Leiden, 27 Maret 2018
Dear Angel,
Apa yang bisa kuceritakan padamu hari ini? Ada banyak, sebenarnya. Banyak sekali. Tapi aku hanya ingin membagikan yang ini untukmu. Jangan marah, ya? Jangan tersinggung!
Hoaaa, Sophia meninggal dunia empat hari yang lalu karena gerd. Ugh, jahat banget nggak, sih? Memangnya, seberapa tinggi sih, asam lambungnya sampai bisa membuat dia meninggal?
Oooh, Sophia!
RIP
De swiiing!Kenzy memoles wajahnya dengan senyuman yang super duper manis, padahal aku mendelik maksimal. Maksudnya? Bangga karena berhasil mencuri pipi kananku lagi? Ummm, setelah tragedi kunjungan Om Dirga untuk yang ke dua kalinya?Bayangkan!Dua kali kunjungan saja, dia bisa menghabiskan seluruh wajahku, bagaimana dengan kunjungan-kunjungan berikutnya? Apa nggak habis, aku? Tamat. Eh? No, no, no!Big no!'Keep positive thinking, Anyelir!'
Oh, my God, syukurlah!Aku masih bisa bernapas dengan normal meskipun di depan pintu sana---aku melihatnya dari kaca cermin di atas wastafel---Kenzy masih berdiri dengan senyum usilnya. Cukup membuat marah sebenarnya tapi aku nggak melakukannya. Nggak ada gunanya, kecuali mengulur-ulur waktu dan akhirnya mati kelaparan. Tentu saja aku nggak menginginkan hal yang paling memprihatinkan sekaligus konyol itu terjadi.Bagaimana dengan Papa, nanti?"Sorry, Kenzy kataku setelah membalikkan badan dengan santai dan sempurna, "Aku mau lewat!"Tanpa ber
How, how can Marcella be here?Oooh, ooohhh, my God! Rasanya seperti terjatuh dari ketinggian dan langsung ambyar. Pyaaarrr, ambyar kuadrat. Ummm, banyak orang yang mengatakan kalau kebahagiaan itu bukan sekotak hadiah melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan. Tapi buktinya aku langsung menyusut seperti siput yang ditaburi setoples garam, begitu kebahagiaan yang baru mulai kuciptakan terjajah oleh Marcella. Bagaimana nggak? Hellooo, any body home? Itu, Marcella sungguhan kan, bukan kloningan? Bagaimana dia tahu kalau aku eh Kenzy ada di sini, sih?"Cella?" Kenzy terlihat shocked, benar-benar shocked---bukan sandiwara karena aku telah memindai kejujuran dari sorot matanya---lalu berdiri dan berjalan mendekatinya. Nggak terlalu dekat menu
Peta masalah Anyelir Nuansa Asmara:-Cipta Karya Abadi bangkrut total dan nyaris punah-Mama meninggal dunia karena heart attack-Papa shocked dan nyaris depresi (untung nggak kena heart attack juga)-Cipta Karya Abadi semakin kritis-Papa nggak berkutik seperti pendekar yang kena totok di punggungnyaInilah sumber mala petaka itu:
Aku yakin, saat ini wajahku sudah seperti kertas putih polos yang diarsir dengan warna merah bata. Bagaimana nggak? Sungguh, kupikir itu tadi Tante Martinna. Itulah mengapa aku menyapa dengan ramah, "Yes, please, wait for a moment!"Bukan untuk menyapa Kenzy!Tapi namanya iuga Kenzy ya, kan? Dia langsung memasang wajah sumringah kuadrat, begitu aku membuka separuh pintu. Hueeekkk, rasanya seperti tersedak dosa. Dalam hati aku memaki dan merutuki diri sendiri, banyak sekali. Sebanyak butiran daging sapi cacah yang ada di dalam pizza sayuran yang sudah tersimpan manis di kantong kertas, di tanganku. Ah, lebih, aku yakin. Salah satunya, 'Makanya, lain waktu dilihat dulu, siapa yang datang. Jangan langsung greetings dan bera
Sebenarnya, perasaanku masih seperti istana pasir diterjang ombak ketika Zio mengajakku turun dari mobil dan duduk di bangku kayu speltuin. Tapi aku harus kuat, kan? Harus siap untuk mendengarkan apapun yang akan dikatakan Zio tentang Elize. Tentang Kenzy atau apapun … Ya, yaaahhh, mungkin itu pahit dan menyakitkan. Tapi mengetahuinya, jauh lebih baik, kan? Dari pada terus-menerus berada dalam kemanisan yang semu. Ah, mendadak jantungku korslet!"Zio?""Oooh, sorry, Anyelir?"Aku terdiam lagi, seolah-olah ada sesuatu yang mengikat ujung lidahku. Aaahhh, Kenzy! Untuk apa coba, dia meminta maaf. Memohon-mohon, mengemis … Sampai bersi
Apa yang membuatku nggak rela kehilangan Kenzy?Aku nggak mau Papa sedihAku nggak mau Papa sakitAku nggak mau CKA olengAku nggak mau Papa broken heartAku nggak mau kehilangan Papa
It's must be impossible to do!Walaupun bumi dan langit menyatu lalu seluruh dunia ini hancur lebur, aku nggak mungkin membiarkan Kenzy menikahi Elize. Nggak mungkin, kecuali tiba-tiba napasku terhenti dan nggak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mencegahnya. Nggak, nggak mungkin, kecuali Kenzy mau semuanya hancur dan berakhir. Semuanya, tanpa kecuali. Terutama status suami isteri kami yang sebatas di atas kertas. Yeaaahhh, di atas kertas yang efek ledakannya lebih dahsyat dari pada bom nuklir. Tentu saja Kenzy lupa. Iya, kan?Bagaimana dengan Papa Snoek dan juga Papa, kalau sampai itu terjadi? Okeee, okeee. Kesampingkan saja dulu tentang perasaanku yang sudah lebih halus dari pada daging cacah. Lantas, apa arti dari semua ini? W