Home / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 1: Kembali ke Akar

Share

KEMBALINYA SANG RATU
KEMBALINYA SANG RATU
Author: Oceania

Bab 1: Kembali ke Akar

Author: Oceania
last update Last Updated: 2024-11-18 10:43:59

Angin sepoi-sepoi membawa aroma harum damar dan tanah basah. Hutan Lambusango, yang konon menjadi saksi bisu kelahiran para raja di Pulau Buton, kini terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan corak-corak indah di lantai hutan yang dipenuhi lumut hijau.

 Di tengah hutan yang masih asri itu, berdiri seorang perempuan dengan kecantikan yang memukau. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin, matanya berkilau memancarkan cahaya biru lembut. Dialah Ratu Wakaaka, penguasa legendaris Pulau Buton yang kembali ke dunia fana.

Sejak kedatangannya, Wakaaka merasakan ada ikatan yang kuat menariknya ke Hutan Lambusango. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang familiar, sebuah energi yang membuatnya tenang namun juga rasa penasaran. Dengan langkah ringan, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah lama tidak terjamak.

 Di tengah perjalanan, Wakaaka tiba-tiba terhenti. Di depannya, berdiri sebuah pohon bambu tua yang sangat besar. Pohonnya tampak berbeda dari pohon bambu lainnya, auranya begitu kuat dan magis. Tiba-tiba, kenangan masa lalunya berputar dengan cepat.

 Ia melihat dirinya yang masih kecil, diusung dari rumpun bambu yang sama. Paman Dungku Chagia, seorang pendeta tinggi, sedang memimpin upacara pelantikan. Suara-suara lantunan mantra terdengar jelas di dengar, diikuti oleh tepuk tangan riang para tetua desa.

 “Ini dia, tempat kelahiranku,” gumam Wakaaka, air matanya menetes perlahan.

 Dengan lembut, ia menyentuh batang bambu itu. Seketika, ia merasakan aliran energi yang mengalir dari pohon ke dalam dirinya. Penglihatannya menjadi kabur, dan ia memasuki dunia batinnya, kesadarannya menyebrang ke dunia bawah sadaranya. Ia menemukan dirinya pada masa lalu yang jauh. 

 Dalam perjalanan jiwanya ke masa lalu, Wakaaka melihat kembali kehidupan masa lalunya sewaktu ia ditandu dari Bukit Lele Mangura. Ia melihat dirinya tumbuh menjadi seorang pemimpin yang bijaksana, memimpin rakyat Buton menuju kemakmuran. Ia juga melihat perjuangannya kekuatan melawan kejahatan yang ingin menguasai pulau itu. Ia melihat dirinya yang sedang bertemu dengan beberapa kerabat kerajaan dan mendiskusikan aturan-aturan kerajaan, sehingga kerajaan ini bisa berkembang, terutama dalam melakukan ekspansi kepada kerajaan-kerajaan lain di timur Pulau Buton.

"Mungkin Kamaru dan Lasalimu, harus kita ajak untuk bergabung dengan kerajaan kita, harus ada penyatuan keluarga agar kita tidak perlu berperang, tetapi kita harus membangun hubungan keluarga", ungkap Ratu Wakaaka dalam suatu pertemuan, ia hanya memandang laut lepas. Suara kuda kedengaran ketika mereka berdiri di pinggir sungai yang membelah daerah di kerajaan itu. 

Namun, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya. Sebuah rahasia yang tersimpan jauh di dalam ingatannya. Sebuah rahasia tentang asal-usul kekuatan magisnya dan hukumnya dengan Hutan Lambusango. Ia terikat dengan hutan itu, ketika ia masih menjadi bagian dari hutan itu. 

 Ketika ia semakin mendekati inti mimpinya, ia melihat sebuah cahaya terang. Cahaya itu semakin membesar hingga memenuhi seluruh cahaya. Lalu, dia mendengar suara lembut memanggil namanya.

 "Wakaaka, sudah waktunya kau mengetahui kebenarannya. Rakyatmu memanggilmu sekarang,"

 Suaranya begitu familiar, namun ia tidak dapat mengenali siapa pemiliknya. Dengan rasa penasaran yang membuncah, Wakaaka melangkah maju menuju cahaya itu. Ketika ia tersadar, ia mulai menyadari bahwa dirinya terlelap dalam memori lamanya, udara magis hutan Lambusango menyentuh bawah sadarnya berabad-abad silam. Perjalanan dirinya yang menjelma dalam diri seorang gadis cantik, telah menjadikan dirinya memahami masa lalunya, dan juga masa hari ini. 

Keesokan harinya, cahaya matahari pagi menyinari wajah Wakaaka yang terpejam. Ia masih larut dalam perjalanan jiwanya, melewati lorong waktu untuk mencari jawaban atas misteri asal usulnya. Ketika mata membuka, ia mendapati dirinya masih berada di bawah pohon bambu tua. Bambu tua yang memiliki kekuatan magis, kekuatan yang pernah ia rasakan ratusan tahun silam.

 "Aku harus mencari tahu lebih banyak," gumamnya. Ia merasakan suasana magis yang menghubungkan dirinya dengan alam di sekitarnya.

Dengan langkah mantap, ia mulai menjelajahi Hutan Lambusango. Semakin ia masuk, semakin terasa aura magis yang membuat hutan ini. Tumbuhan-tumbuhan langka bermekaran indah, dan suara-suara binatang terdengar begitu harmonis.

 Tiba-tiba, ia mendengar suara-suara asing. Ternyata, ada sekelompok siswa asing yang sedang melakukan penelitian di hutan ini. Mereka berasal dari berbagai negara di Eropa, tertarik dengan keunikan flora dan fauna Hutan Lambusango.

 Wakaaka memutuskan untuk mendekati mereka. Dengan menggunakan kekuatan magisnya, ia mengubah penampilan menjadi seorang gadis muda yang cantik dan ramah. Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang pemandu wisata lokal yang mengenal betul setiap sudut hutan ini. Ia memperkenalkan dirinya, Sinta. Orang-orang memanggilnya, Wa Ode Sinta, karena ia memiliki wajah cantik dan kulit putih. Wajah perpaduan Melanesia dan Mongolia. Sinta juga memiliki ikatan darah dengan timur tengah. Jiwa Sang Ratu masuk menjelma dalam tubuh Sinta. 

 Para siswa menyambutnya dengan hangat. Mereka bercerita tentang tujuan penelitian mereka, mulai dari studi tentang tanaman obat tradisional hingga penelitian tentang sejarah Kerajaan Buton. Sinta yang merupakan reinkarnasi dari Ratu Wakaaka mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa ada benang merah yang menghubungkan penelitian mereka dengan sejarahnya. Sinta sangat antusias menemani para peneliti itu, sebagai guide, ia sangat senang. 

 Ketika sedang berbincang dengan seorang mahasiswa yang ahli dalam bidang genetika, Siinta menceritakan tentang mimpinya dan pohon bambu tua. Mahasiswa itu tertarik dengan cerita Sinta dan menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pohon bambu tersebut. Pohon itulah yang selalu menarik Sinta untuk memasuki dunia bawah sadarnya dan jadilah ia sebagai seorang ratu. Fisiknya terpilih oleh leluhur, sehingga ia bisa berdiskusi dengan anak-anak Eropa tersebut. 

 “Mungkin ada sesuatu yang unik dalam DNA pohon bambu ini,” ujar mahasiswa itu. "Kita bisa mencoba mencari tahu apakah ada hubungan dengan kekuatan magis yang Anda miliki. Karena saya pikir kau memiliki kekuatan yang sangat dekat dengan lingkungan ini, sehingga kau dapat mengenal hutan Lambusango sendirian."

Sinta hanya terdiam, rasanya ia bukan lagi dirinya, dan ia kemudian bertindak seperti Sang Ratu. Sebagai Ratu Wakaaka, Sinta sangat antusias dengan ide tersebut. Ia merasa semakin dekat untuk mengungkap rahasia kekuatannya. Ia banyak bercerita tentang masa lalunya, termasuk soal pertemuannya dengan seekor anoa. Hewan khas Sulawesi Tenggara ini begitu tenang di hadapannya.

Dengan menggunakan kekuatan telepatinya, Sinta berhasil berkomunikasi dengan anoa tersebut. Anoa itu menceritakan banyak hal tentang Hutan Lambusango, termasuk cerita tentang Oputa Yi Koo, pahlawan nasional Buton yang legendaris. "Hutan ini sangat kaya akan flora dan fauna, hutan tropis yang luas, dengan banyak sungai-sungai yang mengalir di dalamnya.

Melalui anoa, Wakaaka yang menjelma dalam diri Sinta melihat kilasan sejarah perjuangan Oputa Yi Koo. Ia melihat bagaimana Oputa Yi Koo memimpin rakyat Buton melawan penjajah. Ia juga melihat kekuatan magis yang dimiliki oleh Oputa Yi Koo, yang sangat mirip dengan kekuatan yang dimilikinya. Dalam hari-harinya, Sinta sangat kuat dalam merasakan semua yang ada di sekitarnya, terlebih saat Jiwa Wakaaka menjelma dalam dirinya, ia hampir mengetahu semuanya, termasuk peristiwa ratusan tahun silam, dan juga ratusan tahun yang akan datang. 

 Dengan semangat baru, Jiwa Ratu Wakaaka yang mengendalikan Sinta, berpikir untuk lebih jauh menjelajahi kembali ke Hutan Lambusango. Para siswa itu membawa beberapa alat yang bisa mendeteksi karbon yang ada di hutan itu. Mereka membawa peralatan penelitian yang lengkap untuk mengungkap misteri pohon bambu tua. "Mungkin ada kekuatan magis pada bambu ini,"

"Jangan-jangan ada kekuatan ghaib pada bambu ini," pikir Sinta. Kondisi jiwanya begitu cepat untuk berada di alam lainnya. 

Mahasiswa yang datang dari Eropa yang mengikuti program Wallacea itu, mencoba mendeteksi kekuatan aneh di sekitar pohon bambu, ia menggunakan alat pendeteksi karbon terbaru, sehingga tidak perlu lagi mengirim sampel ke perpusatakaan. Setelah melakukan berbagai pengujian melakukan scan terhadap karbon itu, mulai dari analisis DNA hingga pengukuran energi, mereka menemukan hasil yang mengejutkan. 

 Ternyata, berdasarkan data yang dihasilkan dari uji atas karbon, ternyata ada kekuatan yang dideteksi oleh alat itu. Di dalam data yang dilaporkan dari alat canggih tersebut, ada DNA pohon bambu yang memiliki energi yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Energi ini memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan memancarkan aura magis yang kuat. Beberapa mahasiswa ikut merasakan perubahan energi itu. Coba lihat sepertinya ada pengrahuh energi elektromagnetik yang kuat di daerah ini. 

"Sinta terdiam, namun tiba-tiba ia kemasukan lagi. Para siswa menyebutnya sebagai "Energi Wakaaka", karena mereka yakin energi ini berkaitan erat dengan kekuatan magis yang dimiliki oleh bambu tersebut, Sinta yang merupakan penjelmaan dari Ratu Wakaaka, mulai mengontrol pikirannya.

 "Ini adalah penemuan yang luar biasa!" seru salah seorang pelajar. "Energi ini bisa menjadi kunci untuk memahami asal usul kekuatan magis dan bahkan mengembangkan teknologi baru. Mungkinkah ini adalah energi leluhur yang selama ini menjaga pulau Buton.

 Namun, di tengah euforia penemuan mereka, sebuah ancaman mulai muncul. Kekuatan jahat yang selama ini mengintai Pulau Buton mulai bertindak. Gempa bumi kecil mengguncang pulau, dan muncul retakan-retakan misterius di beberapa tempat. Hewan-hewan pembohong menjadi dan sering menyerang pemukiman penduduk. Energi tersebut adalah energi yang selama ini mempengaruhi tubuh Sinta ketika ia sudah mulai merasakan, maka seketika itu juga ia tidak akan sadar lagi. 

Sinta tidak sadarkan diri, saat-saat pertama Ratu Wakaaka menggunakan tubuhnya. Maka ketika Sinta pingsan, ia tersadar sebagai Ratu Wakaaka. Sinta sudah bergerak seperti Wakaaka dan ia mulai merasakan kehadiran kekuatan jahat itu. Ia tahu bahwa kekuatan ini ingin merebut energi magis yang terkandung dalam pohon bambu tua. Jika kekuatan jahat berhasil menguasai energi itu, maka Pulau Buton akan berada dalam bahaya. 

 “Kita harus melindungi pohon bambu ini,” kata Wakaaka dengan tegas. "Kekuatan jahat tidak boleh sampai."

 Bersama-sama dengan para pelajar dan penduduk desa, Wakaaka membentuk pertahanan di sekitar pohon bambu. Mereka membangun pagar pelindung dari kayu dan batu, serta memasang jimat-jimat yang dipercaya dapat memenangkan kekuatan jahat.

 Sementara itu, Wakaaka terus mempelajari sejarah perjuangan Oputa Yi Koo. Ia menemukan bahwa Oputa Yi Koo juga pernah menghadapi ancaman yang serupa. Dengan mempelajari taktik perang Oputa Yi Koo, Wakaaka yakin bahwa ia dapat mengalahkan kekuatan jahat.

 Suatu malam, kekuatan jahat menyerang. Hutan Lambusango dipenuhi oleh makhluk-makhluk mengerikan yang mengeluarkan aura hitam pekat. Wakaaka dan para pembela pulau bersiap menghadapi serangan mereka.

 Dengan kekuatan magisnya, Wakaaka menciptakan dinding api yang mengelilingi pohon bambu. Ia juga memanggil roh leluhur untuk membantu. Pertempuran sengit pun terjadi. Orang-orang lokal menyebut kekuatan jahat itu dengan nggoalu, yang menaiki kendaraan yang dikenal dengan winte. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 2: Di Antara Dua Dunia

    Wakaaka duduk termenung di bawah pohon beringin tua di halaman istana. Cahaya rembulan memantulkan bayangannya yang memanjang di atas tanah. Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali semua kejadian yang telah dialaminya. Ia merasa terjebak di antara dua dunia: dunia manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan dunia magis yang penuh misteri. Dari atas bukit itu, ia memandang ke arah barat menjelang matahari terbenam.Sebagai ratu, ia harus menjaga keseimbangan dan keharmonisan di pulau Buton. Namun, sebagai seorang wanita biasa, ia juga memiliki keinginan untuk memahami dirinya sendiri dan kekuatan magis yang dimilikinya. Konflik batin ini membuatnya terasa terombang-ambing."Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lirih.Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut memanggil namanya. "Wakaaka, jangan terlalu bersantai."Wakaaka menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita tua dengan rambut putih panjang sedang berdiri di belakangnya. Wanita itu memiliki mata yang bersinar terang, seolah-olah meny

    Last Updated : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 3: Bayangan di Balik Cinta

    Wakaaka berdiri di puncak bukit, memandang keindahan Pulau Buton yang perlahan mulai pulih dari kehancuran. Namun, di balik wajahnya yang tenang, hatinya penuh dengan kegelisahan. Meskipun rakyatnya mulai menyambut upayanya dengan rasa syukur, ada bisik-bisik ketidakpuasan di antara beberapa golongan. Wakaaka tahu bahwa ini bukan hanya tentang menyembuhkan luka fisik, tetapi juga menyatukan hati yang terpecah.Dalam perjalanan tur ke desa-desa, ia menyadari perbedaan yang mencolok antara generasi tua dan muda. Generasi tua masih memegang teguh adat dan tradisi yang diwariskan selama berabad-abad, sementara generasi muda ingin membawa perubahan, memanfaatkan teknologi, dan mengadopsi cara hidup yang lebih modern.Di sebuah desa kecil di dekat pesisir, Wakaaka bertemu dengan Aji. Pemuda itu bukan hanya cerdas dan peduli, tetapi juga memiliki pandangan yang seimbang tentang bagaimana tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Saat Wakaaka berbicara dengan Aji, ia merasa menemukan t

    Last Updated : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 4: Di Antara Tradisi dan Bayangan**

    Pantai Selatan Pulau Buton selalu dipandang sebagai tempat yang misterius. Di sana ada kuburan Wa Mbuliga, manusia sakti yang selamat dari tuduhan bahwa ia hamil insest. di daerah itulah kemarat laut itu mengabadikan karang, dan legenda menjadikannya pintu untuk menjaga lautan. Hanya sedikit orang yang berani menginjakkan kaki di sana pada malam hari, karena cerita tentang bayangan putih yang turun dari langit dan nyanyian aneh yang menggema di atas ombak telah menjadi bagian dari legenda lokal. Namun, malam itu, Ratu Wakaaka memutuskan untuk memimpin sendiri perjalanan ke pantai tersebut. Bersamanya adalah Aji, pemuda yang kini menjadi kepercayaannya, serta sekelompok pemuda terlatih yang siap menghadapi apa pun.Di sepanjang perjalanan, mereka melewati desa-desa kecil di mana penduduk berkumpul di balai desa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Ketika Wakaaka mendengar keluhan mereka, ia berhenti sejenak untuk menenangkan hati rakyatnya.“Ratu,” ujar seorang tetua desa bernama La

    Last Updated : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 5: MALAM BAYANGAN

    Setelah pengkhianatan La Putu terungkap dan Kerang Kehidupan berhasil diperoleh, suasana istana Wakaaka menjadi semakin tegang. Wakaaka tahu bahwa pertempuran terakhir dengan Bayangan Lautan sudah dekat. Namun, ia juga sadar bahwa dirinya dan rakyatnya masih belum sepenuhnya memahami kekuatan yang akan mereka hadapi.Bayangan Lautan Memulai SeranganDi dasar laut di sekitar Pulau Buton, Bayangan Lautan mulai mengumpulkan kekuatannya. Sosok pemimpinnya, yang dikenal sebagai Sang Bayang, berdiri di atas batu karang besar. Tubuhnya seperti kabut hitam yang bergerak tanpa bentuk pasti, dengan sepasang mata merah menyala yang tampak mampu menembus kegelapan.“Kita akan menyerang di saat ritual mereka dimulai,” ucap Sang Bayang dengan suara berat seperti ombak yang menghantam tebing. “Ritual itu adalah simbol kekuatan mereka. Jika kita menghancurkannya, rakyat Buton akan kehilangan harapan, dan kita akan menguasai pulau ini.”Ia memanggil makhluk-makhluk laut yang telah dipengaruhi oleh kek

    Last Updated : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 6: JARINGAN BAYANGAN

    Hutan Lambusango, tempat Sinta biasa membimbing wisatawan dan peneliti, kini menjadi panggung lain dari dilema batinnya. Setelah pertemuannya dengan mahasiswa Eropa yang menggunakan teknologi untuk melestarikan budaya, ia mulai membuka pikirannya pada dunia modern. Namun, suatu sore yang tenang, Sinta bertemu dengan seorang pria yang membawa angin perubahan yang tidak sepenuhnya ia percayai.Pria itu adalah Arya, seorang influencer terkenal dalam dunia cryptocurrency. Penampilannya menarik perhatian—dengan pakaian kasual, senyuman percaya diri, dan cara berbicara yang mengalir lancar. Ia mengunjungi Pulau Buton untuk mempromosikan sebuah program investasi berbasis blockchain yang disebut Ethernix.Saat itu, Sinta sedang duduk di pondok kecil di tengah hutan, berbincang dengan beberapa penduduk lokal tentang potensi pariwisata berbasis budaya. Arya datang mendekat dengan langkah ringan, memperkenalkan dirinya dengan gaya penuh percaya diri.“Sinta, saya

    Last Updated : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 7: Pertemuan di Hutan

    Sinta tidak pernah menyangka bahwa sore itu di Hutan Lambusango akan menjadi salah satu momen paling menentukan dalam hidupnya. Ia sedang memandu sekelompok kecil wisatawan melewati jalur hutan, menunjukkan berbagai keajaiban flora dan fauna yang menjadikan hutan ini salah satu ekosistem paling kaya di Indonesia. Namun, ada satu orang di antara para wisatawan yang menarik perhatiannya.Seorang pria Korea berusia sekitar tiga puluh lima tahun, mengenakan pakaian sederhana, tetapi dengan aura yang mencerminkan pengaruh besar. Wajahnya tenang, tetapi matanya memancarkan kecerdasan. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Kim Jun-hoo, seorang pengusaha yang mengaku tertarik pada kayu jati dan kayu cendana di Indonesia, namun memiliki pendekatan yang berbeda.“Bu Sinta,” katanya dengan bahasa Inggris yang fasih, “saya tidak di sini untuk menebang hutan ini. Saya di sini untuk berbicara tentang cara melindunginya”Setelah perjalanan selesai, Jun-hoo meminta waktu untuk berbicara secara pribadi de

    Last Updated : 2024-11-21
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 8: Di Persimpangan Jalan

    “Hutan Lambusango harus menjadi magnet dunia” pikir Sinta. Dari para peneliti yang membawa alat-alat canggih hingga sindikat gelap yang bergerak dalam bayangan, semua mata tertuju pada kekayaan yang tersembunyi di bawah dan di atas tanah ini. Di tengah sorotan itu, Sinta merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Sebagai titisan Ratu Wakaaka, ia tahu bahwa menjaga hutan ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga spiritual dan moral. Sinta juga membayangkan untuk bagaimana hutan ini sebagai pusat riset obat tradisional. Nenek moyangnya, telah memiliki tradisi untuk mengobati semua penyakit melalui tradisi mereka.Pagi itu, Sinta menerima laporan dari tim Jun-hoo. Data dari kamera pengawas menunjukkan peningkatan aktivitas ilegal di beberapa titik. Ada pemburu yang masuk ke zona larangan, beberapa kelompok membawa peralatan berat untuk eksplorasi tambang, dan bahkan laporan tentang ritual mencurigakan yang dilakukan di tempat-tempat sakral. Namun, ada yang mereka yang tidak mengerti,

    Last Updated : 2024-11-27
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 9: JALAN YANG BUNTU

    Hutan Lambusango kembali bergolak. Sementara Sinta dan Jun-ho berupaya memperkuat perlindungan dengan zona larangan dan teknologi pemantauan, sebuah perusahaan tambang dengan kekuatan besar terus menggempur dari sisi lain. Di luar zona perlindungan, penambangan dimulai dengan diam-diam, menyebabkan kerusakan pada ekosistem yang berada di tepi hutan. Namun, bukan hanya kerusakan yang menjadi masalah—kehadiran perusahaan tambang membawa konflik yang lebih dalam dan mengancam keharmonisan masyarakat adat. Beberapa hutan adat sudah memiliki IUP dan itu tentunya sangat merugikan masyarakat lokal. Mereka menyadari akan hal itu, ruang rotan, kemiri, kenari, berbagai Bunga anggrek tumbuh. Semua akan hilang untuk selamanya, jika sudah dikelola sebagai tambang.Di jalan utama menuju lokasi tambang, alat-alat berat terparkir dengan keheningan yang menegangkan. Di hadapan mereka, puluhan masyarakat adat berdiri bergandengan tangan, dipimpin oleh tokoh-tokoh adat seperti La Tahang dan beberapa pem

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 123 – Di Bawah Bayang Beruang Merah dan Makam Imam Bukhari

    Salju Rusia yang abadi berguguran perlahan di atas landasan sejarah yang terhampar bak naskah kuno. Di jantung negeri yang dikenal dengan julukan “Beruang Merah,” Lintang melangkah penuh pertanyaan, membawa jiwa dari Buton yang telah lama belajar tentang nilai‑nilai Madrasah Langit. Kini, ia ingin menyelami akar peradaban yang telah lama dibingkai oleh bayangan kekuasaan dan keangkuhan, serta menemukan makna sejati di balik wilayah yang terhampar luas di bumi Rusia.Di sebuah pondok tua di pinggiran kota Vladimir, Lintang ditemui oleh guru‑guru kebijaksanaan yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai penjaga kearifan leluhur. Suasana di sekitarnya begitu sunyi, dengan udara dingin yang menusuk namun sekaligus menyegarkan, seperti kata‑kata pujangga yang menenangkan jiwa. Di sana, Lintang duduk bersama seorang lelaki tua berjanggut putih lebat—sensei Ivan Sergeyevich—yang wajahnya terukir oleh alur waktu dan pengalaman."Setiap butir salju ini," ujar Sensei Ivan sambil menatap langi

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 152 – Jaringan Waralaba Rakyat: Ketika Tanah Menjadi Ekonomi Hidup

    Lintang berdiri di atas panggung kayu sederhana di tengah lapangan Desa Lambusango, dikelilingi oleh ribuan wajah dari berbagai suku, bahasa, dan budaya. Angin lembut membawa aroma rerumputan basah dan pembicaraan pelan. Ia menatap horizon, sejenak menenangkan pikirannya sebelum berkata lantang:“Saudara-saudaraku, hari ini kita tidak lagi berbicara hanya tentang pertanian organik, tentang teknologi ramah lingkungan, atau tentang tata kelola adat. Hari ini kita berbicara tentang ekonomi berbasis rakyat, sebuah ekonomi di mana tanah adat, pengetahuan leluhur, dan keterampilan lokal menjadi batu fondasi, bukan sekadar komoditas yang ditukar di pasar.”Suara Lintang bergema di setiap sudut lapangan. Tepuk tangan meriah mengiringi setiap patah kata, seolah memberi dukungan penuh pada gagasan barunya: membangun jaringan waralaba rakyat yang menghubungkan usaha-usaha kecil masyarakat adat di seluruh dunia menjadi satu kesatuan ekonomi yang tangguh.Ia melanjutkan, “Bayangkan, kopi luwak but

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 151 – Politeknik Langit: Menenun Keterampilan, Membuka Pintu Dunia

    Seiring matahari pagi menyembul di ufuk timur Lambusango, udara basah menyambut jemari Lintang yang menorehkan sketsa besar di papan tulis bambu: “Politeknik Madrasah Langit”. Di hadapannya berkumpul perwakilan masyarakat adat dari berbagai penjuru—Sunda, Papua, Tolaki, Mandar, dan Buton—bersama mahasiswa muda dari kota-kota besar, guru Tai Chi, instruktur Balaba, serta para CEO teknologi Tiongkok yang sejak lama menjadi mitra.Sejak menancapkan akar baru, antusiasme kaum adat dan global belum surut. Kini, Madrasah Langit merintis politeknik—lembaga pendidikan terapan yang melangkah jauh melampaui model akademik konvensional. Lintang memaparkan gagasannya mengenai upayanya untuk mendekatkan masyarakat adat dengan universitas; ia malah menawarkan satu gagasan mengenai sebuah universitas. Ia ingin membangun peradaban. Ia memperkenalkan satu gagasan Politeknik Langit. Ia mulai menawarkan konsepnya dalam seminar internasional yang dihadiri berbagai pihak. Politeknik Langit diharapkan dapa

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 150 – Harmoni Gerak, Resonansi Langit

    Lintang terbangun sebelum fajar.Meski tubuhnya letih, hatinya terasa lega.Malam tadi, ia kembali menelusuri mimpi alam bawah sadarnya—bertemu Sang Ratu Wakaaka, membisikkan ajaran kebaikan abadi, saling memelihara, menyayangi, melindungi, dan menghormati sebagai akar peradaban. Seolah Sang Ratu menyadarkannya:“Lintang, kekuatan sejati bukanlah gesekan kekerasan,tapi harmoni gerak yang meredam amarah,dan menyatukan manusia dengan alam semesta.”Kata-kata itu kembali bergaung di kepala Lintang ketika ia bersiap memulai hari baru di Madrasah Langit.Di aula beratap anyaman daun nipah, puluhan relawan lokal merakit panel surya, drone pertanian, dan alat ukur kualitas tanah.Madrasah Langit kini berfungsi sebagai laboratorium hidup—mengawinkan kearifan lokal dan teknologi canggih.Anak-anak desa belajar menenun bambu sambil memahami prinsip elektronika dasar untuk sensor kelembapan.Guru Tai Chi mengajari gerakan lambat yang menstimulasi aliran energi, menenangkan pikiran, dan menyelara

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 149 — Dalam Sunyi, Bertemu Ratu Wakaaka

    Lintang duduk sendiri di tepi danau tua yang tersembunyi di pegunungan tinggi.Ia tidak lagi bicara, tidak lagi menulis, bahkan tidak membuka gawai.Hari-hari yang panjang, penuh ketegangan, ketakutan, dan perlawanan telah menyapih jiwanya dari dirinya sendiri.Ia merasa kosong.Jiwanya seperti tak memiliki tanah—tergantung di udara.Lintang letih.Letih bukan karena pekerjaan, tetapi karena sesuatu yang lebih dalam—karena keterputusan.Ia merasa jauh dari asal muasal dirinya.Malam itu, langit sangat hening.Bintang-bintang berkilau, namun tidak bersuara.Angin seolah memeluk dirinya, membisikkan kata-kata tak terdengar.Di tengah meditasi diamnya, Lintang mulai tertidur.Namun dalam tidurnya, ia tidak bermimpi seperti biasanya.Ia jatuh ke dalam lubang kesadarannya sendiri.Bukan gelap.Melainkan terang…Lembut…Hangat.Ia berdiri di sebuah hutan yang tidak pernah ia kenal, namun terasa begitu dekat.Hutan itu tidak berbicara dengan kata-kata, tetapi berbicara lewat rasa.Pepohonan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 148 — Perampasan dan Kebangkitan

    Angin pagi membawa aroma tanah basah ke ruang Madrasah Langit.Lintang duduk termenung di bawah pohon tua, menggenggam secangkir kopi pahit. Ia baru saja menerima laporan dari berbagai penjuru dunia.Perjuangan belum selesai.Malah, badai baru sedang bertiup.Oligarki tidak tinggal diam.Dengan kelicikan yang diwariskan dari generasi ke generasi, mereka kini menyusup lewat jalur yang paling berbahaya: hukum.Mereka membiayai oknum pengacara, politisi, dan aparat, menyusun skenario untuk "mengalihkan" hak tanah adat ke tangan-tangan korporasi.Caranya sederhana namun licik:Mereka menghasut sebagian kecil masyarakat untuk mengklaim tanah atas nama pribadi, dengan janji keuntungan besar.Setelah itu, mereka membeli klaim tersebut dalam diam, lalu mendaftarkannya dengan segala dokumen legal yang telah mereka manipulasi.Dengan stempel

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 147 — Kemenangan Tanah, Suara Langit

    Malam itu, langit di atas Wakatobi dipenuhi bintang. Laut tenang, dan angin membawa aroma garam yang lembut. Di sebuah ruang terbuka Madrasah Langit, di bawah pancaran lampu-lampu kecil bertenaga surya, Lintang duduk menghadap layar besar. Di sebuah kafe yang dikelola masyarakat adat, persis di Bukit Wungka Toliamba, ia duduk dengan beberapa anak muda, menikmati malam.Hari itu, ia tidak hanya merayakan kebebasan ibunya, Sinta.Ia merayakan kemenangan tanah.Kemenangan kehidupan.Kemenangan dari segala akar yang selama ini diam, tapi kini mulai bersuara.Lintang membuka pertemuan daring Madrasah Langit internasional. Wajah-wajah dari berbagai belahan bumi mulai bermunculan di layar:Seorang petani tua dari pinggir Sungai Nil tersenyum sambil mengangkat segenggam tanah berwarna merah. Seorang gadis muda dari pegunungan Ural, Rusia, mengibarkan kain bordiran nenek moyangnya, lambang perlindungan tanah. Seorang nelayan dari pantai Pasifik menunjukkan ikan-ikan yang ia tangkap dengan ban

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 146 – Membela Ibu, Menanam Langit

    Malam itu, Lintang duduk di bawah langit Lambusango yang kelam. Angin laut membawa aroma asin, bercampur bau tanah basah yang baru saja disiram hujan. Tapi pikirannya jauh, melayang ke sel tahanan kecil di kota: tempat di mana Sinta, perempuan yang ia panggil Ibu, sedang ditahan karena mempertahankan hak paling mendasar manusia: hak atas tanahnya sendiri.Lintang mengepalkan tangan. Ia tahu, ini bukan sekadar membela Sinta, ini membela kehormatan seluruh gerakan Madrasah Langit."Kalau aku tidak melindunginya," bisiknya, "maka aku telah mengkhianati semua yang kami perjuangkan."Pagi itu, di depan gedung pengadilan, ratusan orang berkumpul. Petani, nelayan, anak-anak muda, bahkan beberapa profesor idealis berdiri dalam barisan.Mereka membawa spanduk bertuliskan: "Bebaskan Sinta. Tanah untuk rakyat."Di belakang mereka, suara drum bambu dan teriakan semangat menggema.Lintang berdiri di mimbar kecil, wajahnya tegas:

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 145 – Tangan Besi dan Lidah Tanah

    Di balik udara hangat Lambusango, Lintang menyaksikan kabut pekat mulai menggantung. Bukan kabut embun, melainkan kabut politik, dikirim dari kantor-kantor gelap para oligarki yang tak senang gerakan Madrasah Langit terus berakar dan menjalar.Pagi itu, berita mengejutkan menghentak komunitas: Sinta, sahabat karib sekaligus ibu Lintang, ditahan. Tuduhan: provokasi, menghalang-halangi pembangunan nasional. Polisi bersenjata lengkap mendatangi rumahnya di pinggir hutan, menggiringnya seperti penjahat besar.Lintang berdiri membatu di depan Madrasah, napasnya berat. Sinta, yang selalu menanam pohon dengan anak-anak, yang mengajari tentang tanah sebagai ibu, kini diikat oleh tangan hukum yang dikendalikan uang. Dia merasa marah dan putus asa, namun juga penuh tekad untuk melawan ketidakadilan yang terjadi. Dengan langkah mantap, Lintang memutuskan untuk mencari bantuan dari teman-teman seperjuangannya di Madrasah Langit. Mereka berkomitmen untuk tidak tinggal diam melihat sahabat mereka di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status