"Jangan pernah merugikan Orang lain!" tegasnya lagi.
Bukannya menuruti permintaan ibunya, yang lebih condong ke menasihatinya. Audrey malah membangkang pada Natalie."Kata siapa Audrey merugikan Orang lain? Enggak kok!" ucapnya tegas. "Lagian Radisha memang pantas diperlakukan seperti itu, karena dia itu Orang yang sangat licik Ma!" lanjutnya lagi.Natalie menatap tidak percaya atas ucapan yang terlontar dari mulut putrinya ini. "Astaga Audrey, Orang sebaik dan sepolos Radisha masih kau bilang Orang licik? Hati-hati jika menilai Orang Nak ... jangan sampai kau malu dengan ucapanmu hari ini!""Ah sudahlah! Susah kalau ngomong sama Orang seperti Mama!" gerutu Audrey. "Aku mau kembali lagi ke ruang makan, malas meladeni Mama!" ketusnya meninggalkan Natalie.Natalie menggeleng kepalanya, dia tidak habis pikir dengan watak keras yang dimiliki putrinya.'Kapan kau bersikap biasa Audrey? Kau sama sekali tidak memahami Kakakmu!' batin Natali"Kamu masih tidak mengerti dengan maksud perkataanku barusan? Kau benar-benar menyebalkan! Iiiih!"Tifany mengepalkan tangannya, merasa gregetan pada Radisha. Saking kesalnya sampai-sampai ia meninggalkan Radisha yang masih berdiri mematung menatapnya dengan heran.'Nona Tifany kenapa berubah lagi? Kenapa sekarang menjadi lebih galak ya? Memangnya salahku apa?' Radisha membatin.Baru saja Tifany kembali ke meja makan, Keluarga Danu sudah terlihat bersalaman, dan sepertinya akan segera meninggalkan rumah keluarga Candler."Kalian mau ke mana? Bukankah acara makan-makannya belum selesai ya?"Danu menatap pada Tifany, kali ini ia yang menimpalinya. "Kata siapa belum selesai, lihat itu!" Danu menunjuk meja makan dengan jemari tangannya. "Makanan aku sudah habis kan? Berarti aku dan keluargaku sudah harus pulang dari sini!" ketus Danu dalam menimpali Tifany."Eh iya," Tifany tersenyum menatap pada Danu, yang saat ini wajahnya sudah me
"Menyingkirlah Natalie!""Tidak Pah, aku siap jadi tameng kebahagiaan untuk Putraku!" Natalie tetap bersikukuh menghalangi suaminya, dia tidak akan membiarkan Danu yang sedang kalut dimarahi oleh ayahnya."Natalie ... tolong mengerti!" seru Naratama dengan suara baritonnya, saling berhadapan dengan mata saling bertatapan."Bukan aku yang harus mengerti Mas, tapi kamu yang harus ngertiin Anak kamu!" bentak Natalie.Naratama mengangkat tangannya hendak menampar Natalie, dia sangat jengkel pada istrinya yang terus menghalangi jalannya."Kamu mau apa Mas? Mau tampar aku! Tampar saja Mas ... tampar, biar kau puas sekalian!" umpat Natalie menentang tuan Naratama suaminya sendiri"Berani sekali kamu menantangku? Kau pikir aku tidak akan berani untuk menyingkirkanmu ha!" sentak Naratama terhadap Natalie, menghempas tubuh istrinya hingga jatuh."ARGH!" pekik Natalie kaget, setelah terjatuh akibat ulah Nara, suaminya.
Audrey berjalan keluar meninggalkan kamar kedua Orangtuanya."Iya ... Audrey juga akan keluar dari kamar ini, Mama tenang saja!" Perlahan Audrey meninggalkan kamar Papa-Mamanya.'Semoga saja Papa mau mengikuti saranku, dan akan tetap menjodohkan Kak Danu dengan Kak Tifany!' batinnya merasa bahagia.Audrey tampak tersenyum bahagia, karena dia akan memiliki calon ipar seorang artis terkenal di kota Jakarta. "Semoga saja impianku segera tercapai, aku tidak akan membiarkan semuanya gagal. Pokoknya aku harus mulai mendekati Kak Tifany, agar dia tidak patah semangat mendekati Kak Danu!" gumam Audrey sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang dalam kamarnya."AKHHH!" Audrey terlihat kegirangan sendirian, dia tersenyum bahagia membayangkan jika dia telah menjadi ipar seorang aktris ternama di tanah air."Aku yakin, Kak Tifany akan mengajakku menjadi artis juga!"Audrey terlalu kepedean pada Tifany, ia sangat berharap besar menjadi artis. Padahal belum
"Simpan saja maafmu itu Radisha!" tukas Tifany."Saya sudah tidak bisa memaafkan Orang yang berani menusuk saya dari belakang, terlebih Orang sepertimu. Kita beda jauh kau di bumi sementara kastaku di langit, jadi saya tidak sudi menerima maafmu!" tegasnya lagi.Bagi Tifany memaafkan Radisha hanya akan membuang-buang waktu, karena itu tetap saja tidak akan mengubah Danu menjadi cintanya."Sudahlah kau kembali saja ke kamarmu!" usir Tifany pada Radisha. Namun, Radisha masih bertahan di sana, ia masih berharap di maafkan oleh Tifany. Meskipun itu tidak mungkin, tetapi Radisha masih berupaya agar di maafkan oleh Tifany."Jika Nona merasa saya telah merebut cintanya Tuan Danu, saya mohon Nona mau maafkan saya, karena saya sama sekali tidak berniat sedikitpun merebut Tuan Danu dari Nona Tifany!""Sudah saya katakan pergi! Saya tidak mau lagi mendengar omong kosong darimu! Ayo cepat pergi Radisha, pergi!" Suara bariton itu memaksanya keluar dar
Radisha masih diam, dan menundukkan kepalanya sedikitpun ia tidak berani menatap tuan Candler yang saat ini menatap padanya.Radisha tidak bisa menghindar dari tuan Candler, mau tidak mau dia harus menjawab pertanyaannya.Dengan bibir bergetar, dan tangan saling berpegangan, akhirnya Radisha memberanikan diri menjawab pertanyaan tuan Candler."Saya tidak tahu pasti jika Tuan Kamandanu memiliki perasaan pada saya Tuan, yang saya ketahui beliau hanya memiliki perasaan pada Nona Tifany, dan saya sama sekali tidak berhak memiliki perasaan apapun pada Tuan Kamandanu!" lirih Radisha menjawab pertanyaan tuan Candler dengan suara terbata-bata.Alexandre Candler sejak tadi terus menatap Radisha, dia masih berusaha mencari sebuah kebenaran dari gadis yang telah membuat hati putrinya hancur hingga berkeping-keping. Tuan Candler tidak begitu saja mempercayai perkataan Radisha ia masih terus menyelidikinya."Baiklah jika kau mengaku seperti itu, kau boleh
"Kenapa Pa?" tanya Audrey menatap papanya heran."Ini Orang yang nelepon kamu sangat aneh, dia hanya diam padahal Papa terus bertanya padanya!""Apa kata Audrey juga Pa? Itu pasti Orang hanya iseng saja!" ucap Audrey. "Sudahlah jangan diladeni, matikan saja teleponnya!" lanjut Audrey.Setelah mendengar saran dari putrinya, tuan Naratama pun menutup ponsel, dan menyerahkannya kembali pada putrinya."Ini Ponselmu, jika nomor itu menghubungimu lagi kau jangan menerimanya Putriku!" "Iya Pah ... Audrey enggak akan menerima panggilan dari nomor ini lagi!" balas Audrey sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan melanjutkan makannya.Sementara Danu, dan Natalie hanya diam tidak ikut berbicara di meja makan itu. Mereka berdua hanya menikmati makanannya tanpa mau ikut nimbrung dengan Audrey, dan tuan Naratama."Ma ... aku pamit ya?" "Ya sudah kamu hati-hati sayang!""Iya Ma, kamu jangan khawatirkan itu!"
'Jika aku tidak bisa mendapatkan Danu dengan cara yang wajar ... maka cara kotor pun akan aku lakukan, aku akan tetap melanjutkan Perjodohan ini Danu, kau tidak bisa menolaknya!' batin Tifany tersenyum menyeringai, memikirkan rencananya."Kamu kenapa Tifany, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Audrey melambaikan jemari tangannya di depan wajah Tifany."Em-iya ... kenapa Drey?" ujar Tifany tersadar dari lamunannya."Kamu kenapa diam, dan terlihat melamun seperti itu?" Audrey mengulang pertanyaan."Enggak, aku hanya sedih Drey ... kamu kan tahu Danu tidak memiliki perasaan apapun kepadaku, dia ternyata malah menyimpan perasaannya terhadap Radisha. Hal itulah yang membuatku sedih!" Melihat Tifany menangis seperti ini, Audrey merasa kasihan padanya ia berusaha menenangkan Tifany sebisa mungkin. "Kamu yang sabar ya ... suatu saat aku yakin Kak Danu akan mencintaimu, dan aku akan pastikan itu," Audrey mengusap wajah cantik Tifany, yang berhia
Setelah di puji oleh Audrey semakin saja Tifany bertambah semangat untuk menjadi istrinya Danu.Begitu pelayanan kembali, dan membawa bil makanan Tifany langsung membayarnya."Total makanannya 500 ribu rupiah Nona!" seorang pelayan memberikan kertas bon pada Tifany.Tifany pun segera merogoh koceknya, dan memberikan sejumlah uang. "Ambil saja kembaliannya!" ucap Tifany."Terima kasih Nona!" seorang pelayan itu tersenyum pada Tifany.Audrey benar-benar dibuat kagum oleh sosok Tifany yang begitu baik, dan mau berbagi pada orang yang jauh kelasnya dari mereka.'Tidak salah lagi Audrey keputusan kamu membantu Tifany untuk mendekati Kakakmu benar-benar tepat, selain cantik dia juga baik hati!' batin Audrey kagum pada sosok Tifany Candler."Sudahkan membayarnya?""Iya sudah Audrey!" jawaban."Ya sudah ayo kita berangkat ke kantorku!" ajaknya.Perlahan Audrey dengan Tifany berjalan menuju parkiran, di