Share

bab 6. Pertanyaan Jebakan dari Nastiti

"Maaf, Bu. Tadi saya cuma kaget mendengar ucapan Ibu tentang Pak Arif."

Aku menatap tajam ke arah Sumi yang sedang berdiri di antara pecahan botol kaca.

"Apa kamu tahu sesuatu tentang selingkuhan suami saya?

Mata Sumi membulat. "Apa maksudnya, Bu? Tidak mungkin pak Arif selingkuh. Sepertinya bapak sangat mencintai Bu Nas."

Aku menghela nafas panjang. "Aku punya buktinya, Sum."

"Ap-pa? Bukti Bu? Bukti apa? Siapa selingkuhan pak Arif, Bu? Dan apa yang akan ibu lakukan pada pak Arif dan selingkuhannya?"

Aku pura-pura bingung. "Mbak, awalnya aku hanya ingin curhat alias sharing tentang suami saya pada Mbak Sumi. Tapi sepertinya mbak Sumi justru lebih tertarik dengan berita ini daripada saya," pancingku.

"Jangan-jangan, kamu tahu sesuatu tentang selingkuhan Bapak? Mungkin ada yang mencurigakan saat saya sedang dinas dan bapak sendiri di rumah. Mungkin bapak juga tidak pulang ke rumah saat saya sedang dinas di klinik?" cecarku.

"Saya tidak tahu menahu, Bu. Tapi kalau ibu mengatakan bahwa bapak selingkuh, seharusnya ibu punya buktinya atau ada tanda-tanda yang mencurigakan dari bapak kan? Kenapa malah tanya pada saya?"

"Ini cuma antara kamu dan aku ya, Mbak Sum. Saya nemu lipstik warna ungu di tas suami saya. Dan itu jelas bukan punya saya."

Dengan sengaja aku memprovokasi Sumi dengan penemuan lipstik warna ungu, dia pasti kaget karena dia tidak pernah memakai lipstik warna ungu.

Sumi mendelik. "Apa? Tidak mungkin kalau pak Arif selingkuh. Tapi kalau sampai selingkuh, awas saja."

Wajah Sumi memerah. Kelihatan sekali dia lebih cemburu dariku. Hadeh.

"Lalu mana lipstik itu, Bu? Apa sudah ibu tanyakan ke bapak tentang asal lipstik itu? Kalo ketemu siapa pemilik lipstik ungu itu, diuleg aja, Bu!" seru Sumi penuh semangat.

"Aku simpan lipstik itu. Dan aku tidak akan menanyakan pada suami saya tentang lipstik iti secara langsung. Emangnya ada maling ngaku? Kalau maling ngaku kan penjara penuh, Mbak."

"Iya sih, Bu. Tapi boleh saya lihat lipstik nya, Bu?"

"Kenapa emangnya? Apa kamu bisa tahu pemilik lipstik jika aku memperlihatkannya padamu?"

"Eng-gak juga sih, Bu. Kok saya jadi kepo ya. Maaf Bu." Sumi menggaruk kepalanya yang kurasa tidak gatal.

"Ya sudah. Kamu jangan bilang Bapak kalau saya menemukan lipstik itu ya."

"Ya Bu. Tentu saja. Apa yang akan ibu lakukan jika menemukan selingkuhan Bapak?"

"Gampang kok. Mungkin kuajak ngopi."

"Ngopi?"

"Ya. Ngopi sianida!"

Wajah Sumi berubah pucat. "Astaga! Ibu jangan terlalu kejam dong!"

"Tadi kamu suruh nguleg, sekarang kok ngatain kejam, mbak?"

Mbak Sumi terlihat salah tingkah.

"Ma!"

Tiba-tiba Ana masuk ke kamar dengan membawa buku gambar dan krayon.

"Eh, Sayang!! Tunggu di sana dan jangan melangkah kemana-mana dulu! Ada pecahan botol kaca nih."

"Oke, Ma." Ana berdiri di belakang pintu kamar dengan patuh.

"Mbak, tolong bersihkan pecahan botol kaca itu ya. Sampai bersih dan lap airnya juga. Jangan sampai tersisa dan licin."

"Ya Bu."

*

Aku mengamati Ana yang sedang mewarnai kartun Elsa dan Ana, saat Mbak Sumi datang membawa botol kaca sekali lagi.

"Bu, ini botol pesanannya."

"Iya. Terimakasih."

Aku menerima botol kaca dan sehelai mungil handuk bersih dari Mbak Sumi, tapi perempuan itu tidak juga beranjak dari kamar.

"Kamu boleh pergi, Mbak."

"Ibu nggak ingin curhat lagi tentang bapak?"

"Nggak. Nanti saya selidiki sendiri."

Mbak Sumi menelan ludah. Dan sebelum sempat pergi, terlihat mas Arif muncul dari pintu kamar.

"Ini obatnya, Ma."

Mas Arif mengangsurkan kantung plastik mungil berwarna putih padaku.

"Terimakasih, Mas."

Terlihat wajah Mbak Sumi yang aneh dan langsung pergi begitu saja melihat Mas Arif datang.

"Mama minum obatnya dulu ya, Papa ambilkan air minum."

Aku mengangguk dan membiarkan mas Arif berlalu dari kamar.

*

Mas Arif tampak merenung di ranjang dengan posisi duduk di sandaran kasur.

"Mikirin apa sampai berkerut gitu dahinya, Mas?" tegurku sambil merebahkan diri di ranjang.

Ya Tuhan, rasanya aneh seranjang dengan suami yang sudah kedapatan selingkuh dengan asisten rumah tangga sendiri.

Mas Arif menatapku ragu. "Apa menurutmu aku selingkuh?" ucapnya tiba-tiba.

Aku mendelik. "Lha, kenapa sih Mas? Nggak ada hujan nggak ada angin, mendadak kamu ngomongin selingkuh? Kamu selingkuh ya?" tanyaku balik.

"Kamu ... Hm, sebenarnya aku ..,"

Mas Arif terlihat ragu.

"Kenapa sih? Wah aku jadi curiga nih kalau kamu seperti ini, Mas?"

"Kata Sumi, kamu nemuin lipstik warna ungu di tasku. Aku tidak pernah selingkuh di luar rumah, Ma. Sungguh!" Wajahnya yang serius terlihat lucu.

'Iya Mas, kamu memang tidak selingkuh di luar, tapi di dalam rumah ini.'

"Astaga, mbak Sumi ngarang deh. Kapan aku bilang seperti itu padanya? Nggak, aku nggak bilang nemu lipstik atau apapun itu pada mbak Sumi karena emang aku nggak menemukan hal aneh dalam tas kerja kamu, Mas."

Mas Arif terdiam.

'Sepertinya Mbak Sumi sudah mengadukan perihal lipstik itu. Dan mas Arif sekarang ketakutan oleh bayangannya sendiri. Kena kamu, Mas!

Mas, Mas, padahal dulu kamu pinter dan logis. Tapi semenjak bertemu dengan mantan kamu malah jadi ogeb seperti ini.'

"Malah sekarang yang aneh kamu sama Mbak Sumi. Kok bisa sih mbak Sumi ngurusin kamu selingkuh atau nggak? Sebenarnya yang istri mu itu aku apa mbak Sumi?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status