Siwon sedang sibuk dengan handphonenya menghubungi Desparto yang sejak ia pulang kerja tidak ada di rumah kontrakannya. Sudah tiga puluh kali panggilan ke handphone Desparto namun masih gagal juga. Lalu Siwon menghubungi Adzana untuk bertanya apakah dirinya mengetahui keberadaan Desparto sekarang.
“Hallo Adzana, kamu seharian ini kontak-kontakan sama Desparto gak?” Siwon bertanya kepada Adzana dan khawatir.
“Ya Won, pelan-pelan bicaranya. Desparto hari ini gak hubungin aku nih. Emangnya kenapa?”
“Sejak aku pulang kerja Desparto gak ada di rumah. Ku pikir seperti biasa dia tidur siang sampe malam, pas ku cek ke kamar nya ternyata gak ada di kamarnya. Ku cek semua kamar juga gak ada. Handphonenya juga susah di hubungin.”
“Duh dimana ya dia, aku juga gak tau. Sebentar-sebentar aku tanya adik Desparto dulu ya, kali aja dia tau.”
“Oh tanya adiknya Desparto? Kamu tau nomer nya Na?”
“Iya tau donk. Bentar ya aku hubungin adiknya Desparto. Sabar ya Siwon.” Adzana mengakhiri percakapan mereka. Giandra yang sedang membuat kopi di dapur mendengar percakapan Adzana dan Siwon di telfon sedang mengkhawatir kan keberadaan Desparto.
“Siwon kenapa Na?”
“Itu … Siwon tanya aku dihubungi Desparto gak hari ini. Aku jawab enggak.”
“Desparto pergi kemana ya kira-kira tumbenan gak ngabarin Siwon.”
“Sama akupun tak tau. Bentar ya Dian, aku nelfon adik Desparto dulu.
“Okeh.”
Adzana mencari nomer handphone adik Desparto lalu menekan tombol call di handphonenya. Terhubunglah panggilan itu ke handphone adik Desparto.
“ Iya hallo. Assalamu’alaikum kak Adzana. Ada apa kak?”
“Oh ya dek. Gini dek aku nelfon mau tanya Desparto. Kamu tau Desparto ada dimana gak dek. Aku nanya ke kamu kali aja dia ngabarin kamu.
“Oh bang Des. Iya kak adek tau.”
“Ah tau, dimana?”
“Bang Des ada di rumah sekarang kak. Emak sakit. Baru tadi pagi kok bang Des balik ke rumah.”
“Emak sakit apa?”
“Emak tadi subuh kepleset di kamar mandi terus pingsan. Di bawa ke rumah sakit masuk ai si yu.”
“Sekarang keadaan emak gimana?”
“Emak masih belum sadar kak. Doain ya kak, emak hari ini juga sadar.”
“Pasti dek. Aku doakan emak cepet sembuh. Makasih info nya ya dek. Udahan dulu ya dek.”
“Ya kak.”
Adzana mengakhiri percakapan telfon dengan adik Desparto lalu menghubungi Siwon. Siwon langsung menjawab.
“Hallo Won, aku mo ngabarin kalo Desparto di pulang kampung. Ibunya sakit.”
“Alhamdulillah Desparto ketemu. Astagfirullah ibu Desparto sakit apa Na?”
“Subuh tadi ibunya Des pingsan karena kepleset di kamar mandi.”
“Makasih informasi nya ya Na.”
Siwon mengakhiri telfon dengan Adzana. Siwon merasa lega karena keadaan Desparto baik-baik saja namun ia ikut bersedih ibu sahabatnya sakit.
Adik Desparto yang bernama Lela Jaenab Febriyarto yang di panggil Lela setelah di hubungi sahabat abangnya kedatangan tamu yaitu teman sekolahnya untuk menjenguk ibunya yang sakit. Karena tidak boleh di jenguk secara beramai-ramai, teman-teman Lela bergantian masuk ke ruang icu ibunya di rawat.
Desparto datang menghampiri adiknya dan meminta izin mau pulang ke rumah membersihkan diri setelah itu dirinya akan kembali ke rumah sakit menggantikan adiknya untuk menjaga ibu mereka.
Sesampainya di rumah dan berada di kamar nya, Desparto mengambil handphone dan mengisis daya baterai handphonenya yang habis. Sembari menunggu baterai penuh, Desparto pergi mandi untuk membersihkan kotoran dan keringat di tubuhnya lalu pergi solat isya dan makan malam selanjutnya ia kembali ke rumah sakit dengan membawa pakaian ganti, alat mandi, alquran, cemilan, handphone, dan charger handphone miliknya.
Butuh dua belas menit untuk sampai ke rumah sakit. Desparto meminta adiknya untuk pulang ke rumah dan dirinya yang akan menjaga ibu serta memberi kabar perkembangan ibu mereka.
“Iya bang, adek pulang ke rumah. Kabarin Lela perkembangan emak ya bang.”
“Pasti dek. Hati-hati di jalan.”
“Assalamu’alaikum bang.”
“Wa’alaikum salam dek.”
Lela pergi meninggalkan abangnya. Desparto memilih masuk ke ruang icu. Ia duduk di samping ibunya dan membaca kan surat yasin untuk kesembuhan ibunya.
Setelah menyelesaikan membaca surat yasin, Desparto keluar kamar ibunya lalu mengambil tasnya dan mencari handphonenya.
Desparto menyalakan power handphonenya terdengar suara tanda ada pesan masuk. Pesan masuk itu memberitahukan bahwa ia menerima panggilan tidak terjawab sebanyak tiga puluh panggilan dari Siwon, tiga pesan singkat dari Adzana, Giandra, dan encing nya. Desparto membalas pesan singkat dari Adzana, Giandra dan encingnya yang bertanya kabar ibunya hingga malam ini lalu Desparto menghubungi Siwon via telfon.
“Assalamu’alaikum Siwon.”
“Wa’alaikum salam, huh.. Alhamdulillah akhirnya handphone mu nyala Des.”
“Iya ada apa Siwon?”
“Elu balik kampong kenapa gak ngabarin gue sih Des?”
“Eh iya Siwon. Monmaap, tadi pagi gue panik gak sempet ngecek handphone buat ngabarin Adzana, Giandra, dan elu. Sesampainya di sini baterai handphone gue habis baru saja ini gue pegang handphone lagi. Maafin ya Siwon.”
“Ooh gitu kronologinya. Sekarang keadaan ibu gimana Des?”
“Ibu masih belum sadar Des. Bantuin doa ya, ibu cepet sadar.”
“Iya Des, pasti. Oh ya lu udah makan malam?
“Belum sempet juga.”
“Makan siang dulu gih, ibu kan masih ada suster yang jagain.”
“Ehmm.. oke deh Won.”
“Nanti aku ambil cuti biar bisa jenguk ibu.”
“Kalo itu mengganggu kerjaan lo mending gak usah.”
“Gak apa-apa santai aja Des. Eh udah dulu ya, gue udah ngantuk nih.”
“Oke Siwon.”
Percakapan Siwon dengan Desparto di telefon berakhir, Desparto berjalan keluar rumah sakit untuk mencari makan malam. Ia mendekati penjual nasi goreng lalu ia memesan nasi goreng babat ayam pedas kesukaannya. Setelah menghabiskan nasi gorengnya, Desparto kembali ke ruang tunggu icu. Ia memainkan game yang ada di handphone miliknya. Lalu ia tertidur.
Terlihat suasana sepi di ruang tunggu untuk penjaga pasien di rumah sakit. Hanya ada tiga orang di ruang tunggu tersebut termasuk Desparto. Seorang suster wanita melewati ruang tunggu masuk ke ruang icu. Malam dini hari itu menunjukkan pukul dua pagi. Seorang perawat wanita mengecek kondisi ibu Desparto. Saat sedang mengganti infus, ibu Desparto menggerakan tangannya.
Suster yang berada disamping ibu Desparto menunggunya untuk membuka mata. Setelah bangun tidur yang panjang, suster mengecek kondisi ibu Desparto lagi kemudian keluar ruangan icu dan menghubungi dokter jaga malam itu. Dokter jaga memeriksa kondisi ibu Desparto yang telah sadar.
“Assalamu’alaikum bu Aminah Aryasena. Alhamdulillah ibu sudah sadar,” sapa dokter jaga. Ibu Aminah hanya menganggukan kepala.
“Dok, pasien sudah sadar, kapan kita pindahan ke ruang rawat?” Suster bertanya kepada dokter jaga.
“Kita tunggu tiga jam apakah kondisi pasien stabil. Jika stabil nanti jam enam kita pindahan ke ruang rawat biasa. Lagipula pendaftaran kamar rawat biasa tidak bisa dilakukan sekarang juga,” dokter jaga menjawab pertanyaan perawat.
“Baik dok.”
“Oke, saya kembali ke ruangan ya sus. Beritahu keluarga pasien jika Bu Aminah telah sadar.”
Setelah mengecek semua yang diperlukan untuk dokumentasi rekam medis pasien, suster keluar ruangan Bu Aminah. Lalu menuju ke ruang tunggu dan memberitahukan kepada keluarga pasien. Suster wanita tersebut membangunkan Desparto. Kemudian Desparto terbangun dari tidur nyenyaknya.
“Maaf mas, apakah anda keluarga pasien atas nama Bu Aminah?”
“Iiiiya mbak. Ada apa ya mbak?”
“Begini mas. Saya mau memberitahukan bahwa pasien Bu Aminah sudah sadar dari koma.”
Desparto terkejut.
“Apa mbak, ibu saya sudah bangun?”
“Benar mas. Tapi mohon maaf mas belum bisa masuk ruangan beliau karena bukan jam besuk pasien.
“Baik mbak. Terima kasih kabar baiknya.”
“Oya mas. Nanti saat jam pelayanan mulai beroperasi, mas mengurus rawat inap pasien di loket pendaftaran pasien untuk dicarikan kamar yang kosong.”
“Baik mbak.”
“Saya permisi kembali ke ruang perawat.”
“Oke mbak.”
Suster Dede meninggalkan Desparto untuk kembali ke ruang perawat. Desparto mencari handphone miliknya lalu ia melihat jam yang ada di layar handphone miliknya dan jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Desparto membuka aplikasi Hello kemudian mengirimkan pesan singkat kepada adiknya untuk memberitahukan bahwa kondisi ibu mereka telah sadar dari koma dan meminta adiknya untuk membawa berkas dokumen persyaratan mendaftar pasien rawat inap di kamar rawat inap biasa.
Pesan singkat tersebut telah terkirim namun masih menunggu dibalas oleh adiknya. Desparto berfikir adiknya masih tidur. Desparto mengambil tas dan memasukkan handphone ke dalam tasnya. Berjalan keluar ruangan menuju ruangan icu ibunya di rawat.
Desparto mengintip dari luar ruangan ternyata ibunya sedang tidur. Lalu Desparto berjalan menuju musholla rumah sakit untuk melaksanakan ibadah solat tahajjud.
Beberapa menit kemudian..
Desparto telah selesai ibadah solat tahajjud, Desparto berjalan keluar rumah sakit untuk mencari minuman hangat sembari menunggu waktu ibadah solat subuh.
*** *** **
“Na, hari ini hari terakhir jadwal adik-adik magang di apotek kita kan?” tanya Giandra sambil membalikkan dokumen kepada Adzana yang sedang memegang handphonenya.
“Eh.. iya Dian. Hari ini, jadwal terkahir mereka magang di sini,” jawab Adzana sambil tersenyum.
“Kira-kira hadiah apa ya sebagai kenang-kenangan untuk mereka?”
“Kita kasih aja gantungan kunci atau mug gitu. Kita pesan ada di ‘Nia Mug and Give’. Sehari bisa jadi tuh.”
“Oh iya bener juga kamu. Pesan di ‘Nia Mug and give’ aja ya. Bentar aku pesanin dulu ya.”
Giandra menekan tombol huruf di layar handphone dan mencari penjual online ‘Nia Mug and Give’ di sosial media ‘WeCamera’. Adzana keluar ruangan mengecek situasi yang ada di ruang pelayanan apotek. Lalu ia menerima pesan singkat dari Siwon.
(“Adzana.. aku ada rencana mau jenguk ibu Des. Kamu dan Dian mau gabung juga gak? Kalo iya aku pesanin tiket pesawat sekarang.”)
(“Ehm.. nanti aja ya Siwon, aku sama Dian belum izin sama mas Donny nih buat ambil cuti biar bisa jenguk ibunya Des.”)
(“Ooh.. ya udah kalo gitu aku sendirian aja ya Na.”)
(“Oke Siwon. Hari-hati di jalan yaa.”)
Percakapan via pesan singkat diakhiri oleh Adzana. Adzana kembali memeriksa kondisi apotek. Kemudian pembeli datang untuk menebus resep obat dari dokter gigi. Adzana menerima resep obat tersebut lalu melayani pembeli tersebut.
Siwon sudah berada di dalam pesawat kelas ekonomi. Siwon duduk di bangku nomer E tiga belas. Ada seorang nenek duduk disebelahnya. Nenek tersebut terlihat seorang diri berada di dalam pesawat.
“Nak, pesawat ini tujuannya ke Kota Jaga Arta Selatan kan?” tanya nenek kepada Siwon yang duduk disebelahnya.
“Iya nek benar. Maaf nek, nenek mau ke Kota Jaga Arta dengan siapa? Apakah ada sanak saudara atau cucu yang menemani?” tanya Siwon penasaran.
“Tidak ada nak, nenek sendirian di pesawat ini. Nenek mau menemui menantu nenek yang jatuh sakit dan dirawat di icu. Tadi siang nenek dapat kabar dari cucu nenek jika menantu nenek sudah sadar dari koma,” kata nenek menjelaskan dengan lengkap.
“Baik nek.”
Selama dalam perjalanan, nenek dan Siwon tertidur di dalam pesawat. Selama satu setengah jam perjalanan dari Kota Arang Raya menuju Kota Jaga Arta Selatan. Siwon berjalan menuju pangkalan taksi namun nenek mengikuti Siwon dari belakang dan ingin Siwon mengantarkan nenek ke rumah sakit menantunya di rawat.
Di rumah sakit ibunda Desparto dirawat…
“Kak, Lela ke parkiran mobil dulu ya. Katanya nenek perjalanan ke sini,” kata Lela meminta izin kepada kakaknya.
“Iya dek. Pelan-pelan aja jalannya,” pesan Desparto.
“Oke kak.” Lela menyetujui saran dari Desparto.
Siwon terkejut saat taksi yang ia dan nenek tumpangi memasuki halaman parkir rumah sakit tempat ibunda Desaprto dirawat. Kemudian ia melihat adik Desparto sedang berdiri menunggu seseorang.
Taksi telah berhenti di parkiran saatnya Siwon dan nenek turun dari taksi. Siwon membayar tagihan taksi tersebut lalu membantu nenek mencarikan keluarganya di rumah sakit tersebut. Sang nenek melihat cucunya berdiri di pilar rumah sakit.
“Lelaaaa.. Cucu nenek,” panggil nenek kepada Lela. Lela menoleh ke arah sumber suara dan melihat neneknya sudah sampai. Lela terkejut melihat Siwon yang berada di belakang nenek.
“Nenek,” jawab Lela. “Loh bang Siwon disini juga? Kok bisa bareng nenek sih?”
Selain Lela, nenek pun terkejut bahwa kawan dari pesawat ternyata kawan dari cucu-cucunya.
“Nak, kamu kawannya cucu-cucuku ya?” ujar nenek.
“Iya nek. Saya kawannya Des.”
“Ayo bang Siwon, nenek kita masuk ke kamar emak. Emak udah dipindahkan ke kamar rawat inap biasa sejak tadi pagi. Emak pasti senang kalo nenek jenguk emak.” Lela mengajak nenek dan Siwon masuk ke rumah sakit untuk diajak masuk ke kamar emaknya.
Di kamar bunga kembang sepatu dua nomer satu ruang inap kelas dua adalah ruangan ibu Desparto dan Lela dipindahkan dari ruang icu ke kamar rawat inap biasa. Ibu Aminah masih tertidur disana. Desparto tidak terlihat di ruangan itu.
Nenek duduk di kursi yang ada di samping pasien. Nenek memegang tangan menantunya itu. Sedangkan Lela izin keluar kamar kepada nenek untuk mencari Desparto, lalu Siwon ikut izin keluar untuk mengikuti Lela.
“Anak gadisku yang paling cantik. Lekas sembuh ya nak. Aku pengen jalan-jalan di kota ini bersamamu,” ucap nenek kepada menantunya yang terbaring sakit dan menggenggam tangan menantunya. Genggaman tangan nenek membuat menantunya terbangun dari tidurnya.
“Mamah,” balas Aminah yang reflek ingin bangun tidur dan memeluk ibu mertuanya.
“Iya sayang. Lebih baik tidur saja, nanti pusing kalau duduk.” Nenek Tiara memegang kedua pundak Aminah untuk mencegah aminah duduk dan memeluk dirinya.
Nenek Tiara Ramadani ialah nenek Desparto dan Lela yang juga merupakan ibu mertua dari emak Desparto dan Lela. Nenek Tiara berasal dari Kota Arang Raya. Nenek yang melahirkan ayah mereka empat puluh lima tahun yang lalu.
Ayah Desparto dan Lela adalah seorang juragan jengkol dan juragan peternak ayam. Ayah-ibu Desparto-Lela bertemu ketika duduk di bangku perkuliahan fakultas peternakan di perguruan tinggi swasta di Kota Arang Raya.
Mereka terlibat cinta lokasi saat melaksanakan magang untuk mata kuliah magang di pertenakan sapi yang ada di Lembang, Bandung. Karena intensitas komunikasi yang sering dan memiliki kecocokan mengenai masa depan akhirnya ayah-ibu Desparto-Lela menikah dan memilih menetap di Kota Jaga Arta Selatan.
Nenek Desparto-Lela menolak diajak tinggal bersama di Kota Jaga Arta Selatan dan memilih tinggal di Kota Arang Raya.
Handphone nenek bordering, panggilan masuk dari putra sulungnya. Nenek segera menjawab panggilan masuk dari putra kesayangannya.
“Assalamu’alaikum buk. Kabaripun ibu pripun? Saniki ibu teng pundi”
“Walaikum salam nak, ibuk ono neng omah sakit bojomu dirawat.”
“Ibu sampun teng rumah sakit? Nggih bu, Lilik teng mriko saniki nggih”
“Yo nak, alon-alon wae nyetirmu.” Ibu kandung dari ayah Desparto memberikan pesan kepada anak kesayangannya.
Tidak lama setelah ayah Des menelpon ibunya. Desparto, Lela, dan Siwon masuk bersama-sama ke ruang rawat ibunya. Mereka bergurau saat mendekati Kasur ibunya namun tetangga sebelah Kasur ibunya menegur untuk tidak mengganggu beliau. Desparto, Siwon, dan Lela meminta maaf. Lalu mereka duduk di kursi panjang berwatna merah.
Satu jam kemudian ayah Desparto dan Lela masuk juga ke kamar rawat bu Aminah….
“Assalamu’alaikum.” Ayah Desparto mengucapkan salam kepada orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Lalu berjalan mendekati Desparto, Siwon, dan Lela yang duduk di kursi panjang berwarna merah.
“Walaikum salam.” Semua orang yang ada di kamar rawat tersebut menjawab salam ayah Desparto.
“Lo, Siwon disini juga, dengan siapa kamu kesini Won?” Pak Lilik bertanya kepada Siwon.
“Sendirian om. Tadi pagi Siwon ajak Adzana dan Giandra menolak karena belum izin sama pemilik apoteknya.” Siwon menjelaskan kronologi yang sebenarnya.
“Owalah gitu to Won. Baik. Oh ya ini papah bawa oleh-oleh dari Bandung. Kalian makan bersama ya.” Pak Lilik memberitahukan ada makanan khas sunda yang dibawanya dari Bandung setelah mengantarkan pesanan jengkol ke restoran. Serta menyerahkan makanan tersebut kepada Lela.
“Asyik, papah bawa oleh-oleh. Ini apa pah?” tanya Lela penasaran.
“Peuyem da noncom goreng tepung sayang. Dihabiskan ya, papah mau lihat kondisi emakmu dulu.” Pak Lilik pamit kepada mereka bertiga lalu mendekati istrinya.
“Aminah pripun bu? Sampun sadar?”
“Jare Lela wes sadar nang, tapi pas ibuk tekan bojomu isih turu nang.”
“Nggih suwun bu.”
“Dian, bagaimana jika kita besok ke rumah mas Doni untuk minta izin cuti kerja?” tanya Adzana kepada Giandra yang sedang memotong daun bawang di dapur. “Izin cuti kerja emang mo ngajak aku liburan kemana sih Na?” jawab Giandra telah menyelesaikan memotong daun bawang dan beralih memotong wortel. “Jenguk ibunda Des donk Dian. Besok kan kita berdua libur tuh, kita ke rumah mas Doni untuk izin cuti kerja tiga hari aja gitu Di. Gimana?” Adzana meminta persetujuan untuk idenya. Adzana menyelesaikan memotong wortel dan menghentikan sejenak aktifitasnya lalu ia berfikir sejenak “Setuju donk Di. Ya..ya..ya..” Giandra tidak mengeluarkan suara untuk menyetujui usulan Adzana, Giandra hanya menganggukan kepala tanda menyetujui usulan Adzana. “Yeeee.. makasih sahabatku yang manis.” Adzana bahagia mendengar usulannya disetujui oleh Giandra, sontak Adzana reflek memeluk Giandra dengan erat. “Aduh Na. Aku gak bisa nafas nih. Ini lo, aku dibantuin masa
Di kantor detektif pusat Kota Arang Raya pukul delapan pagi… Detektif Endwika memegang handphonenya lalu menekan nama Doni di penyimpanan kontak yang ada di handphonenya ia akan menelfon Doni. “Iya Dwik, kamu nelfon aku ada apa?” kata Doni terdengar suara mesin molen sedang beroperasi mengaduk semen. “Gini Don, hari ini kita bisa bertemu? Ada yang ingin aku diskusikan bersamamu?” tanya Endwika untuk memastikan jadwal kosong Doni pada hari ini. “Aku lihat di buku jadwalku hari ini ya. Nanti ku kabari via pesan singkat. Dwik maaf aku tutup dulu telfonnya ini aku lagi kerja. Maaf ya.” “Iya Don. Maaf ya kalo ganggu kamu kerja. Aku tunggu kabar darimu.” “Oke. Makasih.” Doni mengakhiri percakapan di telfon. Doni melanjutkan pekerjaannya. Lalu ia teringat Giandra. Doni kembali mengecek handphonenya kembali dan mengirimkan pesan singkat kepada Giandra. (“Di, kapan balik dari Jaga Arta Raya?”) Pesan singkat yang
Giandra…Nama gadis cantik yang berprofesi sebagai apoteker ini menjalani aktifitas sehari- hari dengan melayani pasien yang membutuhkan konsultasi mengenai obat dan cara pengobatannya. Ia tidak pernah membeda-bedakan pasien dari latar belakang ekonomi pasien, ia layani dengan tulus dan ikhlas. Giandra bekerja sebagai apoteker di jalan alamanda kota Arang Raya. Di apotek “Waras” ini, Giandra memiliki dua sahabat sejak dibangku Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi yang selalu membantunya. Dua sahabat nya bernama Siwon dan Adzana. Siwon seorang pria blasteran Indonesia, Korea Selatan, dan, Amerika ini selalu setia menemani suka dan duka kehidupan Giandra. Dan sahabat perempuan yang bernama Adzana juga selalu disisi Giandra. Mereka bersahabat tanpa mempermasalahkan perbedaan agama. Siwon yang beragama Islam, Giandra yang beragama Katolik serta Adzana yang beragama Budha selalu kompak saling mendukung.Giandra yang akrab disapa Dian ini adalah anak semata w
“Baru kali ini, kita dapat kasus yang sangat sulit terpecahkan ya teman-teman,” kata Geger kepada teman setimnya. “Iya ya betul juga. Biasanya sebulan juga udah kelar. Ini sampe dua bulan.” Hadi menimpali. “Santai donk kawan-kawan. Kita nikmati saja memecahkan misteri untuk kasus kali ini. Aku pernah kok dapat kasus yang empat bulan baru selesai.” Soraya menyambung obrolan Geger dan Hadi. “Kasus apa itu mba?” tanya Hadi penasaran. “Kasus korupsi,” jawab Soraya sambil tertawa. “Oooo itu mba,” balas Geger yang juga ikutan tertawa. Endwika yang sedang memeriksa dokumen kasus, bangkit dari bangkunya serta memasukan dokumen-dokumen tersebut ke dalam tasnya. Lalu ia menghampiri rekan kerjanya. “Iya betul itu apa yang dikatakan mba Soraya. Untuk kasus Mellasti pasti ada pejabat negeri ini yang terlibat.” Endwika berusaha menenangkan pikiran rekan setimnya. “ooo iya saya mau keluar dulu. Sudah ada janji dengan sahabat. Kalian kalo peke
“Assalamu’alaikum,” kata Desparto kepada ibunya yang berada di kamar rawat inap rumah sakit. Adzana, Siwon, dan Giandra bersalaman dengan bibinya Desparto. Setelah itu mereka duduk di sofa merah panjang “Walaikumsalam.” Ibu Aminah dan adiknya menjawab salam dari Desparto. “Loh, encing sudah di sini saja,” kata Desparto bergurau. “Iya donk. Eh adikmu mana, kenapa gak ikut sekalian.” “Lela masuk sekolah donk cing.” “Des, tunggu emak dulu ya. Encing mau ke kamar mandi.” “Iya cing.” Desparto mengiyakan permintaan bibinya. “Emak, kondisi emak hari ini bagaimana? Kata dokter rencana pulang kapan?” Desparto bertanya kepada ibunya. “Besok emak boleh pulang. Oh ya papah kamu tadi nitip pesan ke encing kamu kalo hari ini gak bisa ke rumah sakit, katanya ada pesanan jengkol dan bebek di kota Berdikari.” “Berapa lama mak?” “Besok papah usahain bisa jemput emak di rumah sakit.” “Iya mak.” “Eh, Desparto dan te
“Aku izin ke kamar mandi ya,” kata Lucky. Lucky pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah itu ia mengambil handphone yang ada di saku celananya lalu ia membuka aplikasi pesan antar makanan online. Ia memesan tiga bungkus sandwich dengan berbagai rasa dan isian.Lucky memesan cemilan karena ia tidak melihat cemilan disajikan oleh pemilik apartemen. Setelah memesan cemilan via online ia kembali ke ruang tamu. Handphone miliknya sudah ia masukkan kembali ke saku celananya.“Jadi begitu kronologi misi yang akan kita pecahkan bersama.” Doni menutup percakapan.“Kita mulai darimana untuk menjalankan misi kali ini mas Doni?” kata Hermawan.“Sebelum aku menjelaskan detailnya, apakah ada yang mempunyai ide untuk langkah pertama kita,” jawab Doni. Semua orang di sana saling berpandangan, diam membeku dan tidak ada yang memiliki ide untuk disampaikan.“Okeh untuk mempercepat pertemuan kita hari in
Suara alarm yang dipasang oleh Adzana di handphone-nya berbunyi. Adzana terbangun dari tidurnya, lalu ia melihat jam di handphone miliknya. Jam menunjukkan pukul enam pagi.Adzana mengolet untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku, lalu ia melihat tante Amninah sedang menyantap sarapan.“Tan, sudah sarapan. Kenapa tidak bangunkan Adzana, kan bisa Adzana bantu suapin,” tanya Adzana.“Kamu tidur sangat nyenyak Na. Tante gak tega bangunin kamu.” Ibu Aminah menjelaskan kenapa dirinya tidak membangunkan Adzana.“Habis ini minum obat ya tan,” pinta Adzana.“Iya Na.”Perawat Maharani datang membawakan obat yang diminum pagi hari, obat itu diterima oleh Adzana.Ibu Aminah telah menyelesaikan sarapannya, lalu meminta Adzana untuk dibantu minum obat dan mandi. Ibu Amninah berkata jika badannya terasa gerah dan ingin mandi. Adzana pun membantu ibu Amninah berjalan ke kamar mandi dan mendorong gant
“Selamat pagi ibu Aminah,” sapa dokter Agus kepada pasiennya.“Selamat pagi dok,” balas Adzana dan ibu Aminah.“Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apakah tekanan darah ibu stabil? Kepala ibu apakah masih pusing-pusing?” tanya dokter Agus.“Tekanan darah ibu belum stabil dok. Masih naik dan turun. Lalu kalo pusingnya, kepala ibu sudah tidak pusing lagi,” ujar Adzana menjelaskan kondisi ibu Aminah."Saya bisa pulang kapan dok," tanya ibu Aminah.“ Ibu Aminah saya perbolehkan pulang jika tekanan darah ibu Aminah sudah normal.” Dokter Agus memberitahukan berita bahagia untuk ibu Aminah.“Beneran dok? Ibu boleh pulang?” tanya Adzana bahagia.“Iya boleh mbak,” balas dokter Agus. “Oh ya, mbak ini anak ibu Aminah yang ke berapa?” tanya dokter Agus.“Bukan anak kandung saya dok. Mbak Adzana ini sahabatnya anak saya.” Ibu Amninah meng