Senin, 1 September 2021 pukul 06.30
Siwon telah berangkat kerja. Desparto masih mempersiapkan diri untuk mengikuti tes wawancara di CV Megah Food Jaya. Desparto hari senin itu menggunakan kemeja berwarna biru dongker dan warna senada untuk celana panjang yang di pakai nya. Tak lupa ia memakai ikat pinggang, parfum dan tas slempang.
Desparto menunggu ojek online datang di halaman rumah kontrakan Siwon. Tiga menit kemudian ojek online menjemputnya.
“Selamat pagi pak. Atas nama mas Desparto,” tanya mas ojek kepada Desparto.
“Iya mas. Mas dengan nama mas Wiwid?” Desparto bertanya juga untuk memastikan ia tidak salah ojek.
“Betul mas. Mari saya antarkan sampai ke tujuan,” ajak mas ojek.
“Oke,”
Selama di perjalanan mas ojek mengajak ngobrol Desparto.
“Mas, kerja di CV Megah Food Jaya sejak kapan?”
“Ah, saya belum kerja lagi mas. Ini saya mau menghadiri tes wawancara,” ucap Desparto menjelaskan.
“Owalah baru mau tes wawancara toh. Sukses untuk tes wawancara hari ini ya mas,” mas ojek meneruskan obrolan lagi.
“Aamiin mas. Makasih doa nya. Kalau mas sendiri sejak kapan berprofesi sebagai ojek online,”
“Saya berprofesi ojek online baru sebulan mas. Saya ambil job ojek online ini pekerjaan kedua saya. Saya itu bekerja jadi marketer hotel ‘Manis Laris’ kok mas.”
“Lah kalau kerja marketing hotel sejak kapan?
“Kalau kerja jadi marketing hotel sudah lama mas. Sudah lima tahun, sejak saya usia dua puluh tahun. Saya ambil job ini karena pengen nambah penghasilan. Saya masih ingin kuliah mas,”
“Wow masyaa Allah. Mas pekerja keras ya. Semangat dan jaga kesehatan mas.”
“Kalau mas tamatan sarjan apa?
“Oh saya tamatan magister mas. Pendidikan terakhir saya strata dua.”
“Strata dua dimana mas?”
“Saya alumni dari universitas yang ada di Korea Selatan jalur beasiswa.”
“Waaah mas keren pendidikan terakhirnya strata dua. Doain saya mas biar bisa kuliah seperti mas.”
“Siap mas, tapi maaf mau tanya mas sudah menikah?”
“Gak apa-apa tanya pertanyaan itu. Saya belum menikah kok mas. Tahun lalu calon saya mau saya ajak menikah tapi menolak. Calon saya tahun lalu lulus kuliah diploma tiga katanya belum siap menikah mau lanjut ke sarjana katanya. Jadi lamaran saya di tolak, eh tujuh bulan yang lalu malah minta putus. Ya udah saya single lagi deh,”
“Ehm kalau mau kuliah lebih baik tahun sekarang mas sebelum mas menikah. Kalau menurut pendapat saya nanti impian mas bisa tertunda lagi.”
“Oooh gitu ya mas. Nanti mas habis nganter mas saya mau ke daftar kuliah. Makasih untuk semangat nya mas,”
“Iya mas sama-sama.”
“Tu mas kantor udah kelihatan. Lima menit lagi sampe.”
“Waaa ternyata tidak begitu jauh. Cuman tiga puluh jarak waktu tempuh nya.”
Desparto sudah sampai di perusahaan yang akan mewawancarai nya. Ia membayar tunai untuk jasa ojek online yang ia gunakan.
“Sukses untuk wawancara nya mas. Semoga di terima. Saya pamit dulu,”
“Ya mas hati-hati nyetirnya yaaa.”
Desparto melangkah masuk ke dalam perusahaan. Ia bertanya letak ruangan untuk tes wawancara hari ini kepada reseptionis.
“Permisi. Selamat pagi, mau bertanya mbak. Ruangan A tiga belas untuk tes wawancara hari ini dimana ya mbak?”
“Mas mau wawancara hari ini ya. Isi lembar absensi di sini ya mas. Terus mas tunggu kandidat yang lain datang untuk masuk bersama-sama. Lalu nanti Pak Joko selaku interviewer akan menjemput semua kandidat.
“Oh begitu mbak alurnya. Baik terima kasih informasinya.” Desparto menulis data dirinya di lembar absensi tes wawancara. Kemudian mencari kursi kosong, menunggu jadwal tes.
Desparto mengecek jam yang ia di pakai di pergelangan tangan kanan nya. Kurang lima menit lagi di mulai nya tes wawancara. Seorang perwakilan dari tim rekruter datang dan berkata untuk mengikuti beliau masuk ke ruangan a tiga belas. Di ruangan itu hanya ada kursi yang di lengkapi meja untuk para kandidat. Desaparto memilih duduk di pojok dekat tembok dan di sebelah dirinya ada seorang gadis yang juga seorang kandidat.
“Selamat pagi mas. Mas di urutan berapa untuk masuk tes wawancara?”
“Saya urutan ke tujuh belas, kalo mbak nya?”
“Saya urutan lima puluh mas. Terakhir sendiri. Saya terlambat datang karena tadi anak saya sedikit rewel pas mau saya tinggal, hehhe.”
Desparto terheran-heran, gadis di sebelah dirinya terlihat lebih muda dari bahkan perbedaan usianya dengan gadis yang duduk di sebelahnya ada sekitar sepuluh tahun.
“Mohon maaf saya izin bertanya mbak. Tadi mbaknya bilang anak? Mbak menikah sangat muda ya mbak?”
“Iiiiyaaa mas. Saya menikah tahun lalu ketika usia saya tujuh belas tahun. Baru dua bulan ini saya melahirkan.”
“Loo kenapa mbak memilih menikah di usia yang sangat muda?”
“Ehmm.. saya menikah ketika saya duduk di bangku kelas tiga mas. Sebulan setelah ujian negara, saya hamil di luar nikah waktu itu, hhehehe.”
“Oooo, hehehe iya mbak.”
Perwakilan rekruter masuk ke dalam ruang a tiga belas.
“Selamat pagi para kandidat yang saya hormati. Perkenalkan nama saya Pak Joko. Saya ketua tim rekruter tahun ini. Jadi alur rekrut karyawan tahun ini di mulai dari tes wawancara dahulu. Yang lolos tes wawancara akan dites akademik sekaligus tes psikologi. Jika lulus tiga kali tes maka anda di terima di perusahaan kami,” kata Pak Joko memberikan intruksi.
“Selamat berjuang,” Pak Budi menambahkan.
Seluruh kandidat merasa cemas untuk tes wawancara termasuk Desparto.
Di apotek ‘Waras’…
“Pak antibotik amoksisilin ini diminum tiga kali sehari sampai habis. Lalu obat demam di minum tiga kali sehari jika demam ya pak. Jika demam sudah turun sebaiknya dihentikan saja. Vitamin be complex di minum satu kali sehari, jadi total obat yang bapak beli empat puluh lima ribu rupiah,” ucap Adzana kepada seorang bapak paruh baya yang menebus obat istri nya.
“Ya mbak. Saya paham, ini uangnya pas ya,” jawab konsumen memberitahu Adzana bahwa beliau paham instruksi pemakaian obat untuk istrinya dan memberikan uang pas kepada Adzana. Sang bapak pulang dengan mengendarai motor nya. Adzana memberikan uang tersebut kepada kasir untuk di rekap.
Jam dinding menunjukkan pukul satu siang. Waktunya istirahat jam makan siang. Adzana meminta seluruh staff dan anak magang untuk istirahat makan siang dan mengatakan bahwa ia dan Giandra yang akan menjaga ruang pelayanan apotek.
Seseorang memarkirkan mobil bmw berwarna hitam. Adzana penasaran dengan pengemudi mobil itu. Tidak lama pengemudi bmw hitam keluar dari mobil.
“Owalah mas Donny toh. Kirain konsumen,” celetuk Adzana.
Mas Donny masuk ke apotek menyapa Adzana dan Giandra.
“Hai Dian.. Hai Adzana. Kalian berdua aja, yang laen pada kemana?” tanya mas Donny penasaran.
“Staff yang lain dan adik-adik magang kami suruh istirahat jam makan siang. Oh ya mas Donny ada keperluan apa datang ke apotek ini?”
“Ada yang mau ku bicarakan dengan kalian berdua. Ayo ke ruangan mu aja Dian,” ajak mas Donny.
Mas Donny, Giandra, dan Adzana mengikuti mas Donny untuk ke lantai dua dan di ruangan Giandra. Giandra meminta salah satu untuk berjaga di ruang pelayanan. Ruangan Giandra dan Adzana ketika mereka masuk tidak ada pegawai disana, karena staff administrasi jadwalnya libur.
Mas Donny duduk di kursi Giandra. Giandra dan Adzana mengambil kursi lain lalu mendekat ke meja yang di gunakan mas Donny. Mas Donny memulai percakapan.
“Aku datang kesini mau memberi kabar. Aku berhasil mengurus perizinan pembukaan apotek kita di area Kabupaten Arang Raya. Perizinan nama apotek sama dengan apotek ini tapi pihak sana meminta kalo apa dan aping bukan kalian lagi. Maksudnya beda orang gitu, kira-kira kalian berdua ada teman sejawat yang masih butuh pekerjaan gak. Aku gak bisa percaya sama orang baru untuk memberikan tanggung jawab paoteker.” Mas Donny menjelaskan maksud dan tujuan datang ke apotek ‘Waras’.
“Ehmm.. kira-kira siapa ya Di. Orang yang tepat untuk cabang apotek ‘Waras’ nya mas Donny yang di kabupaten?” ucap Adzana sambil berfikir. Giandra mendengar kan ucapan Adzana lalu muncul ide untuk merekrut Siwon.
“Sahabat kita berdua sih ada mas yang berprofesi apoteker. Tapi kita gak tau dia mau berhenti dari kerjaan nya kapan. Dia gak pernah cerita,”
“Emang siapa sahabat kalian berdua itu?” Mas Donny bertanya.
“Siwon kak,” jawab Giandra.
“Lah, Siwon kan masih kerja di perusahaan yang obat-obatnya kita beli. Emang dia mau berhenti kenapa?” Mas Donny bertanya.
“Prestasi Siwon beberapa bulan ini menurun terus. Kata doi kalo bulan depan masih sama, diminta perusahaan untuk mengundurkan diri,” Giandra menjelaskan permasalah pekerjaan yang di hadapi Siwon.
“Selain Siwon ?”
“Ada sih kak, sahabat ku dan Dian yang belum bekerja. Tapi dia belum pernah ambil profesi,” Adzana menerangkan kondisi Desparto.
“Siapa itu?”
“Desparto mas namanya,”Adzana menerangkan.
“Waduh sulit juga ya kalo kondisinya begini. Teman kuliah kalian saja gimana, coba di hubungin kali aja ada yang butuh pekerjaan,”
“Kalau teman sejawat kita berdua, gak bisa janji ya mas. Karena kabar terakhir di grup kelas dan angkatan semua sudah bekerja,”Adzana menjelaskan.
“Yaaa sudah kalo begitu. Aku mau kembali bekerja. Makasih ya Adzana dan makasih Dian bersedia berdiskusi dengan ku hari ini,” kata mas Donny berpamitan. Mas Donny berada di depan pintu kaca ruangan Giandra dan Adzana tiba-tiba teringat sesuatu.
“Adik-adik magang gak ada masalah kan ya?”
“Gak ada kok mas. Semua aman terkendali,” balas Giandra menjawab keraguan mas Donny.
“Okey, makasih sudah bekerja keras untuk apotek ‘Waras’. Oiya Dian, kamu juga perlu ngecek apotek mu sendiri. Kamu boleh ngajuin libur kalo mau. Sudah enam bulan kamu belum kesana kan?”
“Heheheh,, iya mas Donny. Terlalu asyik bekerja di apotek milik mas Donny jadi gak pernah nengokin apotek milik sendiri,” ucap Giandra merasa malu.
“Yaudah.. aku pamit ya,” mas Donny berpamitan.
Mas Donny keluar ruangan, menuruni anak tangga lalu berpamitan juga dengan staff yang lainnya dan adik-adik magang. Berjalan menuju mobil bmw warna hitam, menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan lambat. Sedangkan Giandra dan Adzana masih berdiskusi untuk mencarikan pegawai baru untuk cabang apotek ‘Waras’.
Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Saatnya Desparto pulang, ia memesan ojek online lagi. Tidak menunggu lama, ojek online yang ia pesan pun menjemputnya. Kali ini sopir ojek tidak mengajaknya ngobrol. Desparto mengambil handphone nya dan mengirimkan pesan singkat kepada Siwon.
(“Won, aku hari ini gak masak gimana kalo makan malam beli aja di café. Kita makan bareng di sana.”) dua menit kemudian, Siwon membalas pesan Desparto.
(“Hmmm.. kalo gitu ajak Giandra dan Adzana juga.”)
(“Oke.”) tiga puluh menit kemudian, Desparto sampai di rumah kontrakan Siwon. Ia membayar tunai tagihan ojek yang ia pesan. Setelah menerima uang dari Desparto, pak ojek meninggalkannya.
Desparto melangkah menuju pintu masuk rumah kontrakan Desparto. Menekan tombol sandi pintu, sandi pintu terkonfirmasi dan pintu di buka oleh Desparto. Desparto menyalakan semua lampu ruangan yang ada di dalam rumah kecuali kamar Siwon. Ia masuk ke kamar untuk mengambil pakaian lalu bersiap pergi mandi. Selesai mandi tak lupa melaksanakan ibadah solat ashar.
Setelah selesai ibadah solat ashar, Desparto mencari tas slempang yang ia bawa tes wawancara tadi pagi, mengambil handphone lalu mengechasnya. Sembari menunggu Siwon datang, Desparto keluar kamar menuju ke ruang tivi.
Ia mencari channel animasi Jepang. Chibi Maruko Chan, animasi Jepang yang baru tayang di channel tivi yang di inginkan. Dilihatnya animasi itu hingga episode hari itu selesai. Desparto teringat pesan Siwon untuk menghubungi Adzana dan Giandra. Mengajak mereka makan malam bersama. Ia kembali masuk ke kamar nya dan mengambil handphone nya lalu mengirim pesan singkat kepada Adzana dan Giandra.
(“Adzana, nanti malam makan malam bersama. Kita berangkat bareng dari rumah Siwon aku tunggu ya. Jangan lupa ajak Dian sekalian.”)
Handphone Adzana berbunyi tanda menerima pesan singkat. Adzana mengecek handphonenya dan ternyata pesan singkat yang masuk dari Desparto. Dibacanya pesan singkat dari Desparto lalu Adzana membalas nya.
(“Oke.”)
Setelah membalas pesan singkat dari Desparto, Adzana memberitahukan Giandra bahwa Desparto mengajak makan malam bersama tapi berkumpul dulu di rumah kontrakan Siwon. Dan Giandra menyetujuinya. Giandra dan Adzana kembali bekerja sampai jam pulang tiba. Apotek pun ramai pengunjung untuk membeli di jam pulang kerja.
*** *** ***
Pukul tujuh malam, Siwon sudah berada di rumah kontrakan nya. Ia bersiap mandi, ibadah solat isya lalu menemui Desparto yang ada di dalam kamar nya.
“Des, kamu sudah menghubungi Dian dan Adzana belum kalo kita mau ajak mereka berdua makan malam bareng.”
“Sudah Siwon, aku minta mereka untuk datang ke rumah kontrakan mu dulu biar bisa berangkat bersama.”
“Oke.”
Tak lama Siwon menanyakan Giandra dan Adzana sampai di depan rumah kontrakan Siwon. Terdengar suara kendaraan roda dua milik Giandra. Siwon dan Desaparto bersiap-siap mengambil tas mereka dan keluar rumah menemui Giandra dan Adzana sebelum mereka masuk ke rumah.
“Ayo kita langsung berangkat saja,” ajak Siwon kepada Giandra dan Adzana.
Giandra dan Adzana hanya mengangguk saja. Siwon mengendarai motor nya sendiri membonceng Adzana sedangkan Siwon mengendarai kendaraan Giandra dan membonceng Adzana. Mereka menuju café kesukaan Adzana.
Sesampainya di parkiran Adzana berubah pikiran, ia ingin makan malam dengan mie ayam yang berlokasi di jalan Fatmawati. Giandra, Siwon, Desparto pun tidak menolak permintaan Adzana.
Mereka berempat mengendarai kendaran kembali berpindah lokasi menuju jalan Fatmawati. Ke penjual mie ayam langganan mereka.
“Alhamdulillah sampai juga kita ke lokasi untuk makan malam. Udah laper banget akutu,” Siwon berseru kepada sahabat-sahabat nya.
“Ayok masuk gaes,” ajak Adzana.
Di depan pintu di sambut waiter dan menawari pesanan untuk berapa orang. Siwon menjawab untuk empat orang kemudian diantarlah Siwon, Giandra, Adzana, dan Desparto ke meja kosong di bawah kipas angin.
“Warung mie ayam langanan kita sejak kita kelas sebelas bukan sih?” Desparto bertanya dan meminta ketiga sahabat nya untuk membantu mengingat.
“Iya Des, dulu kan warung mie ayam ini masih dalam bentuk warung kaki lima,” Siwon membenarkan ingatan Desparto.
“Wow sekarang sudah besar warung itu. Masyaa Allah,” sahut Desparto kagum.
“Ayo teman buruan pesan makanan sudah di tunggu masnya tuh,” Giandra mengkode ke tiga sahabatnya untuk mempercepat pesanan.
“Aku mau mie ayam jamur kuah satu mas sama es lemon tea,” Adzana mendahului memesan makanan
“Kalo aku mau mie ayam biasa kuah satu sama es jeruk,” Siwon mengikuti.
“Mie ayam jamur goreng satu minum es teh tawar,” giliran Giandra memesan makanan.
“Aku mau mie ayam pangsit kuah dua porsi. Pangsit nya yang goreng mas sama es kopi putih,” Desparto menutup pesanan makan malam mereka.
Sepuluh menit kemudian pesanan mereka datang. Mereka berempat menyantap mie ayam langganan mereka dengan lahap serta memakannya tanpa sisa.
Setelah menghabiskan makanan yang mereka pesan dan makanan dibayar oleh Desparto. Giandra, Siwon, Adzana, Giandra, dan Departo menuju parkiran. Siwon dan Desparto mengantarkan pulang Giandra dan Adzana sampai di kos barulah setelah itu Siwon dan Desparto kembali ke rumah kontrakan Siwon.
Keesokan harinya…
Siwon telah berada di kantor nya, menempati kursi kerjanya seperti biasa begitupula dengan Giandra dan Adzana sudah berada di apotek untuk bekerja. Keadaan mereka bertiga baik-baik saja namun tidak untuk Desparto. Pagi itu Desparto menerima telfon dari encingnya yang tinggal di Kota Jaga Arta Selatan, ketika Desparto sedang menyelesaikan alat makan dan alat masak. Lalu Desparto menghentikan pekerjaannya dan menjawab telfon masuk.
“Halo, Assalamu’alaikum. Ini encing Des. Encing nelpon mau kasih kabar kalo enyak lu masuk rumah sakit. Tadi pagi abis subuh enyak lu kepleset di kamar mandi dan pingsan,” kata encing Desparto yang bernama Melati.
“Encing, enyak jatuh di kamar mandi dan pingsan. Astagfirullah..”
“Sekarang emang nye ade dimane sih?
“Aye ade di rumah kontrakan Siwon, encing.”
“Balik ke rumah yee. Jengukin enyak lu lagi sakit. Encing tunggu.”
“Ya encing, hari ini juga Desaprto balik ke Kota Jaga Arta naik pesawat biar cepet. Des siap-siap dulu encing.”
“Ye, dah ye.”
Percakapan pun di akhiri oleh encingnya Desparto. Desparto menyelesaikan pekerjaan nya lalu pergi mandi. Selanjutnya Desparto mengambil handphonenya dan memesan tiket pesawat tujuan Jaga Arta Selatan lalu membereskan pakaian yang akan di bawa nya ke pulang kampung. Setelah itu Desparto memesan ojek online untuk di antar ke bandara.
Sesampainya di bandara ia masih menunggu jadwal terbang pesawat yang akan ia naiki. Sembari menunggu ia menghubungi adiknya yang masih duduk di sekolah menengah akhir.
“Adek.. assalamu’alaikum. Kondisi emak gimana dek?”
“Emak belum sadar bang. Seluruh keluarga bergantian menjenguk kondisi emak. Abang balik ke rumah pan ye?”
“Iye abang balik. Ini masih nunggu jadwal terbang abang. Abang nanti di jemput di bandara ye?”
“Ye bang. Sejam lagi aye ke bandara jemput abang Des?”
Terdengar suara panggilan pesawat tujuan ke Jaga Arta akan segera lepas landas dan meminta para penumpang untuk segera masuk ke dalam pesawat. Desparto mengakhiri komunikasi via telfon dengan adiknya dan segera mengikuti antrian cek tiket pesawat menuju ke Jaga Arta.
Di dalam pesawat, Desparto berdoa untuk kesadaran emak kesayangannya. Desparto nampak sedih, ia menyesal mengapa sewaktu kembali ke Indonesia tidak menemui emaknya dahulu. Tapi waktu tidak bisa di ulang kembali.
Satu setengah jam kemudian..
Adik Desparto sudah menunggu di pintu kedatangan domestik sendirian. Menanti kedatangan abangnya dari Kota Arang Raya.
Beberapa menit kemudian abang kesayangannya datang juga. Ia menyambut kedatangan abang nya dengan genbira.
“Abang,” Kata adik Desparto sembari melambaikan tangan kanannya.
“Adek,”
“Makasih dek sudah mau jemput abang. Motor mu kau parkir dimana ?”
“Tas abang mau adek bawain?”
“Gak osah, abang bawa sendiri aja. Ini berat.”
Desparto dan adiknya berjalan menuju ke parkiran motor, sesampainya di parkiran motor. Desparto meminta kunci motor kepada adik nya dan ia yang mengendari motornya.
“Dek, emak di rawat di rumah sakit mana?”
“Nanti adek tunjukkan arahnya sekarang jalan dulu bang.”
Desparto menyalakan motornya kemudian melaju menuju ke rumah sakit ibunya di rawat dengan arahan adiknya. Jalan raya hari itu lancar. Sehingga Desparto bisa lebih cepat sampai di rumah sakit.
Setelah sampai di rumah sakit, Desparto jalan cepat agar cepat sampai ke ruang icu. Ruangan ibunya di rawat, sejak pagi ibunya belum sadar kan diri. Desparto pun meminta izin masuk kepada perawat jaga untuk bertemu ibunya dan diperbolehkan perawat jaga untuk masuk ruang icu. Hanya boleh satu orang penjenguk saja yang di perbolehkan masuk.
“Adek, abang nitip atas pakaian abang ya. Abang mau bertemu ibu dulu.”
“Iya bang.”
“Makasih adek.”
Desparto menggunakan pakaian khusus pengunjung ruang icu. Ia berjalan perlahan-lahan memasuki ruang ibunya. Desparto mendekati ibunya dan membisikkan sesuatu di telinga beliau.
“Assalamu’alaikum emak, Desparto disini. Emak kangen ya sama Desparto. Sama mak. Desparto juga kangen mak. Cepet bangun ya mak,” kata Desparto memohon kepada ibunya sambil memegang tangan emaknya yang kulitnya terlihat mulai muncul keriput.
Setengah jam Desparto berapa di ruang icu menemani ibunya. Lalu ada perawat jaga masuk ruangan untuk memberikan obat melalui infus dan meminta Desparto keluar ruangan agar ibunya bisa beristirahat.
Desparto menyetujui permintaan perawat jaga. Ia keluar ruangan, melepas pakaian khusus pengunjung ruang icu dan mengembalikan ke tempat semula. Karena sibuk merawat ibunya yang sedang sakit, Desparto tidak menyadari bahwa baterai handphone habis.
Siwon sedang sibuk dengan handphonenya menghubungi Desparto yang sejak ia pulang kerja tidak ada di rumah kontrakannya. Sudah tiga puluh kali panggilan ke handphone Desparto namun masih gagal juga. Lalu Siwon menghubungi Adzana untuk bertanya apakah dirinya mengetahui keberadaan Desparto sekarang.“Hallo Adzana, kamu seharian ini kontak-kontakan sama Desparto gak?” Siwon bertanya kepada Adzana dan khawatir.“Ya Won, pelan-pelan bicaranya. Desparto hari ini gak hubungin aku nih. Emangnya kenapa?”“Sejak aku pulang kerja Desparto gak ada di rumah. Ku pikir seperti biasa dia tidur siang sampe malam, pas ku cek ke kamar nya ternyata gak ada di kamarnya. Ku cek semua kamar juga gak ada. Handphonenya juga susah di hubungin.”“Duh dimana ya dia, aku juga gak tau. Sebentar-sebentar aku tanya adik Desparto dulu ya, kali aja dia tau.”“Oh tanya adiknya Desparto? Kamu tau nomer nya Na?&
“Dian, bagaimana jika kita besok ke rumah mas Doni untuk minta izin cuti kerja?” tanya Adzana kepada Giandra yang sedang memotong daun bawang di dapur. “Izin cuti kerja emang mo ngajak aku liburan kemana sih Na?” jawab Giandra telah menyelesaikan memotong daun bawang dan beralih memotong wortel. “Jenguk ibunda Des donk Dian. Besok kan kita berdua libur tuh, kita ke rumah mas Doni untuk izin cuti kerja tiga hari aja gitu Di. Gimana?” Adzana meminta persetujuan untuk idenya. Adzana menyelesaikan memotong wortel dan menghentikan sejenak aktifitasnya lalu ia berfikir sejenak “Setuju donk Di. Ya..ya..ya..” Giandra tidak mengeluarkan suara untuk menyetujui usulan Adzana, Giandra hanya menganggukan kepala tanda menyetujui usulan Adzana. “Yeeee.. makasih sahabatku yang manis.” Adzana bahagia mendengar usulannya disetujui oleh Giandra, sontak Adzana reflek memeluk Giandra dengan erat. “Aduh Na. Aku gak bisa nafas nih. Ini lo, aku dibantuin masa
Di kantor detektif pusat Kota Arang Raya pukul delapan pagi… Detektif Endwika memegang handphonenya lalu menekan nama Doni di penyimpanan kontak yang ada di handphonenya ia akan menelfon Doni. “Iya Dwik, kamu nelfon aku ada apa?” kata Doni terdengar suara mesin molen sedang beroperasi mengaduk semen. “Gini Don, hari ini kita bisa bertemu? Ada yang ingin aku diskusikan bersamamu?” tanya Endwika untuk memastikan jadwal kosong Doni pada hari ini. “Aku lihat di buku jadwalku hari ini ya. Nanti ku kabari via pesan singkat. Dwik maaf aku tutup dulu telfonnya ini aku lagi kerja. Maaf ya.” “Iya Don. Maaf ya kalo ganggu kamu kerja. Aku tunggu kabar darimu.” “Oke. Makasih.” Doni mengakhiri percakapan di telfon. Doni melanjutkan pekerjaannya. Lalu ia teringat Giandra. Doni kembali mengecek handphonenya kembali dan mengirimkan pesan singkat kepada Giandra. (“Di, kapan balik dari Jaga Arta Raya?”) Pesan singkat yang
Giandra…Nama gadis cantik yang berprofesi sebagai apoteker ini menjalani aktifitas sehari- hari dengan melayani pasien yang membutuhkan konsultasi mengenai obat dan cara pengobatannya. Ia tidak pernah membeda-bedakan pasien dari latar belakang ekonomi pasien, ia layani dengan tulus dan ikhlas. Giandra bekerja sebagai apoteker di jalan alamanda kota Arang Raya. Di apotek “Waras” ini, Giandra memiliki dua sahabat sejak dibangku Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi yang selalu membantunya. Dua sahabat nya bernama Siwon dan Adzana. Siwon seorang pria blasteran Indonesia, Korea Selatan, dan, Amerika ini selalu setia menemani suka dan duka kehidupan Giandra. Dan sahabat perempuan yang bernama Adzana juga selalu disisi Giandra. Mereka bersahabat tanpa mempermasalahkan perbedaan agama. Siwon yang beragama Islam, Giandra yang beragama Katolik serta Adzana yang beragama Budha selalu kompak saling mendukung.Giandra yang akrab disapa Dian ini adalah anak semata w
“Baru kali ini, kita dapat kasus yang sangat sulit terpecahkan ya teman-teman,” kata Geger kepada teman setimnya. “Iya ya betul juga. Biasanya sebulan juga udah kelar. Ini sampe dua bulan.” Hadi menimpali. “Santai donk kawan-kawan. Kita nikmati saja memecahkan misteri untuk kasus kali ini. Aku pernah kok dapat kasus yang empat bulan baru selesai.” Soraya menyambung obrolan Geger dan Hadi. “Kasus apa itu mba?” tanya Hadi penasaran. “Kasus korupsi,” jawab Soraya sambil tertawa. “Oooo itu mba,” balas Geger yang juga ikutan tertawa. Endwika yang sedang memeriksa dokumen kasus, bangkit dari bangkunya serta memasukan dokumen-dokumen tersebut ke dalam tasnya. Lalu ia menghampiri rekan kerjanya. “Iya betul itu apa yang dikatakan mba Soraya. Untuk kasus Mellasti pasti ada pejabat negeri ini yang terlibat.” Endwika berusaha menenangkan pikiran rekan setimnya. “ooo iya saya mau keluar dulu. Sudah ada janji dengan sahabat. Kalian kalo peke
“Assalamu’alaikum,” kata Desparto kepada ibunya yang berada di kamar rawat inap rumah sakit. Adzana, Siwon, dan Giandra bersalaman dengan bibinya Desparto. Setelah itu mereka duduk di sofa merah panjang “Walaikumsalam.” Ibu Aminah dan adiknya menjawab salam dari Desparto. “Loh, encing sudah di sini saja,” kata Desparto bergurau. “Iya donk. Eh adikmu mana, kenapa gak ikut sekalian.” “Lela masuk sekolah donk cing.” “Des, tunggu emak dulu ya. Encing mau ke kamar mandi.” “Iya cing.” Desparto mengiyakan permintaan bibinya. “Emak, kondisi emak hari ini bagaimana? Kata dokter rencana pulang kapan?” Desparto bertanya kepada ibunya. “Besok emak boleh pulang. Oh ya papah kamu tadi nitip pesan ke encing kamu kalo hari ini gak bisa ke rumah sakit, katanya ada pesanan jengkol dan bebek di kota Berdikari.” “Berapa lama mak?” “Besok papah usahain bisa jemput emak di rumah sakit.” “Iya mak.” “Eh, Desparto dan te
“Aku izin ke kamar mandi ya,” kata Lucky. Lucky pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah itu ia mengambil handphone yang ada di saku celananya lalu ia membuka aplikasi pesan antar makanan online. Ia memesan tiga bungkus sandwich dengan berbagai rasa dan isian.Lucky memesan cemilan karena ia tidak melihat cemilan disajikan oleh pemilik apartemen. Setelah memesan cemilan via online ia kembali ke ruang tamu. Handphone miliknya sudah ia masukkan kembali ke saku celananya.“Jadi begitu kronologi misi yang akan kita pecahkan bersama.” Doni menutup percakapan.“Kita mulai darimana untuk menjalankan misi kali ini mas Doni?” kata Hermawan.“Sebelum aku menjelaskan detailnya, apakah ada yang mempunyai ide untuk langkah pertama kita,” jawab Doni. Semua orang di sana saling berpandangan, diam membeku dan tidak ada yang memiliki ide untuk disampaikan.“Okeh untuk mempercepat pertemuan kita hari in
Suara alarm yang dipasang oleh Adzana di handphone-nya berbunyi. Adzana terbangun dari tidurnya, lalu ia melihat jam di handphone miliknya. Jam menunjukkan pukul enam pagi.Adzana mengolet untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku, lalu ia melihat tante Amninah sedang menyantap sarapan.“Tan, sudah sarapan. Kenapa tidak bangunkan Adzana, kan bisa Adzana bantu suapin,” tanya Adzana.“Kamu tidur sangat nyenyak Na. Tante gak tega bangunin kamu.” Ibu Aminah menjelaskan kenapa dirinya tidak membangunkan Adzana.“Habis ini minum obat ya tan,” pinta Adzana.“Iya Na.”Perawat Maharani datang membawakan obat yang diminum pagi hari, obat itu diterima oleh Adzana.Ibu Aminah telah menyelesaikan sarapannya, lalu meminta Adzana untuk dibantu minum obat dan mandi. Ibu Amninah berkata jika badannya terasa gerah dan ingin mandi. Adzana pun membantu ibu Amninah berjalan ke kamar mandi dan mendorong gant