Share

bab 5.

Selesai membersihkan diri, Nami pergi ke dapur membuatkan kopi untuk Jhon yang kini tengah mandi di dalam kamar mandi kos Nami.

Selesai membuat Kopi dan teh untuk dirinya, Nami mengeluarkan camilan dan roti yang ia beli setelah pulang dari rumah sakit beberapa hari yang lalu. Dalam satu nampan, Nami berjalan ke ruang depan kamar kosnya.

Tepat setelah Nami menyusun minuman dan makanan di atas meja, Jhon keluar dari kamar mandi sambil menarik-narik baju yang ia kenakan.

"Ini... Nggak ada baju yang lebih gede lagi apa?" protes Jhon.

Selama ini, Jhon lebih suka memakai baju over size dari pada baju yang pres body seperti yang Jhon pakai saat ini. Nami yang melihat bentuk tubuh Jhon cukup terkagum karena pahatan di tubuh Jhon cukup sempurna untuk ukuran preman pasar yang tidak ada kerjanya selain membuat onar dan tidur.

"Pakai aja si! itu udah baju yang paling besar punya aku." ucap Nami, senyum tipisnya nampak tersungging mengagumi tubuh Jhon. "Dah, duduk sini! kita omongin selanjutnya urusan kita," imbuh Nami.

"Urusan kita? urusan Lu! kenapa gua jadi kebawa-bawa?" protes Jhon.

JHon duduk di lantai, karena memang di ruang itu hanya terdapat meja untuk makanan dan minuman dengan besar yang relatif sedang dengan kaki pendek. Pas untuk mode lesehan di dalam ruangan. Nami tidak begitu menyukai banyak barang di dalam kamar kosnya, ia pun lebih menyukai duduk lesehan di lantai dari pada duduk di kursi.

"Iya deh urusan aku." Nami mengalah.

"Kita beneran pacaran ya?" tembak Nami.

"Wah gila! agresif apa ngebet? enggak kalau pacaran beneran, aku nggak minat!" ucap Jhon.

Tangannya mengambil cangkir berisi kopi yang dibuat oleh Nami lalu menyeruputnya, matanya sedikit melebar karena rasa kopi yang Nami buat sesuai dengan seleranya, satu banding satu dengan takaran kopi sedikit lebih banyak. "Pinter juga lu bikin kopi," puji Jhon.

"Ck... Kamu tuh. labil banget si! sebentar ngomong pake lo gua, sebentar pake aku kamu! yang berprinsip dong!" protes Nami, ia merasa aneh dengan cara

bicara Jhon. Membuat Nami bingung ingin mengimbanginya.

"Aku memang begini, jadi terserah kamu, kamu mau pakai bahasa apa. Senyamannya aja," seloroh Jhon cuek.

"tapi denger ya! kita cuma pacaran bohongan! selesai masalahmu, kita langsung putus." Jhon memperingati Nami.

"Yah. Kalau untuk masalah sebenarnya cuma om gendut tadi yang lebih merepotkan. Selebihnya aku bisa atasi sendiri," jawab Nami lirih. Namun wajah sedihnya dapat Jhon tangkap cukup baik.

"Yakin?" tanya Jhon meyakinkan.

Nami hanya menganggukkan kepalanya perlahan lalu menyeruput gelas berisi teh hangat yang ia buat tadi.

"Gimana kalau kamu berhenti kerja di klub itu? bukannya bos mu sendiri yang jual kamu ke om om jelek tadi? itu artinya, bos mu udah nggak mau kamu ada di klub itu kan?" usul Jhon.

Nami menggelengkan kepalanya, "nggak! aku yakin bukan bos ku yang jual aku," Nami bersi keras.

Ia tahu, bagaimana bos nya amat perhatian dan menyayangi dirinya seperti adiknya sendiri. Bos nya tidak pernah melakukan hal yang membuat Nami sakit hati atau pun kecewa, makanya, ketika pria bernama Jaya mengatakan bahwa bosnya lah yang menjual dirinya kepada pria jelek itu, Nami sama sekali tidak percaya.

Tiba-tiba Nami menggenggam tangan Jhon yang masih memegang cangkir berisi kopi yang masih panas, membuat isi di dalam cangkir tersebut tumpah di tangan keduanya. Jhon yang kaget dengan sikap Nami memekik karena kopi di cangkirnya tumpah mengenai tangannya.

"Aduh! yang bener dong pakai otakmu!" pekik Jhon.

Nami yang juga merasakan panas di tangannya segera ,mengambil serbet yang masih ada di pangkuannya dan mengelap tempat yang terkena air kopi. "Maaf! maaf... Aku reflek tadi. Kalau ada ide tiba-tiba suka gitu. Hehehe..." ucap Nami sambil nyengir.

"Masih bisa ketawa lu!" ucap Jhon sambil geleng-geleng kepala.

Setelah selesai membersihkan semuanya, Nami kembali menatap Jhon dengan tajam, "Kita pacaran sampai pelaku yang jual aku ke om jelek tadi ketangkap. Aku yakin dia nggak bakal diem kalau tau aku nggak berhasil dibawa pergi sama om-om jelek itu," ucap Nami.

"Hahaha... Yang kaya gitu mah sehari selesai gua tanganin! jadi nggak perlu lah pake pacaran segala. tinggal gua obrak abrik itu klub busuk, gua suruh ngaku, selesai!" ucap Jhon congkak.

Kesal mendengar ucapan Jhon, Nami menggeplak kepala Jhon hingga berbunyi nyaring. "Kalau ngomong asal njeplak si. Yang ada kamu yang dilaporin ke polisi karena buat onar!" Nami memberitahu.

Jhon mengusap kepalanya yang terasa sakit karena pukulan Nami cukup keras ia rasa. Walau begitu, Jhon merasa ucapan Nami ada benarnya sehingga ia pun kembali berpikir tentang apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

"Terus... Tugas ku jadi pacarmu itu apa?" tanya Jhon, tangannya mencomot roti yang ada di piring lalu mengunyahnya.

"Yaa... Selayaknya pacar pada umumnya, antar jemput aku kerja, nungguin aku selesai kerja. Tapi kalau di luar lingkungan kerjaan bebas deh kamu mau ngapain aja." jelas Nami.

"Anter jemput doang mah kecil!" Jhon menjentikkan jarinya di depan muka Nami.

Nami menepis tangan Jhon yang penuh dengan remah-remah roti kering. "Jauh-jauh ih! Mau meper ya?" Sergah Nami.

"Nggak gitu doang! Kamu juga wajib memata-matai siapapun yang mencurigakan. Yang berpotensi kalau orang itulah biang dari kesialan aku beberapa Minggu ini. Aku yakin, orang yang jual aku dan yang meracuni aku itu adalah orang yang sama!" imbuh Nami menggebu.

"Ya udah. Ayo sekarang aja kita grebek tu klub Zoi!" Jhon berdiri dengan menggebu, ia sudah lama tidak membuat keributan dan bertengkar dengan seseorang selain tadi dengan om om gendut yang tidak ada perlawanan sama sekali.

Jhon sudah gatal ingin mengasah kemampuan bela diri yang ia miliki, lebih tepatnya... Ia ingin menghajar seseorang. Melampiaskan rasa kesal di hatinya.

"Heh! Nggak sekarang! Aku kerja nanti malam! Jadi nanti malam kamu antar aku kerja! Ini masih pagi, mending kita ke salon deh. Potong rambutmu, benerin penampilanmu! Kalau kamu menarik, para cewek di klub bakal banyak yang nempel sama kamu, dari sana kamu bisa ngorek berbagai informasi yang dia tahu. Siapa tahu kan... Salah satu diantaranya adalah pelaku yang nggak sengaja keceplosan?" ucap Nami santai.

Tatapan Nami tak lepas dari penampilan Jhon saat ini. Rambut gondrong tak teratur. Baju ketat yang walau dirasa aneh, tetapi bagi Nami itu sangat cocok untuk Jhon. Dengan baju itu, Jhon terlihat lebih macho dari sebelumnya.

"Yuk Lah, kita ke salon dulu! Baru cari baju yang cocok untuk style mu ke klub malam. Yang pasti, kamu harus keliatan kayak mafia keren yang sulit buat dirayu!" Jelas Nami.

Nami menarik tangan Jhon. Membuat Jhon terpaksa mengikuti langkah Nami. Keduanya keluar kos dan berjalan kaki bersama menuju tempat salon yang tempatnya tidak jauh dari tempat kos Nami.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status