Share

BAB 4 Sebuah Ide

"Ah, akhirnya pesta yang membosankan ini berakhir."

El menghela napas lega, beranjak dari tempat duduknya dan berencana untuk kembali ke kamarnya. Ruangan yang semula penuh dengan tamu kini hanya menyisakan para pelayan yang sibuk membersihkan ruangan tersebut.

"El, aku ingin bicara denganmu," suara lembut Olivia mengubah raut wajah El. Ia berhenti berjalan dan menoleh ke arah Olivia yang berdiri di sampingnya.

"Aku sedang tidak enak badan," jawab El dengan nada tegas, mencoba untuk menghindar dan melanjutkan langkahnya.

Olivia menatap El dengan tatapan heran. Ia tidak pernah melihat El seperti ini sebelumnya. Sejak mereka berkenalan dan berpacaran, El selalu memanjakan wanita itu. Meski El terkesan playboy, tetapi dia selalu memprioritaskan Olivia, dan tidak pernah menolaknya tanpa alasan yang jelas.

Namun hari ini, Olivia merasa diabaikan. Mulai dari pagi tadi ketika Olivia menginjakkan kakinya di rumah ini, sampai sekarang, El tidak pernah mengambil inisiatif untuk berbicara dengannya. Bahkan ketika Olivia yang memulai percakapan, El hanya memberikan tanggapan dingin dan jawaban yang acuh tak acuh. Olivia merasa ada yang tidak beres dengan El, dia tidak tahu apa yang salah, tapi El mengabaikannya hari ini dan terkesan menghindarinya.

"El, kenapa kau mengabaikan ku? Apa salahku?" tanya Olivia, suaranya sedikit meninggi.

"Aku lelah, bisakah kau meninggalkan aku sendiri?" El tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperhatikan Olivia. El bingung, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia katakan, karena memang saat ini dia tidak menemukan kesalahan apapun pada Olivia.

Olivia merasa dipermainkan. Dia diabaikan tanpa tahu apa kesalahannya. Perubahan sikap El yang begitu kontras membuat Olivia sangat tidak senang. Dia sudah kehabisan akal untuk membujuk El dan akhirnya berlari mengejar El sambil berteriak.

"Aku hanya ingin bicara denganmu, kenapa kau mengabaikan ku?"

"Apakah kau tidak dengar? Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!" El berteriak, membentak Olivia dengan ekspresi tegas.

Beberapa pelayan yang menyaksikan adegan itu terkejut dan perlahan menjauh, takut menjadi sasaran kemarahan El.

El beruntung, arah kamarnya berbeda dengan arah kamar utama dan kamar kedua saudara-saudarinya yang baru, sehingga selain pelayan, tidak ada anggota keluarga lainnya yang menyaksikan pertengkaran itu.

Olivia terdiam, terperangah setelah dibentak oleh El. Matanya yang biru tampak berembun. Namun, El tetap tak peduli dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

El sangat paham tentang sikap Olivia. Dia tahu bahwa gadis itu tidak mencintainya dengan tulus. Bagi Olivia, El hanyalah mesin ATM berjalan yang akan memenuhi semua keinginannya dan memperkuat posisinya di dalam keluarga Sinclair.

Namun, El juga tahu bahwa Olivia bukanlah gadis yang bodoh. Dia selalu memberikan segalanya untuk El dan tidak akan pernah melakukan hal yang akan membuat El kecewa. Setidaknya, belum untuk saat ini.

Olivia berasal dari keluarga Sinclair, keluarga pebisnis kaya raya yang menduduki peringkat ketujuh dalam daftar keluarga terkaya di Novaria. Meski bukan pewaris utama keluarga Sinclair, Olivia memiliki kecantikan yang digadang-gadang menjadi salah satu yang teratas di Emberport, ibu kota Novaria. Itulah yang membuat El menyukainya.

Berkat kecantikannya, Olivia cukup populer di kalangan para pemuda kelas atas di kota Emberport. Namun, biasanya orang-orang kaya itu, sangat ketat dalam memilih pasangan untuk anak-anak mereka. Mereka mengharapkan anak mereka untuk menikah dengan seseorang yang setara atau lebih tinggi daripada mereka. Mereka lebih mementingkan keuntungan daripada kebahagiaan anak-anak mereka sendiri.

Biasanya, orang-orang kaya sangat ketat dalam memilih pasangan untuk anak-anak mereka. Mereka mengharapkan anak mereka untuk menikah dengan seseorang yang setara atau lebih tinggi daripada mereka. Mereka lebih mementingkan keuntungan daripada kebahagiaan anak-anak mereka sendiri.

Namun, El berbeda. Ayahnya tidak bisa meremehkan keluarga Sinclair, mengingat dia sendiri menikah dengan anggota keluarga Delaney yang jauh lebih rendah dari keluarga Sinclair.

Itulah sebabnya Olivia sangat berusaha untuk menyenangkan El. Di satu sisi, dia diterima di salah satu dari tiga keluarga teratas, dan di sisi lain, dia diakui oleh kakeknya, kepala keluarga Sinclair. Hal ini membuat posisi Olivia dan ayahnya menjadi lebih baik dalam keluarga Sinclair.

Dari ingatannya di kehidupan sebelumnya, El mengetahui bahwa Olivia mengkhianatinya karena posisinya sebagai pewaris utama keluarga Grayson terancam setelah Benjamin mulai mendominasi keluarga Grayson.

*****

El duduk di kamarnya, tenggelam dalam renungan. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai rencana dan langkah yang harus dia ambil selanjutnya. Dia memutuskan untuk tidak membiarkan masalah Olivia mengganggu pikirannya untuk saat ini. “Wanita itu akan jenuh dengan sendirinya nanti,” pikirnya.

Sebuah ide muncul dalam pikirannya. El berencana untuk mendirikan sebuah kelompok mafia yang akan dia kendalikan dari belakang layar. Dia memiliki modal yang cukup untuk mewujudkan rencananya itu.

Warisan dari mendiang ibunya berupa tabungan dan perhiasan mewah senilai kurang lebih 300 juta dolar Nova, ditambah dengan uang saku sebesar lima juta dolar Nova dari ayahnya, menjadi modal awal yang kuat. Ditambah lagi, dia memiliki beberapa barang mewah yang tidak lagi digunakannya. Barang-barang itu dia rencanakan untuk dijual sebagai tambahan modal.

Mengingat saat ini masih tahun 2000, jumlah uang tersebut sudah lebih dari cukup untuk memulai sebuah geng mafia tingkat menengah. Dengan ingatan dari masa lalunya sebagai modal, El yakin bahwa dia akan berhasil mengembangkan kelompoknya di masa depan.

El telah membulatkan tekadnya. Dia juga berencana untuk merekrut orang-orang yang memberikan bantuan saat dia menghadapi kesulitan di masa lalu.

"Aku harus mulai dengan Sawyer dan Pak Tua itu," gumam El.

"Oh, bagaimana aku bisa meyakinkan mereka?" El kembali merenung. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan kedua orang itu. Walaupun saat ini Sawyer sudah dua tahun bekerja di rumahnya, El tidak pernah menganggapnya. Dia akan dianggap gila jika dia mengatakan yang sebenarnya.

"Ahh... aku tidak bisa membuang-buang waktuku lagi. Perkara bagaimana aku meyakinkan mereka nantinya, itu masalah nanti," pikir El, yang masih belum memikirkan cara merekrut mereka berdua.

Malam telah tiba ketika El bangkit dari ranjangnya. Dia berencana untuk keluar dan pergi ke sebuah kasino untuk menemui Pak Tua Wisman. Dari cerita Pak Tua itu, El yakin bahwa dia pasti sedang berada dalam masalah saat ini.

Ketika El membuka pintu kamarnya, dia terkejut melihat seorang pelayan wanita berdiri tepat di depan pintunya. Pelayan itu tampak sama terkejutnya, dengan tangan yang masih tergantung, seolah-olah akan mengetuk pintu. Wajah cantik pelayan itu memerah dan tampak gugup.

“Ada apa?” El memulai pembicaraan dengan tersenyum ramah.

“Eee… Anu… Tuan Besar ingin Anda ikut makan malam bersamanya,” kata pelayan itu dengan terbata-bata.

“Oh, katakan padanya, aku akan makan di luar,” jawab El sambil memulai langkahnya.

“Tapi, Nona Olivia…”

“Katakan, kalau aku ada urusan mendadak,” potong El, dia tidak ingin memikirkan Olivia saat ini.

"Baik, Tuan Muda," jawab pelayan itu dengan masih gugup.

"Oh, satu lagi, kalau aku tidak salah, Sawyer adalah pacarmu kan?" El tiba-tiba berbalik dan bertanya.

Pelayan itu mengangguk, wajahnya semakin memerah.

"Katakan padanya, aku akan menunggunya di mobilku," kata El dan melanjutkan langkahnya.

"Baik, Tuan Muda," balas pelayan itu.

Sawyer adalah seorang pemuda berusia 28 tahun yang menjadi salah satu pengawal tingkat menengah di rumah ini. El ingin merekrut Sawyer terlebih dahulu karena, meskipun tidak terlalu pintar, kemampuan bela dirinya tidak bisa diremehkan. Dia juga memiliki hati yang baik, terbukti saat dia menyelamatkan El dari kejaran antek-antek Benjamin di masa lalu.

Saat itu, Sawyer yang ikut dalam pengejaran, melihat El bersembunyi. Dia adalah orang pertama dan satu-satunya yang menemukan tempat persembunyian El. El yang menyadari bahwa dia telah ditemukan pun pasrah, tetapi Sawyer tidak mengatakan apa pun kepada rekan-rekannya dan membiarkan El tetap bersembunyi sampai para antek Benjamin pergi tanpa menemukan apa pun.

Hal itu tidak hanya terjadi sekali. Beberapa kali El menyadari bahwa Sawyer mencoba menghalang-halangi Benjamin untuk menemukannya. Itulah alasan kenapa El mencoba menyelamatkannya di kehidupan sebelumnya meskipun gagal. El sangat berterima kasih atas bantuan Sawyer.

Dengan rasa penasaran, Sawyer mendekati mobil El. Dia tidak mengetahui mengapa dia tiba-tiba dipanggil. Pacarnya yang memberitahunya juga tidak mengetahui alasannya.

El yang sudah menunggu cukup lama, akhirnya tersenyum dan berkata ketika melihat Sawyer mendekat.

"Masuklah." El, yang sudah duduk di kursi penumpang, langsung menyuruh Sawyer masuk sambil menunjuk kursi pengemudi.

Sawyer langsung masuk dan menghidupkan mesin mobil. Dia ingin bertanya, tapi ketika dia hendak membuka mulutnya, El sudah lebih dulu memerintah.

"Ayo, kita ke Vettel Kasino."

"Baik, Tuan Muda," jawab Sawyer dengan sedikit gugup. Tanpa banyak basa-basi, Sawyer menancap gas dan langsung pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status