Share

BAB 3 Pesta Yang Membosankan

Hari sudah hampir siang ketika pelayan yang sama dengan yang datang pagi tadi kembali mengetuk pintu kamar. Dia datang untuk mengingatkan El bahwa acara pernikahan ayahnya akan segera dimulai.

Dengan hati yang berat, El bangkit dari tempat tidurnya dan mulai mempersiapkan diri. Dia berjalan menuju cermin dan melihat bayangan dirinya yang penuh keraguan. Hatinya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Bagaimana dia harus bersikap nanti? Apakah dia akan mampu bersikap biasa seperti tidak mengetahui apa-apa?

El menghela napas panjang dan menenangkan pikirannya. Dia tahu bahwa ini adalah momen penting dalam hidupnya yang harus dihadapi. El meninggalkan kamarnya dan melangkah menuju aula pesta yang berada di lantai bawah.

Dekorasi yang mewah dan megah memenuhi setiap sudut ruangan, menciptakan suasana yang memikat dan mempesona. Alunan musik yang indah, dipentaskan oleh para artis ternama di negeri ini, menambah kesan kemewahan acara ini.

Tamu undangan VIP yang hadir dari kalangan dunia gelap, pengusaha, dan bahkan beberapa pejabat negara, menambah kegemerlapan pesta ini, menciptakan aura keistimewaan yang tak terbantahkan.

Namun, bagi El, acara itu masih tetap sama seperti sebelumnya. Dahulu, saat masih di kehidupan sebelumnya, El sangat menyukai pesta ini. Dia akan menjadi aktor utama dan membuat kehebohan dalam pesta ini. Namun sekarang, ia dapat merasakan senyum-senyum yang terkesan munafik dari orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, dalam hati yang terdalam, El berharap agar acara ini segera berakhir, menginginkan kebebasan dari kekosongan yang dirasakannya.

El berjalan sambil melihat-lihat sekelilingnya. Beberapa temannya yang melihatnya mencoba untuk menyanjungnya, tapi El mengabaikan mereka dengan sikap acuh tak acuh. Dia berjalan ke pojok ruangan dan mengambil tempat duduk.

“Hmm… Ini membosankan,” El menghela napas berat dan menghidupkan rokoknya.

Setelah mengalami kehidupan yang penuh dengan penderitaan di masa lalu, dia mengetahui seperti apa sikap orang-orang ini. Dan hampir semuanya tidak bisa dipercaya. Seperti serigala berbulu domba, mereka akan datang dan menyanjung ketika seseorang memiliki uang.

"El...!"

El sedang melamun ketika seorang wanita cantik memanggilnya dengan menepuk pundaknya. Sontak, hal itu membuyarkan lamunan El dan seketika raut wajahnya berubah menjadi jelek.

"Apa-apaan ekspresimu itu?" Wanita itu berkata dengan menggembungkan pipinya, dan terkesan manja. Dia adalah Olivia Sinclair, kekasih El yang dijadwalkan akan bertunangan dengannya dalam dua bulan ke depan.

"Kau kenapa? Apakah ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya Olivia.

"Tidak!" El membalas dengan nada datar sambil menghisap rokoknya. Dia tampak acuh tak acuh pada Olivia. "Satu lagi orang yang menjengkelkan datang," gumam El dalam hati.

El merasa muak saat melihat mantan istrinya di kehidupan sebelumnya itu. Walaupun sudah tujuh tahun berlalu di kehidupan masa lalunya, El masih belum bisa memaafkannya. Di masa lalu, El sudah memberikan segalanya kepada wanita itu. Tapi wanita itu malah mengkhianatinya. Dan itu membuat El sakit hati dan terus menyalahkan Olivia atas kehidupan tragisnya.

El mengabaikan Olivia dan berharap agar wanita itu menjauh dari hidupnya. Dia berpikir, akan lebih baik jika Olivia sendiri yang meminta putus agar El tidak perlu repot-repot melanggar komitmennya sendiri yang sudah terlanjur dia katakan di kehidupan sebelumnya.

Olivia mengerutkan kening. Dia merasa tidak nyaman dengan sikap El yang dingin dan acuh. Ini bukanlah sikap El yang biasanya.

"Apa-apaan sikapmu itu?" Olivia menegurnya.

"Apakah ada sesuatu yang penting?" El berkata dengan nada dingin.

"El, kau..."

"Jika tidak ada, pergilah." El memotong perkataan Olivia.

Olivia tercengang. Dia tidak pernah diabaikan seperti ini sebelumnya oleh El. Olivia selalu dimanjakan oleh El dan dia berharap akan terus menerima perlakuan seperti itu.

Dia sangat kesal dan ingin sekali mengomel, namun dia tahu tempat dan situasi mereka saat ini tidak memungkinkan. El adalah tipe orang yang arogan dan tidak suka dipermalukan.

Olivia memang tidak terlalu mencintai El, tapi posisinya di keluarga Sinclair terlalu rendah untuk berharap bisa bersanding dengan pewaris keluarga kaya, yang lebih kaya dari keluarga Sinclair.

Olivia sangat beruntung bahwa El mencintainya, dan dia tidak bisa berharap lebih untuk mendapatkan yang lebih baik dari El, walaupun dia adalah salah satu kecantikan di kota Emberport ini, ibu kota Novaria.

Jadi, Olivia memilih untuk menahan diri. Dia menekan rasa frustrasinya dan menjawab pertanyaan El dengan wajah cemberut.

"Ayahmu memintaku untuk membawamu menemuinya. Dia ingin kau berkenalan dengan keluarga barumu," kata Olivia.

El menghisap rokoknya panjang sebelum menjatuhkannya ke tanah dan menginjaknya. Dia bangkit dan berjalan pergi tanpa basa-basi untuk menemui ayahnya dan keluarga Delaney yang baru saja resmi bergabung dengan keluarganya.

Sementara itu, Olivia yang merasa kesal dengan sikap El, menyusul dengan wajah memerah karena merasa dipermalukan.

..................

El menghampiri ayahnya dengan senyum yang dipaksakan. Dia langsung mengambil kursi dan duduk di meja yang sama dengan ayahnya dan keluarga Delaney. Olivia juga menyusul dan mengambil tempat duduk di sebelahnya dengan wajah murung. Mereka berdua disambut dengan senyuman hangat dari keluarga baru mereka.

"El, darimana saja kau? Kenapa kau terlihat lesu, seolah-olah kau tidak menikmati pesta ini?" Don Adam mengajukan pertanyaan beruntun dengan memasang ekspresi penasaran di wajahnya. Dia merasa ada yang tidak beres dengan putra kandungnya yang satu-satunya itu. Anaknya yang biasanya sombong dan suka menciptakan kehebohan, sekarang justru menjadi sangat tenang.

"Aku hanya sedikit tidak enak badan," El membuat alasan.

"Lalu kenapa Olivia tampak murung? Apa kalian sedang bertengkar?"

Tampak kilatan cahaya di mata Olivia. Dia berpikir akan menjawab pertanyaan itu dengan menyudutkan El. Tapi sebelum ia sempat membuka mulut, El sudah berbicara terlebih dahulu.

"Kami baik-baik saja, tidak ada masalah. Benarkan, Olivia!" balas El sambil melirik Olivia dengan senyuman yang penuh arti. Olivia hanya sedikit mengangguk dengan menahan kekesalannya.

"Oh, kurasa kalian sudah tahu mereka kan," ujar Don Adam, mengalihkan topik dengan menekan rasa curiganya terhadap anak satu-satunya itu. Dia mulai memperkenalkan istri dan kedua anak angkatnya itu kepada El dan calon menantunya.

El merasa muak melihat wajah-wajah munafik di hadapannya itu. Dia ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu, tapi dia terpaksa bertahan agar terlihat seolah-olah dia tidak mengetahui apa-apa dan terus mengobrol selama beberapa waktu bersama keluarga barunya itu.

"Kak Rafael," kata Isabella dengan pipi yang memerah. Suaranya lembut saat kepercayaan dirinya goyah, seolah-olah dia takut pada El, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa El suka merendahkan orang lain.

"Bolehkah aku memanggilmu kak El? Aku... aku harap ini tidak terlalu maju bagiku. Tapi aku benar-benar ingin kita menjadi keluarga yang dekat, kak." Dia tersenyum cantik dengan penuh harap, matanya yang biru cerah memancarkan kehangatan.

El merasa tersentuh mendengar kata-kata Isabella. Meskipun ini bukan kali pertama dia mendengarnya, dia tetap merasakan kejujuran dan kerendahan hati dalam suaranya.

Meskipun El tahu bahwa itu hanyalah sampulnya saja untuk meraih simpati dari ayahnya dan orang lain di sekitarnya, jadi dia memutuskan untuk mengikuti alur yang sudah ada.

"Gadis ini memang luar biasa," Batin El.

"Tentu saja, kita semua keluarga di sini!, benar kan El?" Saat El masih termenung dalam lamunannya, Don Adam menjawabnya sambil tersenyum penuh kasih sayang dan menatap El dengan penuh arti.

El menyesap tehnya dan tersenyum, "Tentu saja... Isabella dan Benjamin kan, kita semua adalah keluarga mulai sekarang." Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa muaknya di balik senyumnya. Dia tahu bahwa dia harus bermain-main dengan mereka untuk sementara waktu.

*****

Pernikahan hari ini berjalan sesuai harapan, dengan Isabella dan Benjamin menjadi pusat perhatian. Isabella, dengan wajah cantik dan tubuh yang memikat, menjadi pembicaraan hangat di kalangan para tamu, terutama di antara para pemuda yang terpesona oleh pesonanya. El memilih untuk tidak bertindak bodoh dengan menjatuhkan mereka berdua, seperti yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya.

Untuk saat ini, El memutuskan untuk menjadi pengamat, berhati-hati dan tetap waspada. Dia akan tetap berlaku seolah-olah dia tidak tahu apa-apa, dia ingin melihat sejauh mana mereka bisa berpura-pura.

Untuk masa depan, El juga memutuskan untuk tidak membuang harga dirinya hanya untuk menyenangkan keluarga Delaney. Dia sadar bahwa dia mungkin hanya akan dijadikan tameng jika ada bahaya yang datang, seperti yang terjadi sebelumnya. Jadi, El berpikir, "Mungkin aku harus mempertimbangkan untuk menjadi penjahat lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status