Share

PART 2

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-04 19:01:53

"Mama," katanya tiba tiba. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak. Anakku mengenaliku? Bagaimana ini? Padahal ini baru permulaanku melancarkan aksiku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? 

.

.

.

Suasana mendadak tegang. Dibalik meja kerjanya kulihat Mas Adjie memperhatikanku tak berkedip, sementara wanita licik di sebelahnya mengerutkan dahinya, menatap bergantian ke arahku dan Mas Adjie. 

 

Sejenak kupejamkan mata untuk menata hatiku. Kutahan untuk tak menghela nafas berat agar tak terlihat gurat frustasi di wajahku. Senyum tetap kupasang dengan sempurna. 

 

"Tante mirip sama Mamanya Joe ya?" tanyaku sedikit berani sambil balik mengusap pipi halusnya. "Terima kasih ya, Sayang, pujiannya untuk Tante. Tapi kan ... Mama Joe jauuuh lebih cantik dari Tante. Itu!" Aku membalikkan badan bocah kecil itu menghadap ke arah Afika. "Cantik kan Mamanya Joe?"  kataku sambil terus mengembangkan senyum. 

 

Mungkin karena menyadari ada sesuatu yang salah, Mas Adjie pun segera bangkit dan menghampiri Kami.

 

"Ini Tante Livia namanya. Bukan Mama, Sayang. Ayo, Joe ikut Mama pulang saja sekarang, tunggu Papa di rumah.  Okay?" kata Mas Adjie meyakinkan anaknya. Entah apakah dia sebenarnya curiga dengan peristiwa tadi atau tidak. Tapi menurutku, tidak ada yang bisa membuktikan bahwa aku adalah Ana, istrinya yang telah dibuang setahun yang lalu.

 

Mas Adjie menggandeng tangan Joe menuju Afika, lalu berkata lirih pada wanita itu. 

 

"Ajak Joe pulang. Sebentar lagi aku pulang kok," katanya pada istri barunya itu. Kata-katanya sangat lembut pada Afika sambil menyentuhkan tangannya ke punggung wanita itu. Sangat berbeda sekali saat dia denganku dulu. Bahkan seringnya dia justru menghindar untuk berdekatan denganku. Dan aku tahu kenapa. Karena dia hanya menikahiku karena harta keluargaku. Setelah dia mendapatkan semuanya, maka disingkirkannya aku dari kehidupannya. Benar-benar sangat licik.

 

Afika bergegas meninggalkan ruangan setelah berciuman mesra dengan Mas Adjie, membuat darahku terasa mendidih seketika. Wanita itu lalu menggandeng anakku keluar. 

 

Sambil berjalan mengikuti langkah Afika yang lumayan cepat, Joe tak hentinya terus menoleh ke arahku hingga kulihat wanita itu sedikit menyentakkan tangan anakku.

 

"Ayo Joe, cepat!" katanya sambil menatap ke arahku dengan pandangan sangat tidak bersahabat. 

 

"Selamat jalan, Bu. Sampai jumpa," kataku sambil membungkuk padanya. 

 

Setelah anak dan istri barunya pergi, Mas Adjie mendekatiku. Dia berjalan semakin dekat dan berhenti tepat di hadapanku. Kenapa dia? Apakah dia mencurigai sesuatu?

 

Dengan gerakan refleks, aku sedikit mendongak menjauhkan wajah dari suamiku itu. Dari tempatnya berdiri yang hanya kurang dari setengah meter saja dariku, dia memandangiku dengan sorot mata tajamnya yang seolah ingin menemukan sesuatu. 

 

Jantungku berdegup kencang lagi. Apakah penyamaranku telah diketahui olehnya?

 

"Livia, Maafkan ulah anakku tadi," katanya tiba-tiba sambil mengerjapķan matanya beberapa kali. "Dia hanya ngawur. Biasa kan anak kecil," katanya sambil terkekeh. 

 

Aku sedikit kaget kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu. Tapi sangat lega mengetahui bahwa dia ternyata tidak sedang mencurigaiku.

 

"Ee, tidak apa apa, Pak. Biasa saja. Saya sering menjumpai anak yang seperti itu." 

 

"Ya, Kamu benar. Tidak mungkin juga Kamu mama kandungnya Joe. Kamu jauh lebih cantik dari mamanya Joe," katanya kemudian. Lalu memiringkan senyum ke arahku dan meletakkan dua tangannya di pinggang. Sepertinya sedang ingin membuatku terpesona.

 

"Terima kasih atas pujiannya, Pak. Saya tersanjung." ucapku berpura-pura. 

 

Andai saja Kamu tahu siapa aku, Mas. Mungkinkah kamu akan tetap berkata bahwa aku jauh lebih cantik dari Ana-mu dulu?

 

"Oya, kalau begitu kembalilah ke ruanganmu sekarang. Sebentar lagi aku akan pulang. Hari ini istriku sedang berulang tahun, jadi kami akan bersiap siap merayakannya," jelasnya. "Kamu sudah meninggalkan nomer ponsel dan alamat tinggalmu ke bagian HRD kan?" tanyanya kemudian. 

 

"Sudah, Pak."

 

"Bagus! Siap-siap saja jika sewaktu-waktu aku memanggilmu." 

 

"Baik, Pak." Aku mengangguk saat dia kemudian berlalu pergi meninggalkanku di ruangannya. 

 

Huffft!!! Lega rasanya. Jelas sekali Mas Adjie memang tidak mengenaliku.

 

Aku melirik jam di pergelangan tanganku. Masih lumayan siang. Dan sekarang saatnya aku akan menjalankan misiku selanjutnya. 

.

.

.

Bergegas aku menuju ruang arsip perusahaan. Seperti yang kutahu, di ruangan itulah tempat menyimpan berbagai dokumen perusahaan yang sudah lampau, termasuk rekaman CCTV yang sudah dijadikan file dari tahun ke tahun. 

 

Seorang petugas bagian arsip menyambutku saat aku datang. 

 

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanyanya. 

 

"Saya Livia, Pak. Sekretaris baru Pak Direktur. Pak Adjie menyuruh saya mengambil dokumen laporan penjualan tahun kemarin. Apa bisa diambilkan?" pintaku dengan sopan.

 

"Oh, ya tentu. Tunggu sebentar, Bu Livia," kata si petugas.

 

Petugas lelaki berusia 30-an tahun itu segera masuk ke dalam ruangan. Saat dia sedang sibuk di dalam, aku berpura-pura menyusulnya.

 

"Pak, bagaimana, apa sudah ketemu? Boleh saya bantu?" Kataku sambil berjalan masuk ke ruangan.

 

"Sebentar, Bu. Saya sedang memeriksanya. Oh ini sudah ketemu kok tinggal diperiksa saja," katanya.

 

"Wah, ruangannya besar juga ya, Pak? Bapak sendirian saja mengerjakan tugas di sini?" tanyaku basa basi.

 

"Ada 2 orang, Bu. Kebetulan teman saya sedang libur." Dia nampak tersenyum ramah. Sepertinya senang dengan gaya ramah dan perhatian yang kutunjukkan.

 

Agar tak menimbulkan kecurigaan, aku terus saja mengajaknya bicara. Sambil berjalan mengitari ruangan itu, mataku tak henti berputar mancari dimana latak arsip rekaman CCTV berada. 

 

Aku terus berkelling sambil tak henti mengajaknya bicara hingga akhirnya, kutemukan juga akhirnya. Dipojok ruangan, arsip itu disimpan. Dengan langkah tak mencurigakan aku bergerak ke arah itu untuk kemudian mengambil kotak kecil dengan tulisan tahun paling akhir, tahun dimana aku dinyatakan meninggal dalam sebuah kecelakaan.

 

Dengan cepat kumasukkan kotak kecil berisi disk itu ke saku jasku, dan bergegas aku kembali ke tempat si petugas arsip berada. 

 

"Sudah selesai, Bu Livia. Silahkan, ini dokumen yang anda minta," katanya sopan menyerahkan setumpuk laporan yang kuminta.

 

"Baik. Terima kasih, Pak. Saya akan kembalikan segera setelah selesai," kataku. 

 

'Dan saya juga akan kembalikan disk nya setelah selesai meng-copynya,' lanjutku dalam hati. 

 

Dengan lega, akhirnya aku meninggalkan tempat itu. Aku yakin petugas itu tak akan menyadari ada sebuah disk yang hilang dari ruangan yang ditunggunya karena benda ini terlalu kecil untuk bisa menarik perhatian orang yang masuk ke ruangan itu.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 25

    Aku baru saja turun dari mobil yang membawaku pulang malam itu. Seperti biasa, sopir pribadiku, pak Hilman, langsung kusuruh membawa mobil itu pulang ke rumahnya."Besok jangan lupa ke sini pagi-pagi ya, Pak. Saya ada meeting lebih awal," ujarku mengingatkannya. Lelaki paruh baya itu pun mengangguk paham."Baik, Bu Ana. Siap," katanya patuh.Hari ini adalah tepat satu tahun setelah putusan hukuman 18 tahun penjara untuk mas Adjie dan Afika. Sebulan setelah sidang keputusan itu, mas Bondan pun seperti hilang ditelan bumi.Terakhir kami bertemu saat Joe berulang berulang tahun ke 7. Waktu itu dia datang dengan setelan celana abu dan kemeja linen warna putih yang membuatnya terlihat begitu gagah. Dia menghadiahi Joe sebuah jam tangan branded dengan harga fantastis.Berbulan-bulan kemudian Joe bahkan tak pernah m

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 24

    Beberapa hari setelah penangkapan mas Adjie dan Afika, mas Bondan membuktikan janjinya. Dia datang ke apartemen siang itu menemuiku dan anakku dengan membawa banyak kabar baik, tentang perusahaan dan juga tentang kabar terbaru kasus mas Adjie dan Afika."Aku sudah menunjuk pengacara untuk mengurus pemindahtanganan kekayaanmu dari suamimu, An. Juga masalah perceraian kalian.""Perceraian?" Aku mengerutkam dahi mendengar kata perceraian. Aku ingat, sebagai istri mas Adjie, statusku memang bukan janda, tapi meninggal."Iya, karena identitas kamu nantinya akan kembali ke identitasmu yang dulu. Bagaimanapun kamu tetap masih istri dari Adjie. Surat kematianmu waktu itu juga akan dihapuskan. Tapi kamu tenang saja, semua sudah ada yang mengurusnya. Aku sudah menunjuk beberapa orang untuk mengurus semuanya.""Terima kasih, Mas. Maaf aku selalu merepotkanmu."

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 23 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Bu, Pak Adjie dan Bu Afika dibawa polisi," suara wanita di seberang sana dengan nada tergesa. Bondan yang menerima panggilan telepon itu pun menghela nafas lega."Ini aku, Bondan. Sebentar lagi aku dan Ana akan ke sana, Bi," kata lelaki itu pada wanita di seberang telepon."Oh Pak Bondan, maaf pak saya kira bu Ana, eh maksud saya bu Livia," wanita itu mendadak gugup saat menyadari salah menyebutkan nama.Bondan pun terkekeh kecil mendengarnya."It's okay. Nggak apa-apa, Bi. Ana atau Livia sama saja," kata lelaki itu, masih dengan kekehannya yang khas."Jadi pak Bondan juga sudah tau kalau bu Livia itu ..." Murni tak segera melanjutkan kalimatnya."Tentu saja aku tau. Ya sudah, tunggu ya, kami segera datang.""Baik, terima kasih, Pak." 

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 22 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Semua bukti sudah lengkap, Pak Bondan. Para tersangka juga sudah mengakui siapa dalang dibalik semua ini. Kita akan segera limpahkan ke pengadilan setelah kita memeriksa Pak Adjie dan Istrinya."Itu kalimat terakhir yang terus terngiang di telinga Livia. Bahkan sampai dia kembali ke apartemen lagi setelah menyelesaikan semua urusannya di kantor polisi.Merebahkan tubuh lelahnya di sofa usai menyelesaikan rutinitas mandi malamnya, Livia dikejutkan dengan ketukan di pintu apartemen. Dengan gerakan refleks, wanita itu bangkit dengan kewaspadaan tinggi. Nampaknya rasa takutnya dengan peristiwa yang baru saja dialaminya bersama bondan beberapa jam yang lalu masih begitu membekas dalam dirinya.Masih dengan sikap waspada, Livia mendekat ke arah pintu, mengintip sebentar dari layar kamera, dan segera bernafas lega saat dilihatnya wajah lelaki yang sangat dikenalnya itu ternyata yang

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 21 (AUTHOR'S P.O.V)

    Entah kenapa Livia merasa dirinya sedang diawasi malam itu. Di pusat perbelanjaan dimana dia berencana membeli beberapa potong pakaian, sedari tadi gerakannya terlihat tidak tenang. Ada beberapa orang yang seperti mengikutinya terus kemana pun dia melangkah.Berhenti sejenak di salah satu stand pakaian dalam, diliriknya arloji mungil di pergelangan tangannya. Tepat jam 9 malam. Dia menarik nafas sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang di ponselnya."Mas Bondan dimana?" ucapnya lirih di telepon."Ada apa?" Suara berat Bondan dari seberang nampak sedikit khawatir."Bisa jemput aku di mall nggak? Aku agak takut, kayak ada yang ngikutin aku dari tadi, Mas," ucapnya lirih sambil menutup mulutnya yang menempel di ponselnya."Oke, kalau gitu kamu tetap di dalam mall saja, An. Jangan keluar dulu, aku dat

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 20 ( AUTHOR'S P.O.V )

    Dengan bantuan salah satu orang kepercayaannya, Adjie berhasil membuat kesepakatan dengan orang bayaran yang lumayan bernama besar di kota itu."Serahkan semuanya pada kami, anda tidak perlu khawatir, Pak Adjie. Semua perkembangan akan Kami laporkan sesegera mungkin pada anda," kata lelaki tinggi besar yang baru saja menerima sejumlah uang dengan nominal tak main-main dari Adjie itu."Oke, tapi jangan terlalu sering menghubungiku jika itu bukan kabar yang terlalu penting. Kamu tahu kan maksudku?" ujar Adjie."Tentu, Pak. Anda jangan ragukan kerja kami. Semuanya akan beres tanpa jejak," ujar lelaki itu dengan sombongnya."Oke kalau begitu aku tunggu kabar baik dari kalian secepatnya."Usai berkata seperti itu, Adjie pun segera meninggalkan tempat bertemunya dia dengan orang bayarannya itu. Kini dia bisa sedikit bernafas lega te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status