Keluarga Benalu 25
Ada yang nyeri di sini, di dalam hatiku, mendengar kalimat itu. Meski aku membencinya, meski aku tak sabar ingin berpisah dengannya, kalimat itu tetap saja membuatku sedikit terguncang. Usahaku memperjuangkan dirinya selama nyaris 6 tahun ini, berakhir sia - sia. Shandy memelukku erat, mencegah airmataku tumpah di hadapan semua orang.
"Keputusanmu adalah yang terbaik. Kau berhak untuk bahagia. Seumur hidup akan terlalu lama jika kau habiskan untuk lelaki sepertinya." Bisik Shandy.
Aku memejamkan mata. Biarlah nanti, aku menangis sendiri. Menangis karena dia untuk terakhir kalinya.
Mas Ardan telah pergi 1 jam yang lalu setelah menandatangani surat bermaterai yang menyebutkan bahwa dia t
Keluarga Benalu 263 hari lagi Bang Azka dan Shandy akan menikah. Ballroom hotel telah mulai dipersiapkan untuk menggelar akad nikah sekaligus resepsi. Salah satu kamar president suite juga telah kusulap menjadi kamar pengantin. Aku turun tangan sendiri memilih dan merancang semuanya. Jika Shandy melakukan semua yang terbaik untuk proses perceraianku, aku mengerahkan segala kemampuan agar pernikahannya sempurna. Sungguh ironis.Selama beberapa hari ini, setelah kedatangan Mama tempo hari ke hotel, aku tak mendengar kabar apapun dari Mas Ardan dan keluarganya. Mereka bagai ditelan bumi. Meski begitu aku tak boleh lengah. Penjagaan di rumah kembali diperketat. Mbak Rina pengasuh Aryan bersama - sama Bik Sum bertugas memantau anakku 24 jam sementara aku memastikan persiapan pernikahan dengan bantuan Fika. Shandy dan Bang Azk
Keluarga Benalu 27Mobil yang dikendarai Krisna tak dapat masuk mendekati rumahku. 4 mobil pemadam kebakaran, mobil polisi dan warga yang menonton adalah pemandangan mendebarkan yang selama ini hanya kusaksikan di layar lebar. Aku melompat turun dan berlari menerobos pagar manusia. Beruntung aku sempat mengganti gaunku dengan celana panjang dan kaus panjang."Jangan, Nay." Krisna menahan bahuku.Api sudah padam ketika kami sampai. Asap hitam tebal mengepul keluar. Aku belum dapat memastikan seberapa parah kerusakannya. Beruntung mobil damkar segera datang sebelum merambat ke rumah yang lain. Dan juga rumahku dipisahkan dengan halaman yang cukup lebar dengan tetangga kiri kanan. Dari kejauhan Pak Hasan yang tengah ditanyai polisi melihatku. Aku bergegas meng
Keluarga Benalu 28Rate 21 +PoV DANIAAku tersenyum bahagia menatap saldo rekeningku yang gendut. Nayma sungguh murah hati ternyata. Uang 50 juta ini entah berapa lama bisa kukumpulkan kalau hanya mengandalkan gaji. Sementara tabunganku hasil menjual kebun warisan Bapak mulai menipis sejak Mas Ardan dan keluarganya merongrongku.Astaga. Kalau saja dia tak setampan itu, tentu sudah sejak kemarin kutendang dia jauh - jauh. Lelaki yang hanya modal tampang Bisanya hanya menadahkan tangan. Satu - satunya keahliannya hanyalah membuatku mabuk kepayang dan ketagihan setiap kali bercinta. Selebihnya, dia tak punya apa - apa untuk dibanggakan. Belum lagi Mama dan adik - adiknya yang lebih mirip parasit. Untunglah
Keluarga Benalu 29PoV NAYMAGelap. Pekat. Entah dimana aku berada sekarang. Perlahan, kutapakkan kakiku yang tanpa alas. Sayup suara tangisan lirih mengundangku untuk mencari asal suaranya. Sekitarku tampaknya adalah kebun singkong yang terbengkalai. Penuh semak dan bongkoran."Uggghhh… ughh…"Suara itu sungguh menyayat hati. Mendengarnya, rasa pilu menjalar perlahan, menimbulkan sekat di kerongkongan. Siapakah yang menangis sesedih itu? di tengah malam buta dan di tempat yang menyeramkan ini. Rasa sedihnya seakan menular, membuatku ingin meneteskan air mata."Mbak Nayma…"
Keluarga Benalu 30Mencintai, harusnya tidak sesakit ini. Hidup bahagia bersama orang yang kau cintai, tentulah menjadi keinginan semua orang. Aku mencintai Mas Ardan, dulu, hingga mampu berjuang meyakinkan Ayah dan orang - orang terdekat untuk menerimanya. Aku mengalah untuknya, hanya agar dia balas mencintaiku dengan seimbang. Aku membiarkannya memberi nyaris seluruh penghasilannya untuk Mama, karena berpikir uangku lebih dari cukup untuk hidup kami bertiga. Sayangnya, dia tak pernah puas dengan apapun yang kulakukan. Dia selalu meminta lebih… dan lebih."Bulan ini aku tak bisa memberimu gajiku. Mama membutuhkannya untuk perpisahan sekolah Ara. Dia harus menjahit kebaya yang bagus dan memanggil MUA."Ujar Mas Ardan suatu hari. Dia pulang dengan tangan ko
Keluarga Benalu 31Mama sudah dibawa ke Rumah Sakit dengan kawalan polisi. Dari pencocokan rekaman cctv, Polisi sudah memastikan bahwa ibu - ibu pengemis yang muncul di gerbang rumahku sebelum kebakaran adalah benar Mama. Tega sekali Mas Ardan mengajak Mamanya melakukan aksi kejahatan. Sayangnya, Mama kini sama sekali tak bisa ditanyai.Dan kini kami semua berkumpul di sebuah rumah makan depan Rumah Sakit. Di hadapanku, Ara duduk diam, sesekali melirik beraneka makanan yang terhidang. Aku tahu dia lapar, tapi gengsinya menahannya untuk menyentuh makanan itu.Aku menghela nafas. Kasihan anak ini. Dia masih sangat muda. Harusnya dia sedang kuliah dan menyongsong masa depan yang gemilang. Sebagaimana dengan Asti, aku pernah menawarinya untuk kuliah asalkan dia tak m
Keluarga Benalu 32PoV ARDANAku menatap tubuh Dania yang bersimbah darah dengan sedikit menyesal. Baru kuingat juga ada janin di dalamnya. Itu anakku. Tapi setan menguasai hatiku lebih kuat. Rasa geramku karena dibohonginya belum lagi hilniiang. Dia sudah dengan lancang memberitahu Nayma bahwa aku membawa Aryan ke Metro sehingga Nayma dan teman - teman sialannya itu datang. Seharusnya aku bisa mendapatkan sertifikat rumah seandainya Aryan kutahan lebih lama. Meski Aryan sakit sampai kejang aku sebetulnya tak perlu khawatir karena kata Mama aku pun sering begitu saat kecil. Nyatanya aku tumbuh besar dan sehat.Kuraih ponsel Dania yang terkena percikan darah. Meremas rambutku sendiri kuat - kuat, menyadari kebodohanku yang membiarkan Dania melihat ponselnya. Kupik
Keluarga Benalu 32PoV ARDANAku menatap tubuh Dania yang bersimbah darah dengan sedikit menyesal. Baru kuingat juga ada janin di dalamnya. Itu anakku. Tapi setan menguasai hatiku lebih kuat. Rasa geramku karena dibohonginya belum lagi hilniiang. Dia sudah dengan lancang memberitahu Nayma bahwa aku membawa Aryan ke Metro sehingga Nayma dan teman - teman sialannya itu datang. Seharusnya aku bisa mendapatkan sertifikat rumah seandainya Aryan kutahan lebih lama. Meski Aryan sakit sampai kejang aku sebetulnya tak perlu khawatir karena kata Mama aku pun sering begitu saat kecil. Nyatanya aku tumbuh besar dan sehat.Kuraih ponsel Dania yang terkena percikan darah. Meremas rambutku sendiri kuat - kuat, menyadari kebodohanku yang membiarkan Dania melihat ponselnya. Kupik