Share

BAB 85

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2025-04-25 22:43:28

Danang merebahkan dirinya lalu menelungkup. Istrinya sudah siap memijit punggungnya.

"Menurutku, jadi satpam lebih baik, Mas," ujar Megan.

"Ogah. Lebih enakan supir pribadi Nyonya Ambar. Mobilnya bagus dan cuman nyupirin terus nungguin doang."

Megan diam. Ia bertekad akan menyampaikan uneg-unegnya sebelum terlanjur lama.

"Mas, aku boleh minta sesuatu?" tanya Megan terus memijit punggung suaminya dengan lembut.

"Apa? Katakan."

"Berhenti kerja jadi supir pribadi wanita yang tadi pagi itu. Aku kurang sreg. Gak suka aja, Mas."

Danang langsung membalikkan tubuhnya. Matanya melotot, jelas pria itu tak terima.

"Jadi, kamu lebih memilih aku jadi ojek online dengan penghasilan tak menentu? Bahkan hanya dapat 50 ribu sehari. Hampir gila aku, benar-benar hampir putus kehidupanku rasanya, Megan. Kamu memilih aku begitu daripada aku jadi supir gaji 5 juta? Bahkan Nyonya Ambar mengatakan, akan banyak bonus jika pekerjaanku bagus. Miring kamu, ya!"

"Tapi, Mas. Aku tidak suka de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 86

    "Namanya kerja, terserah boslah. Mau dapat bonus besar ya harus nurut. Jangan ngatur-ngatur. Ingat, kita butuh duit banyak!" Megan hanya bisa terus menahan gemuruh di dadanya yang seperti ingin menyeruak keluar. Matanya tajam mengikuti pergerakan Danang yang tak acuh, menuju rak sepatu. "Mas, apa maksudmu bilang kalau aku ini adikmu? Bukan istrimu!" Danang diam saja. Ia terus membuka sepatunya. "Apa kamu gak tahu, bisa jatuh talakmu, Mas padaku!" teriak Megan yang sudah tak sabaran. "Lalu kamu mau orang-orang tahu, aku membawa istriku menjadi pembantu?! Aku malu, Megan! Cukup aku menahan malu karena menjadi ojek online, jangan tambah lagi!" Megan menutup mulutnya tak percaya yang dia dengar. "Sudah. Aku malas berdebat. Terserah!" Tak mau kalah dan jelas nekat. Keesokannya Megan mendekati Desi yang sedang yoga. Danang sedang memanaskan mobil. "Nyonya. Mas Danang bukan Abang saya tapi suami saya," ujar Megan memburu. "Oh ya? Jadi sudah cerai dari istrinya yan

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 87

    Pukul 12 malam, Danang pulang. Yang mengejutkan, pria itu pulang menggunakan mobil milik Ambar. "Aku lebih cepat 1 jam daripada semalam. Jadi jangan meracau," ujar Danang pada Megan yang masih terjaga karena menunggunya. "Mana motormu, Mas?" "Masih di sana. Mungkin besok pas lengang, aku bawa pulang. Aku sekarang akan pakai mobil kemana-mana. Rasanya begitu menyenangkan," ucap Danang terlihat sangat bersemangat. Ia melepaskan sepatunya sedangkan Megan berdiri di dekar pintu. "Jangan berlagak, Mas. Mau bergaya tapi pakai barang orang lain," sindir Megan sinis pada suaminya. Danang berdiri tegak, menatap istrinya dengan tatapan tajam. "Kalau merasa belum bisa kasih aku apa-apa, jangan protes." Danang melewati Megan begitu saja. "Apa maksudmu, Mas? Kamu harapkan apa dariku?! Kamu ingin aku kasih kamu apa?! Jawab!" Tak ada jawaban apa pun dari mulut Danang. Kepalanya pusing. Sungguh pusing dalam arti sebenarnya. "Mas! Jawab aku! Kalau kamu mengharapkan aku bisa

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 88

    Di sisi lain. Menjalani waktu terus berputar dengan sangat cepat, Safira disibukkan dengan pembangunan butik barunya. Sesekali Tasya datang menemuinya. "Kamu jangan terlampau porsir tenagamu. Seperti akan meledak kulihat perutmu," ujar Tasya sembari mengunyah. "Aku santai aja, Sya. Kerjaku kan kerja otak. Kamu jangan khawatir. Gimana? Jadi resign juga? Suamimu pulang berlayar bulan ini kan?" "Jadi. Tapi resignnya gak jadi. Daripada aku disembelih Pak David, ngalah ajalah. Lagian suamiku mau nambah kontrak juga. Mungkin takdirku adalah menjadi pengabdi David Adington. Bisa jadi seumur hidupku." Safira sampai tergelak terbahak-bahak mendengar celetukkan Tasya. Sedangkan yang ditertawai hanya memonyongkan bibirnya kesal campur lucu. Kedua wanita itu menikmati suasana menjelang siang di dalam gedung butik yang baru. Gedung yang luas, masih dipikirkan dekorasinya. Keduanya pun mendiskusikannya bersama-sama karena Tasya juga menanamkan modal juga meski tidak sebanyak David.

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 89

    FLASH BACK "Jadi, sebelumnya kamu orang Phoenix?" tanya Ambar pada Danang yang sedang fokus menyetir. "Iya, Nyonya. Saya berhenti karena difitnah." Danang berkilah menyembunyikan kekesalan hati. Jika ingat bagaimana semua kehancuran karirnya karena Megan, semakin lama, semakin ilfeel dan muak dia pada istri mudanya itu. Lebih tepatnya, sudah bosan. "Aku sudah tahu, wanita hamil itu adalah istrimu bahkan sebelum dia mengakuinya. Membaca gestur tubuh orang adalah salah satu keahlianku." "Ooh i-iiya, Nyonya, maafkan saya. Kami memang sedang diuji ekonomi." Ambar hanya diam, menatap ke depan. Dia merasa darahnya berdesir panas dan dingin secara bersamaan di dalam sana. Dia wanita yang sudah lama tak disentuh suaminya yang seorang bule itu. Kini dia menjadi sedikit menghangat. Ambar suka pria lokal dengan kontur wajah tegas dan mata nakal seperti supirnya itu. Dia tahu, Danang berusaha menghindari pandangannya pada dua belah pahanya yang terpampang montok. Namun sesekali pria itu me

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 90

    "Untuk apa kamu pulang? Kemarin jam 8 pagi berangkat kerja katamu. Tapi kamu balik jam 8 pagi juga. Hebat ya. Kerja apa ya, bisa 24 jam!"teriak Megan dalam kekecewaan menyambut suaminya yang baru pulang. "Boss ada acara sama teman-temannya sampai tengah malam. Aku kecapean lalu tidur di mobil," ucap Danang berbohong. "Kenapa gak lanjut aja kamu kerjanya?! Kamu kan babu paling loyal!" "Bos hari ini gak keluar. Berhenti mencecarku. Aku capek. Ini gajiku dan bonusku." Danang mengeluarkan uang 2 juta sekaligus struk atm. Megan menerimanya dan memperhatikan struk. Saldo yang tersisa nampak fantastik. 12 juta. Itu artinya, gaji suaminya 14 juta sebab gajinya setelah dipecat sudah ditarik. Bukannya sumringah, Megan semakin yakin dengan firasatnya. Ini di luar nalar. "Jujur, Mas. Kamu ada hubungan apa sama majikanmu?! Aku tahu, tidak ada makan siang gratis!" Danang tak bicara apa-apa. Energinya terkuras banyak. Dia langsung masuk ke dalam kamar, membuka bajunya lalu melemparkan kain

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 91

    "Mbak, Fira, saya mau ke toilet dulu, ya!" seru Ambar nampak buru-buru. Safira hanya tersenyum. Ini kesempatannya mencecar mantan suaminya itu. "Mas, kamu sudah cerai sama Megan atau gimana?" "Apaan sih pertanyaanmu itu," timpal Danang memilih sendiri pakaiannya. Wajahnya cemberut. Bukannya dilayani, malah dicekik seperti tadi. "Kalau kamu masih sama dia, benar-benar deh kamu, ya! Dapat bibit buaya darimana, sih?! Papa gak kayak kamu ini. Keterlaluan." Danang memilih mengabaikan omelan Safira. Ia sudah angkat tangan dan kaki untuk bicara baik-baik apalagi merayu mantan istrinya itu. Dia menyerah. Wanita itu kokoh seperti gunung batu. Jadi lebih baik dia menikmati yang sekarang saja. "Mas, kamu itu, ya! Jawab aku!" Safira memukul bahu Danang karena kesal sekali. "Aku itu supirnya, Fir. Aku kerja sama dia." "Tapi aku mengendus hubungan yang tak biasa di antara kalian. Ayo ngaku kamu!" Kembali Safira memukul bahu mantan suaminya itu. "Apaan, sih?! Aku gak per

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 92

    "Fantastik! Tapi ini mahal, Sayang!" "Aku hanya ingin kamu senang," ujar Ambar tersenyum. Danang sangat gembira bahkan dia langsung melupakan hal yang sedari tadi dipikirkannya itu. Persetan dengan dia sedang bersama wanita bersuami atau tidak, dia tidak mau peduli lagi. Yang penting, dia sudah memiliki mobil baru yang harganya mendekati 500 juta. "Aku harus membalas kebaikanmu dengan apa, Sayang?" "Malam ini, habiskan waktumu bersamaku." Danang tersenyum dan mengangguk cepat. Ponselnya langsung dia matikan tak peduli ada puluhan pesan dan panggilan dari siapa pun. Keesokan harinya, membawa matanya yang sembab bersama hatinya yang hancur lebur, Megan sampai di rumah besar kediaman Ambar. "Mana Mas Danang, Pak?" tanya Megan pada satpam. "Belum pulang, Mbak." "Kan itu mobil yang dibawa?!" Megan mulai emosi. Tak karuan perasaannya. Ia menduga, satpam itu menyembunyikan keberadaan suaminya. "Kemarin sore balik sama Boss. Terus ada mobil baru nyusul. Lalu, mereka

    Last Updated : 2025-04-25
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 93

    "Mana kunci mobilku?!" tanya Danang sembari memasukkan ponsel, parfum ke dalam tasnya. Perlengkapan untuk pesta makan malam di bawah langit berbintang sudah ia siapkan dalam godie bag. Sebuah rencana dan hidup yang sempurna. Megan yang ditanya diam saja, pura-pura tidur. Dia sudah melempar kunci itu ke belakang. Entah dimana jatuhnya, dia tidak mau tahu. "Dimana kunci mobilku?!" Suara Danang makin meninggi. "Aku tidak tahu, Mas. Cari saja di mana kamu biasa simpan." "Aku selalu simpan di sini. Kamu jangan bodohi aku, Megan. Dimana kunci mobilku?!" Danang membuka selimut yang menutupi tubuh Megan. "Bangun! Kamu pasti yang sembunyikan kunci mobilku?!" "Apaan sih?!" Megan menepis tangan suaminya. Danang langsung menarik lengan Megan hingga jatuh wanita itu ke lantai. "Aaaaakh!!!!" Megan merasakan perutnya terasa menghentak. "Sakit, Mas!" "Dimana kunci mobilku?!" "Berhenti menemui wanita itu! Sejak kamu bersamanya, kamu menjadi orang yang tidak kukenali!"

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   Ending

    "Kan sudah puluhan kali David melamarmu, kok baru sekarang kamu gemetar begini?" "Beda, Buk. Beda aja! Ibuk gak tahu gimana rupa Mamanya. Iihhh!" Senyum Bu Sartini makin lebar. "Ya, aku paham perasaanmu. Selama ini sama David, kamu merasa lebih enjoy, rileks karena memang kalian sudah sangat dekat sejak masih satu kantor." "Ya Buk. Terus gimana dong ini?" "Ya gimana apa? Kita siapkan diri lah," ketus Bu Sartini meraih hpnya. "Ya Allah, Buk." Safira kehilangan kata-kata. Ia seperti diambang dua sisi. Antara mau dan tidak mau menikah dengan David. Dia pun bingung dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menentukan perasaan sesungguhnya itu bagaimana. "Ibu mau nelpon siapa?" "Nelpon Burhan. Mau suruh cari orang buat cat ulang rumah ini. Aku juga mau ganti sofa sama gorden baru." "Buat apa, Buk?!" "Astaghfirullah! Pake nanya lagi! Ya buat persiapan kamu dilamar lah! Memang kamu gak mau nikah sama David? Yang jelas caranya. Mau apa gak?!" "Aku bingung, Buk. Anak

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 117

    Dengan percaya diri, Safira meletakkan setelan baju yang dia rekomendasikan di depan Bu Erlita. Wanita kaya itu merabanya lembut namun otaknya berpikiran hal lain. Ia ingin mengintimidasi pemilik butik dan mengetahui, sejauh mana wanita itu bisa bertahan. "Bagaimana seorang owner butik bisa mendapatkan hati pewaris tunggal Adingtong grup? Kau tahu, putraku itu sangat sulit didekati." "Hati adalah magnet, Nyonya. Dia akan tertarik pada energi yang sama dengannya." Bu Erlita tersenyum kecil. Dia wanita cerdas dan paham, Safira tidak mau merendahkan dirinya. Seolah mengatakan, dia sama hebatnya dengan putranya dan pantas. "Tapi, saya belum menerima putra Anda. Masih saya bertimbangkan, " sambung Safira yang membuat Bu Erlita tersenyum lebih lebar. Dia suka wanita yang tak mudah dan tak murah. "Kenapa? Bukankah putraku pria yang sempurna untuk dinikahi?" "Karena merasa hidup saya saat ini sudah sangat sempurna, Nyonya. Jodoh masih jadi rahasia. Saya memiliki anak-anak dan t

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 116

    Beberapa waktu berlalu, Rio dan Amira makin dekat dengan David. Pria itu berhasil menjadikan dirinya bagian dari memori anak-anak itu. Ia mengira harus merogoh uang yang banyak untuk bisa mendapatkan perhatian anak-anak. Rupanya tidak. Tidak banyak modal yang dia keluarkan namun tenaganya yang sering kali harus dia isi ulang. Ternyata David sekarang paham, membuat anak-anak bahagia bukan hanya sekedar bermodal uang. Namun intraksi dan komunikasi itu, tidak hanya sekedar bersama tapi bercengkrama. Ada timbal balik antara orang dewasa dan anak yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Di sela-sela kesibukannya, David menyempatkan dirinya melakukan panggilan vidio dengan anak-anak melalui ponsel Bu Sartini atau Mimi. Minggu ini, mereka antusias karena akan diajak bermain ke dino land. "Janji, ya, Om CEO!" seru Amira yang pandai berceloteh. Dia lebih lincah bicara daripada Rio yang hanya ikut-ikutan. "Om ada hadiah buat kalian. Nanti malam Om bawakan, ya!" Amira mengangguk. Nampak

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 115

    Dua hari kemudian, Safira yang baru saja pulang dari butik langsung dikagetkan dengan berita jika ibunya sakit. "Ayo, Mi! Kita nginap di rumah ibuk. Kita bawa perlengkapan untuk nginap seminggu." "Siap, Nyonya." Benar saja, di rumah, Bu Sartini sudah memakai koyo di sisi kiri kanan kepalanya. Ia menggunakan selimut menutupi tubuhnya. "Ya Allah, Ibuk, kok tiba-tiba aja sih gini?" tanya Safira khawatir. "Makanya aku cariin bibik biar ada yang bantu, kenapa sih gak pernah mau?!" "Gak apa-apa. Aku baik-baik saja. Hanya nyilu-nyilu dikit. Mana anak-anak? Kamu bawa kan anak-anak?" "Rio les. Amira sedang tidur di kamar." Bu Sartini tersenyum. Menjelang isya, David datang. Safira yang sedang menikmati urap daun turi campur kol sampai batuk-batuk saat mendengar Mimi mengabari. "Astaghfirullah, ngapain orang itu di sini jam seginian, Mi?!" "Gak tau, Nyonya." Safira melepas makanannya lalu keluar menemui David. Wajah Safira sudah tegang. "Sebelum kamu bicara, aku mau ka

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 114

    "Jangan bikin gaduh, Andin. Kita memang sahabat dekat tapi kalau sudah tidak sehat begini, habis nanti kubuat kalian. Serahkan Amira sekarang!" "Mbak selalu begitu. Selalu egois. Harus ya, kami ikut ngomongnya Mbak?! Mentang-mentang Mbak lebih kaya dari kami? Mentang-mentang kalian lebih kaya?!!" Bu Andin berkaca-kaca. Sudah serak suaranya. "Ya jelas! Anggap aja begitu. Kenapa memangnya? Lagian, baru saja anak-anak nyampe rumah, sudah mau dibawa pergi. Mereka itu punya rumah! Mereka punya ibu! Terus saja hampir tiap hari kalian bawa!" "Gimana gak mau aku bawa, Mbak?! Ibu mereka sibuk! Malah mau nikah sama laki-laki lain!" timpal Bu Andin menggebu-gebu. "Oooh ... Perkara itu?! Jelaslah! Putriku masih cantik, masih sehat, karirnya melesat. Sangat pantaslah kalau ada laki-laki kaya, pemilik perusahaan besar yang mau meminangnya. Malah akan kupasung Safira kalau dia gak terima pria itu. Hahahaha!" Bu Sartini tertawa jumawa. Safira sampai menutup mulutnya karena terkejut m

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 113

    "Aku be-belum siap, Mas." "Itu karena kamu gak percaya sama aku, Fir. Please .... marry me." Dalam kegamangannya, Safira melihat mobil mertuanya semakin dekat. Jantung Safira seperti akan melompat keluar. Seperti dia merasa sedang berselingkuh dari putra kedua mertuanya itu. Jelas, wajahnya nampak panik. Mobil berhenti, lalu kaca mobil terbuka. "Ngapain kamu di sini, Safira?" tanya Bu Andin ketus. "Ii-iini, Ma ...." "Masuk!" "Ii-iiya." Mobil Bu Andin masuk garasi. Safira menyerahkan kembali buket uang itu. "Ini David, sorry." Dengan langkah seribu, wanita itu meninggalkan David yang kebingungan. Hatinya sangat sedih mendapati buket dolarnya jelas ditolak. Meskipun David tahu, Safira memiliki banyak uang tapi dia ingin wanita itu antusias menerima hadiah darinya. "Aku tak akan menyerah, Fir. Lihat saja," lirih David kembali masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan di dalam rumah, Safira sedang menerima pandangan melotot dari Bu Andin. "Mi! Ada salad?" tanya Saf

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 112

    "Jangan sampai kamu menyakiti Megan, ya Hasan. Bisa kusunat kamu dua kali," celetuk Bu Sartini yanh disambut riuh tawa. Megan mengusap air matanya. Ia sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk berubah setelah melakukan tindakan yang buruk. Setiap orang memang memiliki kesempatan itu dan tidak ada yang lebih baik daripada usaha untuk terus memperbaiki diri. Dua minggu kemudian, barulah Safira datang menjenguk Danang. "Maaf, Mas. Aku baru datang sekarang." "Kamu sibuk acara nikahan kali," ketus Danang. "Iya. Megan menikah dan aku sedikit membantunya dengan kebaya buatanku. Lucunya, malah sekarang dicari-cari orang model seperti yang dia pakai." Danang membatu saat mendengar penuturan Safira yang begitu ringan. "Megan menikah, Fir?" "Iya. Dia gak mau rujuk sama kamu, padahal aku sudah sarankan. Yaa wajar juga sih, kamunya jahat." "Ya Allah, Fir. Kok gak ada yang kabari aku?" "Ya ...." Safira mengendikkan bahunya, pertanda kebingungan mau menanggapi apa.

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 111

    "Ambil ini. Ini hakmu karena pernah menjadi istrinya Mas Danang. Jika sudah mantap dengan pilihanmu, menikahlah. Ridhoku menyertaimu." "Nyonya ...." Deras air mata Megan sembari memeluk betis Safira. "Bangunlah," ujar Safira menyentuh bahu Megan dengan lembut. Perlahan ia mengangkat tubuh Megan agar berdiri. "Nyonya ...." Megan tidak bisa berkata-kata lagi. "Aku tidak tahu, definisi memaafkan itu seperti apa, Megan. Tapi aku berusaha ikhlas dengan takdir yang telah terjadi dalam kehidupanku. Rumah tanggaku hancur. Aku kehilangan suami dan anak-anakku harus menyaksikan perpisahan kami. Aku sudah ikhlas. Tak pantas aku sebagai makhluk, masih bertanya mengapa terjadi. Aku akan berusaha terus untuk menjalaninya dan pasrah pada alur hidupku." "Maafkan saya, Nyonya. Maaf," lirih Megan berkali-kali. "Aku berusaha melupakan keburukanmu padaku itu semata-mata bukan karenamu. Tapi untuk diriku sendiri. Kalau terus kusimpan dendam ini, justru akan terus menggerogotiku, Megan.

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 110

    Sorenya, tiba-tiba penjaga penjara datang menjemput Danang kembali. Danang cukup terkejut sebab kloter pertama, Safira sudah datang. Dan dua hari yang lalu, orang tuanya sudah datang. Apa sekarang Megan? "Siapa, Pak?" "Nanti tahu sendiri." Danang sangat terkejut ketika dia duduk, di hadapannya, di balik jeruji besi putih itu ada wajah David yang sedang tersenyum padanya. "Bagaimana kabarnya Pak Danang?" "Tak perlu resmi lagi. Panggil saja Danang. Tidak terlalu penting juga kamu bertanya kabar pada seorang narapidana." David mencoba tetap mempertahankan wajah tenang. Ia mengetuk-ngetuk pelan keramik yang menjadi meja penghubung. "Maaf, jika kedatanganku ini membuatmu tidak nyaman. Meskipun kita bukan teman dekat sebelumnya, kuharap mulai sekarang kita bisa jadi teman." "Katakan apa niatmu?" "Kenapa kau begitu ketus padaku?" tanya David dengan nada dingin. Danang membuang wajahnya. Tidak perlu ada alasan untuk tidak menyukai orang lain. "Apa karena aku dekat denga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status