Share

Bab 7

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-20 17:16:31

Istri?

Apa aku tidak salah dengar? Mas Angga mengkhianatiku sebelum aku mengkhianatinya?

Aku membeku beberapa detik. Pandanganku meramun menatap wanita muda yang berdiri tidak jauh dari pintu. Kelopak mataku sudah dipenuhi oleh genangan air mata yang tertahan.

"Dia juga istriku, Mita. Kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu." Mas Angga menurunkan sedikit intonasi suaranya. Dadanya bergerak naik turun seperti sedang menahan sesuatu. Entah mengapa ucapan itu terdengar begitu sakit masuk dalam indra pendengaranku. Seperti ditikam dengan pisau berkali-kali. Tapi tidak berdarah.

Pandanganku yang meramun karena penuh dengan air mata beralih pada Mas Angga. Menatap tajam pada lelaki itu. "Jadi ini alasan kamu lembur setiap malam, Mas?" Bibirku mendesis mengintimidasi. Memberikan penekanan di setiap ucapanku. Agar Mas Angga tau jika aku sedang sekarat karena perbuatannya. Aku dibohongi, aku di khianati.

Mas Angga menatap mataku. Setitik tatapan kasihan terlukis. Lalu berganti dengan tatapan datar. "Iya, Kinanti adalah alasanku dan sekarang Kinanti sedang hamil anakku, Mita."

Apa? Hal konyol apalagi ini? Hamil? Jadi tespack itu milik sialan itu?

Bagaikan petir yang menyambar disiang bolong. Pikiran buruk yang aku pikir hanya rasa ketakutanku saja berujung nyata. Mas Angga berselingkuh di belakangku. Hati ini serasa dikuliti tipis-tipis lalu dicincang-cincang.

"Dasar perempuan murahan! Kurang ajar kamu!" Aku berteriak histeris. Hendak menyerang wanita bernama Kinanti itu. Hatiku tercabik sakit. Mas Angga yang sejak tadi berdiri di sampingku. Menghalau tubuhku. Menahan bahuku, dan memegang erat tanganku.

"Mita, jangan gila, kamu!" Lelaki itu bahkan membentakku di depan Kinanti. Sakit sekali! Apakah aku sudah tidak ada artinya lagi di matamu, Mas?

"Kamu yang gila, Mas! Kamu yang gila!" Aku berteriak tanpa rasa malu. Melotot pada Mas Angga. Hatiku sakit serasa tercabik seribu belati. Aku memukuli Mas Angga sekenanya. Lelaki itu menarik tubuhku menjauh dari beranda rumah wanita simpanannya.

"Lepaskan aku, Mas! Lepaskan aku!" teriakku meronta.

"Ayo, kita pulang, Mit! Kita bicara di rumah."

Mas Angga memaksaku masuk ke dalam mobilnya. Sekalipun aku meronta meminta untuk dilepaskan. Tidak puas rasanya meninggalkan rumah istri muda suamiku tanpa memberikannya pelajaran. Berani mengambil milik orang lain, sama halnya menggali kubur sendiri.

____

Mobil berhenti mendadak di depan rumah. Setelah sepanjang perjalanan kami sama-sama saling menahan diri untuk tidak berdebat. Karena bahaya sekali dan hal buruk bisa saja terjadi pada Kami. Iya saja kalau Mas Angga yang mati. Kalau aku? Tidak, aku tidak mau mati muda. Keenakan wanita murahan itu kalau aku mati lebih dulu.

Bruk!

Pintu mobil kubanting kasar. Mengejar Mas Angga yang berjalan mendahuluiku. Langkah lebarnya membuatnya cepat masuk ke dalam rumah.

Tubuhku gemetar, terasa begitu dingin. Persediaanku terasa ngilu. Hatiku perih sekali. Ternyata sesakit ini rasanya.

Aku menarik bagian lengan kemeja Mas Angga. Tubuh lelaki itu nyaris terpelanting dan jatuh. Langkahnya terhenti, dan tubuhnya berbalik sempurna ke arahku. "Lepaskan Mita!" Mas Angga menyentak. Layaknya seorang pencuri yang tertangkap basah dan ingin tetap membela diri jika dirinya tidak bersalah.

"Kenapa kamu mengkhianati pernikahan kita, Mas?" Aku mencerca layaknya seorang Jaksa pada terdakwa. Tidak peduli sesak menyumpal dada yang terasa terhimpit. Aku tidak terima telah dikhianati. Walaupun sadar, jika aku sendiri adalah seorang pengkhianat.

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Mas Angga mendelik. Seolah apa yang ia lakukan adalah sebuah kebenaran.

"Bagaimana dengan dirimu sendiri, Mita? Bukankah kamu juga sudah berselingkuh?"

Deg!

Sepersekian detik jantungku serasa berhenti berdetak. Aku tercengang menatap Mas Angga. Rahang tegasnya mengeras, sorot matanya menusuk bak anak panah yang melesat cepat pada sasaran. Kenapa kini semua justru berbalik padaku?

Mas Angga menarik lengan bajunya kasar dari cengkeramanku. Aku mematung seperti halnya orang bodoh. Otakku berusaha untuk tetap waras. Tapi ...

"Mas, aku ...!" Mendadak lidahku Kelu. Aku seperti ora gagap yang tidak pandai bicara. Bukankah sebelumnya aku adalah seorang yang pandai berbohong.

"Kenapa? Kamu pikir aku tidak tau apa yang sudah kamu lakukan di belakangku? Hah?" Mas Angga membentak. Menyadarkan aku jika bangkai yang selama ini aku simpan rapat akhirnya tercium juga.

Mas Angga membuang wajahnya sinis. "Kamu menitipkan Sifa di rumah Santi setiap hari, dengan alasan menemani bapak di rumah sakit. Bapak siapa Mita? Bapak moyang kamu?" Mas Angga mengacung-acungkan jari telunjuknya di depan wajahku. Seolah aku ini adalah seorang pendosa yang tidak termaafkan. Ia menguliti semua aib yang aku sudah aku lakukan di belakangnya.

"Halah, kamu juga sama aja Mas, selingkuh sampai buntingin wanita murahan itu." Aku mengibaskan tanganku di depan wajah Mas Angga. Membusungkan dada berani. Hal yang selama ini tidak pernah aku lakukan pada suamiku.

Mas Angga menarik sebelah sudut bibirnya tersenyum sinis. Menarik wajah merah yang terbakar amarah mendekat ke arahku. "Bagaimana dengan kamu sendiri, Mita? Bukankah kamu juga pernah tidur dengan laki-laki itu?"

Hatiku tersentak. Mas Angga juga tau tentang hal itu? Mas Angga tertawa mengejek. Menatapku rendah. Lagi-lagi aku dipukul balik oleh Mas Angga.

"Ingatlah ya, kalau sampai kamu hamil, aku tidak mau bertanggung jawab!" desis Mas Angga suaranya datar tapi berhasil membuat nyaliku menciut.

Mas Angga membalikkan tubuhnya kasar. Pergi ke arah pintu rumah.

"Mas, tunggu! Aku belum selesai bicara sama kamu Mas!" Aku mengejar Mas Angga ke arah pintu. Hendak menahan lengannya, tapi tidak berhasil. Lelaki itu lebih dulu menjauhkan tubuhnya dari jangkauanku.

"Apa lagi? Mau ngomong apa lagi?" sentak Mas Angga matanya melotot padaku.

"Pokoknya aku nggak mau di madu, Mas!" Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirku. Aku memang menyukai Mas Satya. Tapi aku tidak mau kehilangan Mas Angga. Aku tidak mau rumah tangga yang sudah kubangun bertahun-tahun hancur berantakan.

"Kamu egois, Mita!" bentak Mas Angga mengeram.

"Aku tidak peduli Mas, aku nggak mau di madu," balasku menyentak. Air mataku meleleh deras.

"Ya sudah, secepatnya aku akan mengurus surat perceraian kita. Jadi kamu bisa bebas bersama dengan selingkuhanmu itu. Bukankah memang ini yang kamu inginkan, Mita?"

'Aku tidak seperti itu, Mas.' Hatiku nyeri, mengapa dia tidak mengerti. Apa yang dikatakan Mas Angga memang benar. Bukankah perpisahanku dengan Mas Angga adalah harapan Mas Satya. Dengan begitu kami bisa bersama-sama.

"Tapi ingat, aku tidak akan memberikan Sifa pada ibu macam kamu, Paramitha!"

"Mas!" Aku berteriak. Lelaki itu setengah berlari menuju mobil tanpa mampu aku kejar. Karena mobil Mas Angga dengan cepat meninggalkan halaman rumah.

"Sifa anakku, Mas, kamu tidak boleh mengambilnya!" teriakku sesenggukan. Hatiku sangat sakit sekali. Aku tidak mau kehilangan Sifa. Tubuhku luruh pada dinginnya lantai teras rumah kami.

____

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 48

    Angga sempat menyerah untuk kembali rujuk dengan Mita. Setelah tau jika ada lelaki lain yang kini sedang mendekati mantan istrinya itu. Namun setelah tau jika Mita tidak memilih lelaki itu, Angga kembali bersemangat. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang pernah ia sia-siakan. "Rujuk?" ucap Mita tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Angga menganggukkan kepalanya menyakinkan. "Mas bercanda, kan?" Mita tersenyum tipis. Menatap ragu. "Enggak Mit, aku serius. Aku ingin kita rujuk lagi." Angga menyakinkan. "Tapi aku ..." "Kenapa dengan kamu?" Angga membuat sedikit lengkungan pada bibirnya. Agar suasana tidak terasa begitu canggung. "Aku sudah menyakiti kamu, Mas. Aku bukan wanita baik-baik." Mita tertunduk. Menyembunyikan rasa malu atas semua perbuatannya pada Angga. Angga menatap lekat pada Mita yang duduk di depannya. Semua masalah yang terjadi pada akhirnya hanya sebuah proses pendewasaan diri. Kini ia menemukan sosok Mita yang jauh lebih baik. "Aku sudah memaafkannya," b

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 47

    "Ini Bu Mita pemilik catering yang sebulan terakhir ini melayani perusahaan kita, Pak." Wanita cantik berseragam formal itu menjelaskan siapa sosok yang berdiri di depan Angga. Tentu saja Angga kenal betul. Bagaimana tidak, Mita pernah menjadi bagian hidupnya hingga bertahun-tahun.Angga mengangguk mengerti. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya saja pandangannya tidak beralih sedikitpun dari Mita yang berdiri di hadapannya. Membuat Mita merasa tidak nyaman."Jadi semuanya berapa Bu?" Wanita yang berdiri di samping Angga menyiapkan beberapa lembar uang berwarna merah untuk pembayaran.Mita mengabaikan perasaan gugup yang menyelimuti. Ia benar-benar tidak menyangka jika akan bertemu dengan Angga lagi. Ternyata takdir kembali menuntutnya di jalan yang sudah ia ikhlaskan."Besok kami pesan lagi nasi 30 box dan cemilannya sekalian, bisa?" ucap wanita yang berdiri di samping Angga setelah membayar semua pesanannya."Bisa, Mbak," jawab Mita ramah. Senyuman terulas dari bibirnya.

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 46

    Cukup lama menunggu. Tanda centang pada pesan yang Angga kirimkan pada Mita telah berganti biru. Tanda jika pesan yang ia kirim telah dibaca. "Harusnya aku mengungkapkannya saja dari kemarin." Angga merutuki dirinya sendiri. Mengusap wajahnya kasar. Menunggu pesannya yang tidak kunjung berbalas.Siang menjelang. Angga masih berdiam diri di rumah Marni. Ia belum beranjak pergi kemanapun. Sesekali ia mengecek pesan' yang ia kirimkan pada Mita berharap mantan istrinya itu memberikan jawaban. Namun, hingga sore menjelang, Mita tidak kunjung membalas pesannya. "Apakah dia benar-benar menolakku?" Angga bermonolog dengan dirinya sendiri. Merutuki kebodohannya yang terlalu mengulur waktu. "Atau aku datang saja ke rumah ya dan mengatakan semuanya secara langsung pada Mita?" Angga berbicara dengan dirinya sendiri."Tapi, bagaimana kalau Mita menolakku?" Angga menimbang segala rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.Ditempat lain Mita sudah tiba di rumahnya. Pak Aji pun langsung berpamitan pe

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 45

    Klak.Pak Aji turun dari dalam mobil. Mita mematung di ambang pintu dengan mulut menganga. Mendadak otaknya blank melihat lelaki yang tengah mengulas senyuman ke arahnya."Akhirnya aku sampai juga," ucap Pak Aji membuang nafas lega.Mita mengedipkan matanya beberapa kali. Berharap apa yang ia lihat hanya sebuah mimpi' dan ia akan segera terbangun."Siapa laki-laki itu?" celetukan Marni menyadarkan Mita jika apa yang ia lihat bukanlah mimpi. Pak Aji sudah datang untuk menjemputnya sesuai permintaannya."Selamat pagi." Pak Aji memindai tatapannya pada Mita lalu, mereka yang ada di dalam rumah Marni.Gleg.Mita menelan ludahnya kasar. Terasa begitu pahit sekali. Sepahit kenyataan yang sedang ia hadapi sekarang. Gara-gara kesalahan pahamannya membuat Mita salah sangka dan gegabah mengambil jalan yang salah.Mita menoleh. Tatapannya langsung tertuju pada Angga. Hatinya ketar ketir bukan main. Meskipun mantan suaminya terlihat tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Sekilas Angga mem

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 44

    Tut ... Tut ...Mita berdecak kesal. Nomor Menager yang menaruh hati padanya tidak bisa dihubungi. Lebih tepatnya lelaki itu tidak mau menjawab panggilannya. "Ayo dong Pak angkat!" gerutu Mita memburui. Tidak sabaran."Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah ...."Mita mengakhiri panggilannya sepihak. Kesal, karena lagi-lagi suara operator yang menjawab panggilannya.Mita nyaris frustasi. Menatap pada layar ponsel miliknya. Tanda centang pada pesan yang ia kirimkan pada Pak Aji sudah berganti biru, tanda jika lelaki itu sudah dibaca pesannya. Tapi hal itu tidak lantas membuat Pak Aji mau menjawab panggilannya. Apalagi membalas pesannya. Entah marah atau kecewa, setelah lamarannya di tolak Pak Aji seperti sengaja' menjauhi Mita. Mita tertunduk pasrah. Bergelut dengan pikirannya sendiri. Harusnya saat Angga memutuskan untuk berpisah dengannya, saat itu juga Mita menyudahi rasa yang tersisa. Bukan malah menyimpannya yang justru mengundang ribuan luka.Suara canda tawa di luar kamar

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 43

    Kaki Mita seolah terpatri. Tidak mampu digerakkan sama sekali. Ia menatap pada wanita yang tengah menyambut hangat kedatangan Sifa. Dari caranya, terlihat sekali jika ini bukan pertemuan pertama mereka. Sudah ada pertemuan-pertemuan sebelumnya yang mungkin tidak Mita ketahui. Sifa terlihat sangat akrab, begitu juga sebaliknya. Hati Mita tercubit. Merasa keberadaannya sebagai seorang ibu terancam. Ia takut Mita lebih menyayangi wanita itu daripada dirinya.Pikiran-pikiran buruk berbisik begitu ramai memenuhi isi kepala Mita. Menambah sesak yang menghimpit dadanya.Angga yang berjalan lebih dulu dan menyadari jika Mita tidak mengikutinya menolehkan ke belakang punggung."Mit, ayo!" Angga menginterupsi. Menyadarkan Mita dari lamunan."I-iya!" Mita berjalan mengekori Angga. Untung saja penerangan di depan teras rumah Angga tidak terlalu terang. Hingga tidak ada satupun yang tau jika Mita sedang berusaha payah untuk memaksakan senyuman pada bibirnya. Menyembunyikan ribuan perasaan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status