Garpu itu tertancap sebagian di tangan putih mulus milik Salsa. Salsa merasakan sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya, “Aaaaaa….” Hanya teriakan itu yang mampu diucapkan Salsa.
Tubuh gemetaran menahan sakit yang teramat sangat di tangannya. Seluruh wajahnya memerah, tubuhnya tertatih berjalan mundur kebelakang. Intan, Irma dan Rahelsa bisa melihat dengan jelas bibir Salsa yang gemetar menahan sakit, perlahan bulir-bulir air mata jatuh tanpa penghalang membanjiri seluruh wajah Salsa.
“Saaakkkiiittttt Aaaaaaaaaa” teriak Salsa tak tertahankan. Intan dan Irma panik, begitupun Rahelsa. Ia tidak bermaksud mencelakai Salsa, ia hanya ingin menghentikan Salsa.
Irma yang reflek langsung berlari kearah Salsa, “Saa… Aku cabut ya garpunya, kamu tenang ya…” ucap Irma dengan tubuh gemetaran.
Intan yang jadi pikirannya kacau antara takut dan panik, tiba-tiba teringan dengan Rahelsa. Matanya dengan sinis langsung m
Napas Intan memburu hingga tubuhnya juga ikut bergerak seiring napasnya yang naik turun. “Irma, ayo kita keluar dari sini, kita harus bawa Salsa kerumah sakit…” ucapan Intan dengan suara yang terputus-putus karena kelelahan akibat terkurasnya emosi dan tenaganya.Intan melangkahkan kakinya yang hampir tak mampu menopang tubuhnya kearah Salsa dan Irma. Salsa masih meringis karena sakit yang menjalar keseluruh tangannya, darah yang tak berhenti mengalir juga membuat dadanya bergemuruh seperti badai.“Salsa, Irma… Ayo kita segera pergi, sebelum ada masalah lain yang akan muncul…” ucap Intan yang masih berdiri dihadapan kedua sahabatnya itu. Irma dan Salsa hanya mengangguk, lalu mereka mencoba berdiri dengan tubuh yang terasa lebih bera.“Tapi Intan… Bagaimana dengan Rahelsa? Apakah dia mati?” ucapan Irma seketika membuat darah Intan dan Salsa berdesir.“Aku… Aku… tidak bermak
Airin yang baru saja berhasil mengunggah foto pesta ulang tahunnya di Aplikasi Face***k terheran melihat akun atas nama Rahelsa Anshari mengunggah video Intan, Irma dan Salsa.Airin langsung saja mengklik tombol putar video dan suara.“Awalnya sih, aku mau menyuruh seseorang untuk meniduri dia, tapi aku tidak setega itu… bisa-bisa dia tidak tersiksa tapi malah enak-enakan hahahha…”“Baiklah, jadi harus kita apakan?”“Aku hanya akan membuat dia menuruti segala permintaanku…” ucap Intan dengan menyeringai jahat.“caranya bagaimana?”“Lucuti seluruh pakaiannya, aku akan memfotokan tubuh Tela***ngnya, aku bisa mengancamnya dengan itu…”Airin langsung menutup mulut dengan kedua tangannya. Benar saja, bukan hanya Airin, banyak yang tertarik untuk melihat video itu, karena Rahelsa yang terkenal judes mengunggah video brand Ambassador sekolah mereka yang t
Intan melihat tubuh Rahelsa yang tergeletak dilantai, Matanya tak lepas dari Rahelsa untuk waktu beberapa saat. Salsa dan Irma juga saling melempar pandangan melihat Intan yang dalam menatap lekat Rahelsa.“Intan, Apa kamu baik-baik saja? apa maksudnya kalau kita yang menjadi korban?” ujar Irma yang menatap heran kearah Intan. Dalam hati Irma sudah mulai takut dan curiga pada gelagat Intan.Intan segera menoleh kearah kiri meneliti setiap benda yang ada, lalu pandangannya beralih ke kiri. Disana matanya menangkap sebuah bendah pipih, yaa itu adalah remote AC.Intan melangkah dengan cepat lalu menggapai remote itu. Salsa dan Irma saling berpandangan saat mata Intan menatap lekat remote itu dan senyum jahat Intan terukir di wajahnya yang sudah acak-acakan karena keringat dan air mata.Ia kembali menoleh kearah Rahelsa yang masih tergeletak tidak bergerak di lantai. Dengan tatapan nanar dan senyum yang sangat ngeri, Intan berjalan menuju kearah R
Pangeran dan Furqon baru saja selesai makan malam, Furqon langsung naik ke kamar sementara Pangeran seperti biasa, dia ingin menonton TV diruang tamu.Pangeran sambil menyentuh TV itu pelan, kulitnya seperti tersengat rasa dingin saat kulitnya menyentuh TV dan receiver itu. “Kasian sekali kamu, TV. kamu dingin sekali, sudah seperti Freezer… kalau tidak ada aku, kamu mungkin tidak akan pernah digunakan, hanya dijadikan pajangan saja…” ucap Pangeran.Biasanya dirumahnya, ia bahkan tidak pernah peduli dengan barang apapun, hanya pergi sekolah dan pulang makan mandi dan pergi lagi untuk latihan sepak bola. Semua keperluannya dirumah sudah disiapkan oleh orangtuanya dan pembantunya. Tapi semenjak ia berada dirumah Furqon, ia jadi memperhatikan segalanya.Pangeran langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa big size itu, ia memilih chanel favoritnya. Sekitar jam Sembilan malam, ia mendapatkan notifikasi pesan dari aplikasi obrolan yang berlogo hija
Pangeran membuka kunci pintu hotel lalu mebukanya dengan keras hingga dentuman pintu ke dinding itu mengalihkan perhatin ketika gadis itu.“Siapa kalian???” ucap Intan yang berdiri searah pintu,“Apaa… Polisi???” Irma bergumam pelan.Mata pangeran langsung menangkap sosok yang tergeletak dilantai, pangeran langsung berlari kearah Rahelsa,“Heiii…. Bangun… heiii....” ucap Pangeran sambilmengguncangkan tubuh Rahelsa.“Bukan aku yang membunuhnya…” teriak Salsa yang berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi.“Apa? membunuh?” ucap Pangeran, tangan pangeran langsung meraih jemari Rahelsa dan memeriksa denyut nadinya.“Pak, dia masih hidup…” ucap Pangeran.“Apaa??? Masih hidup???” sahut ketiga perempuan itu hampir bersamaan.Pangeran langsung mengangkat dan menggendong tubuh Rahelsa, “Pak, saya akan bawa di
Pak Bagas dengan hati yang bergemuruh, urat tangan dan pelipisnya terlihat menonjol dengan lengan gagahnya ia langsung mencengram kerah baju Pangeran“Ohhhh jadi kamu yang menelpon saya? apa yang terjadi dengan anak saya? apa kamu pelakunya?”Mata pangeran langsung membulat sempurna dan menggelengkan kepalanya cepat “Bukan saya pak, saya malahan yang menolong putri bapak…” ucap Pangeran cepat.Bu Nilam dengan cepat meraih lengan suaminya itu “Pak… Sabar… jangan gegabah, nanti bapak malah salah memukul orang…” ucap Bu Nilam dengan lembut agar suaminya yang panik itu bisa berpikir jernih.Bu Nilam tetap bertahan memegang lengan suaminya yang masih mencengram kerah baju pangeran.Huffffff Huufff Pak Bagas mengatur napasnya naik dan turun, perlahan cengkraman jari pak Bagas di kerah Pangeran mulai melonggar, perlahan lalu Pak Bagas melepaskan Pangeran.Terdengar pelan hembusan
Disisi lain, Intan dan kedua temannya it uterus saja berisik dibalik jerusi besi.“Pak… kami tidak bersalah, kami juga korban pak… bapak tidak lihat tubuh kami juga luka pak, juga memar…” ujar Intan sabil terus memperlihatkan lengannya yang mulai membiru.“Iyaaa pak, tolong dengar dulu penjelasan kami pak, bukan kami yang ingin mencelakai Rahelsa, kami bahkan yang menyelamatkannya dari penculikan…” sahut Irma.“Eiisshh Kalian berdua bisa diam tidak, nanti ada saatnya kalian akan berbicara. Tunggu saja orang tua kalian datang!”“Salsa, kamu kenapa diam saja sih, kamu tidak ingin bebas memangnya…” tanya Irma yang terheran melihat Salsa yang hanya diam saja.“Apa gunanya berteriak, nanti juga kita dikasi kesempatan berbicara…”jawab Salsa yang sudah sangat pasrah dengan keadaan saat itu.Baru saja intan ingin angkat suara, terdengar suara nyarin
“Menculik? Tidak pak, saya disuruh nona Intan membawanya ke hotel…” ungkap Rian dengan gelagapan.“Bohoongggg!!!... semua itu bohong pa..!!” sahut Intan dan Irma hampir bersamaan. Salsa yang tetap duduk pasrah di sudut jeruji besi itu hanya bisa mengeluarkan senyum kecut dan menghela napas berat. “Bodoh sekali mereka…” gumam Salsa.“Tidak pak… ini buktinya kalau nona Intan menelpon saya menyuruh saya meculik gadis itu dan membawanya ke hotel, nona Intan juga memberi saya uang untuk check-in dan uang jaga-jaga kalau petugas hotel tidak mengizinkan aku membawa Rahelsa masuk dalam keadaan pingsan…” imbuh Rian, sambil menunjukkan ponsel dan uang yang masih ia simpan.Plakkkk tiba-tiba pak Ferdi menampar Rian didepan semua orang, terasa panas menjalar keseluruh pipi Rian, bekas lima jari itu juga menempel di pipinya, “Kurang ajar kamu, bisa jadi kamu yang mencuri uang anak saya! dasar b