Share

Lukisan Abstrak

Lima menit lagi, kelas dimulai. Sebisa mungkin,  aku menyusut air mata, menyekanya dengan tissue yang disodorkan Sophia. Jangan tanyakan lagi, bagaimana penampilan fisikku sekarang! Sudah pasti lebih abstrak dari pada yang tadi lagi. Nggak jelas, kalau istikah Arunika. Ruwet lah, kalau istilah Galih. 

Abstrak, nggak jelas dan ruwet yang artinya sampai lupa, untuk tujuan apa aku berada di Amterdam pagi ini. Juga lupa, kalau kemarin sore sudah memutuskan untuk mengosongkan hidup dari yang namanya sahabat. Sekosong-kosongnya, termasuk Sophia. Mumpung belum terlalu jauh melangkah. Belum terlalu banyak kenangan yang tercipta di antara kami. Iya, kan? 

"Thanks, Sophia!" aku mengungkapkan perasaan tulus itu sambil menguncir rambut

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status