kamu bohong! Kamu gak ada di kantor! Tapi di apartemen kita! Apa yang kamu lakukan disana, Mas ?! Apa kamu tengah bersama wanita busuk itu ?! Aku akan susul kamu, Mas!" decak ku dengan rasa marah.*****Aku menyetir mobil untuk menyusul ke apart
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (8)"Ka-kamu, Via ' kan ?" Lelaki dihadapanku itu menatap ku terlihat sama terkejut.Aku manggut-manggut dengan air mata yang berlinang. Untuk bicara saja rasanya sesak. Setelah lama tidak bertemu, sekarang dia ada di Indonesia. "Via kamu kenapa ? A-apa yang tengah terjadi ?!" Ia terlihat ikut panik."Aku gak bisa jelaskan sekarang, Rasya. Aku harus cepat pergi," ucapku pada Rasya. "Via! Tunggu sayang!" Mas Amar sudah sampai di lobby. Sejenak aku menoleh, lalu cepat-cepat berjalan menuju mobil. Aku cepat-cepat membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil, lalu menghidupkan mesin mobilnya. Bruk! Bruk! Bruk! Saat aku parkir, Tangan Mas Amar terus menggedor-gedor kaca mobilku. Aku tidak peduli. Langsung aku lajukan mobilku menuju keluar area apartemen. Saat ini, aku sudah tidak sudi lagi melihat wajahnya.*****Aku pulang ke rumah, lalu langsung mengunci pintu rumah. Aku tak ingin Mas Amar masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya pulang ke rumah
Setelah kembali masuk ke kamar, aku memasukkan beberapa pakaian ku ke dalam koper. Besok pagi, aku harus pergi dari rumah ini.Tiba-tiba aku teringat pada Rasya. Aku sangat kaget dengan kehadiran Rasya di Indonesia. Ia sahabat ku sejak kecil. Setelah lulus SMA, ia pergi ke Singapura untuk kuliah kedokteran di Singapura. Kemarin, ingin sekali rasanya aku bisa berbincang kembali dengannya setelah lama tidak bertemu. Namun, keadaannya tidak memungkinkan.Delapan tahun kita tidak pernah bertemu langsung. Dalam delapan tahun itu, enam tahun masih saling berkabar meski hanya dengan saling mengirim pesan, telponan, dan video call. Enam Tahun itu saat aku masih kuliah hingga aku kerja sebagai sekretarisnya Mas Amar. Sedangkan, saat aku sudah kerja menjadi sekretaris, saat itu Rasya tengah kuliah lagi. Ia kuliah spesialis jantung, cita-citanya sejak dulu. Namun, Dua tahun yang lalu, aku benar-benar tidak pernah tahu kabar Rasya sama sekali. Entah apa yang terjadi. Ia bahkan sulit untuk dihu