Share

BAB 2 Benjamin dan Isabella Delaney

"Tahun 2000?" El kembali terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia kembali lagi ke depan cermin.

"Ini... Tidak mungkin kan...! Ini seperti 20 tahun yang lalu!" El kembali menampar wajahnya beberapa kali. El masih belum bisa menelaah semua ini. Wajahnya yang terlihat masih sangat muda, suasana kamar ini, dan kalender yang menunjukkan angka 2000.

"Apakah aku kembali ke masa lalu? Jika kalender itu benar, maka aku telah kembali ke umur dua puluh dua tahun," El bergumam dengan penuh harap.

Dia tidak ingin mempercayai keajaiban ini. Tapi dia sangat berharap bahwa ini benar. Itu artinya dia memiliki kesempatan kedua, kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu, dan membalas dendam kepada Benjamin dan Isabella. Dia memiliki kesempatan untuk melindungi orang-orang yang dia hargai dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti sebelumnya.

Meskipun ada kebingungan dan ketidakpastian, El merasa senang dan bersyukur atas kesempatan baru yang diberikan padanya.

El memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati, karena dia tidak tahu apa yang menunggunya selanjutnya. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus berani dan bertekad, karena dia tidak bisa membiarkan kesempatan ini lewat begitu saja.

"Aku tidak percaya ini. Tuhan memberiku kesempatan untuk mengubah hidupku dan membalaskan dendamku," gumam El dengan penuh emosi, mengepalkan tangannya dengan kuat. Raut wajahnya berubah menjadi amarah dan penuh dendam.

El membayangkan takdirnya yang tragis. "Sial! Apakah aku benar-benar pantas mati dengan cara yang kejam seperti itu?" 

Dia sadar, meskipun tidak pernah menyakiti siapapun secara fisik, ia tidak bisa menghindari kenyataan bahwa ia sering menghina dan meremehkan orang lain. Rasa penyesalan melanda dirinya. Di kehidupan sebelumnya, dia telah menyia-nyiakan 40 tahun lebih, waktunya untuk menjadi seorang generasi ketiga yang angkuh dan tidak berguna hingga berakhir dengan menyedihkan.

"Tok, tok, tok."

Terdengar suara pintu diketuk dari luar. El menoleh ke arah pintu sambil berkata.

"Masuk."

Pintu dibuka perlahan dan seorang pelayan memasuki ruangan dengan membawa setelan jas yang dibungkus dengan rapi. Pelayan itu berjalan dengan anggun dan meletakkan paket tersebut di atas meja yang ada di dekat El.

"Tuan Muda. Tuan Besar meminta saya untuk memberikan setelan jas ini kepada Anda. Beliau berharap Anda akan memakainya untuk acara pernikahannya nanti." Pelayan itu berkata gemetar dengan menundukkan kepalanya.

"Pernikahannya?" El ternganga kaget dan mengambil ponselnya. Beberapa detik kemudian, dia baru ingat kalau hari ini adalah hari pernikahan ayahnya.

El menghela napas berat. Dia sangat ingin membatalkannya tapi apa boleh buat. Dalam kehidupan sebelumnya, demi mendapatkan semua perhiasan dan uang tabungan milik mendiang ibunya, dan tambahan uang saku, El meminta agar ayahnya cepat-cepat menikah, walaupun El sangat tidak menyukai keluarga calon ibu tirinya itu. Tapi sikap serakah El mengatakan itu tidak masalah, karena dia telah mendapatkan uangnya.

Bahkan jika El ingin membatalkan pernikahan itu hari ini dan mengembalikan uang yang telah diterimanya, orang-orang akan merasa curiga dengannya, karena itu tidak sesuai dengan temperamen nya.

Akan lebih baik jika dia menggunakannya untuk berinvestasi dan mengelolanya sebagai tambahan modal balas dendam nya.

"Oh... Terima kasih. Kau bisa pergi." El menenangkan dirinya dan berkata malas.

Pelayan wanita itu terkejut. Jika pelayan itu tidak mendengarnya hari ini, dia mungkin tidak akan percaya kalau tuan mudanya yang angkuh dan egois itu pernah mengatakan terima kasih kepada orang yang lebih rendah darinya. Dia dan bahkan para pelayan lainnya cukup sering menerima pelecehan dan perilaku sarkasme dari pemuda itu.

Jadi pelayan itu berkata sambil menundukkan kepalanya, mencoba untuk tetap tenang.

"Ba-baik tuan muda." Dan pelayan itu pun berbalik pergi.

El yang melihat itu hanya mengangguk dan menggelengkan kepala. Dia tahu apa yang dipikirkan oleh pelayan itu. Tapi dia tidak memasukkannya dalam hati. Dia juga sadar diri dengan sikapnya sebelumnya.

Hari ini adalah hari pernikahan ayah El, Don Adam Grayson, dengan Abella Delaney, ibu dari Benjamin dan Isabella Delaney. El menyadari bahwa pernikahan ini akan mengakhiri kehidupannya sebagai pewaris yang dimanjakan. Ia tahu bahwa ayahnya tidak akan selalu memenuhi keinginannya seperti dulu.

El merasa bercampur aduk dengan berbagai perasaan. Bukan ayahnya yang menjadi masalah baginya, karena memang usianya sudah paruh baya.

Tapi hari ini dia akan bertemu lagi dengan dua orang yang paling dibencinya. Setelah mengalami kehidupan sebelumnya, dia belum bisa menentukan sikap yang akan ditunjukkannya.

Benjamin dan Isabella, yang tampak polos, penurut, dan berhati-hati, selalu berhasil meluluhkan hati Don Adam. Mereka selalu mendapat pujian dan perhatian lebih dari ayahnya.

Benjamin dan keluarganya berasal dari salah satu keluarga mafia lokal yang berkuasa di provinsi bagian selatan Novaria. Benjamin terlihat memiliki tata krama dan temperamen yang baik. Wajahnya tampan dan menarik. Dia juga lebih pintar dan berbakat dari El dalam segala aspek yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin kelompok mafia.

Sementara itu, El merasa kecewa dengan dirinya sendiri, yang hanya bisa iri pada Benjamin. Bahkan istrinya sendiri, Olivia Sinclair, mengkhianati El dan memilih Benjamin.

Di kehidupan sebelumnya, El adalah pewaris generasi ketiga yang selalu bangga dengan kekayaan dan status keluarganya.

El dikenal memiliki temperamen buruk, bodoh, dan arogan. Dia selalu menghambur-hamburkan uang tanpa memikirkan akibatnya. Seiring waktu, El merasa dirinya hanya menjadi aib bagi keluarganya. Dia merasa semakin terasing dan kesepian di rumahnya sendiri. Bahkan, dia merasa seolah-olah keluarganya akan mencoret namanya dari daftar anggota keluarga jika harga diri mereka mengijinkannya.

Sebagai pewaris keluarga mafia terbesar di seluruh Novaria, dia meremehkan semua orang yang dianggapnya lebih rendah darinya, termasuk keluarga Benjamin yang hanya keluarga mafia kecil.

Namun, itulah kesalahan El. Menurut Benjamin dan keluarganya, sikap bodoh El hanyalah batu loncatan bagi mereka untuk mendapat simpati dari Don Adam. Mereka juga memanfaatkan El sebagai alat untuk mendapat simpati dan pengaruh dari bawahan keluarga Grayson.

Jadi, dengan kembali kemasa lalu dan memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya, El memiliki harapan untuk menjadi lebih baik di kehidupan keduanya. Dia juga merasa lebih percaya diri, untuk membalas dendam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status