Bukan Mimpi, Aku Kembali

Bukan Mimpi, Aku Kembali

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-07-08
Oleh:  Kak_Anis07On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
37Bab
202Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Saat hidupnya runtuh satu per satu. Suami yang dicintai menikah dengan sepupunya, mendengar kabar kematian keluarganya dan kehilangan bayi dalam kandungan. Aruna sempat merasa hidupnya tak layak lagi diperjuangkan. Diambang kematian, dia masih berharap kandungan dan keluarganya selamat. Pikirannya gelap, tubuhnya mendadak tak lagi merespon... hingga ia terbangun kembali. Tapi yang dilihat bukan ruang rumah sakit atau dunia setelah kematian. Melainkan dirinya dua tahun yang lalu, terbangun di kamar kesayangannya sendiri. Tahun saat semuanya belum dimulai. Saat ia belum mengenal rasanya di khianati dan kehilangan. "Apa ini mimpi? Reinkarnasi? Keajaiban? Atau hanya ilusi?" Aruna menangis dan bernapas penuh kelegaan. Bak diberi kesempatan kedua, ia tahu hidup tidak boleh di ulang dengan cara yang sama. Tapi apakah takdir bisa di ubah? ataukah luka lama tetap mencari jalannya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kenyataan Pahit

Pintu Unit Gawat Darurat (UGD) terbuka dengan cepat ketika seorang wanita hamil di dorong masuk menggunakan ranjang dorong. Wajahnya pucat pasi, napasnya terengah-engah, rambutnya basah oleh keringat dingin dan celana panjang berwarna putih tampak berlumuran darah. Dia datang diantar sopir taksi yang turut panik melihatnya.

"Sus, dia sepertinya pendarahan. Saya tidak sengaja melihatnya terkapar di pinggir jalan." ujar si sopir, napasnya terengah.

Tampak setengah sadar dan menahan rasa sakit yang datang terus menyerang, wanita itu mencengkram perutnya yang mulai membulat dengan erat. Seolah berusaha menahan dan melindungi apa yang ada di dalamnya.

"Terimakasih, pak, sudah cepat membawa ibu ini kesini. Sekarang biar kami tangani dulu, ya. Kalau tahu kontak keluarganya bisa tolong bantu hubungi, ya pak?" kata seorang perawat dan bergegas menutup pintu UGD.

Sopir taksi itu mengangguk cepat, dengan heran langsung membuka tas yang tadi ia temukan disamping tubuh wanita hamil itu. Berharap menemukan informasi kontak keluarga yang bisa ia hubungi. Terkesan tidak sopan, namun ini urgent.

Didalam ruangan, seorang perawat langsung menghampiri dengan sarung tangan terpasang, memeriksa tekanan darah dan memasang infus. Dokter juga sudah datang, bertanya kondisi pasien dengan tegas namun lembut.

"Berapa usia kehamilannya? Kapan mulai pendarahan?"

Di sekeliling mereka, suara monitor berdetak pelan dan terdengar samar intruksi dokter dan perawat.

"Ibu bisa dengar suara saya?"

Tidak ada respon apapun, ketegangan semakin terasa. Wanita itu memejamkan mata setelah masuk ruangan ini. Suara monitor mulai berbunyi, alat tensi mulai mencatat tekanan darahnya yang merosot.

Tiba-tiba setetes air mata mengalir di pelipis wanita ini. Entah itu karena rasa sakit yang bercampur dengan ketakutan atau rasa kehilangan yang belum pasti tapi sudah begitu menyakitkan.

-°-

Tubuhku lemas. Rasanya dingin sekali. Aku tak tahu seberapa parah kondisi ku saat ini, tapi cairan hangat ini mengalir tak henti sejak tadi. Aku rasa sudah cukup lama. Sakit sekali, aku rasanya tidak tahan. Tapi didalam perutku, yang masih kecil, ada nyawa yang harus ku pertahankan sekuat tenaga.

Ini bermula dari aku yang melihat suamiku sudah menikahi sepupuku sendiri. Aku terkejut, kecewa dan sakit hati. Dua orang yang sudah diberi kepercayaan tinggi, ternyata tega berkhianat.

Entah sejak kapan mereka memulainya?

Hingga hari ini, berani mengundangku dihari pernikahan mereka. Dirumah yang baru ku beli, mereka melangsungkan pernikahan. Dan dirumah ini juga, suami yang sangat ku cintai dengan berani mengatakan perpisahan.

Rumah ini salah satu impianku sejak lama. Baru selesai dibangun bulan lalu dan hari ini aku datang dengan perasaan senang karena suamiku yang mengaturnya. Aku kira akan ada kejutan untukku.

Dan ya memang benar, ada kejutan. Kejutan yang benar-benar membuatku terkejut setengah mati, hingga berujung mendekati kematian.

Sudah cukup curiga ketika pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumah ini karena dekorasi bak acara pernikahan. Namun aku selalu berpikir positif, ini dekorasi untuk pemanis saja.

Hingga langkah kakiku terhenti di depan pintu, disambut oleh ucapan yang membuatku terpaku melihatnya.

"Selamat datang dihari bahagia kami, kak."

Dia Helena, sepupuku dari pihak ibu. Masuk ke daftar orang kepercayaan ku sehingga mengelola perusahaan keluarga. Perusahaan yang diberikan kakek dari pihak ayahku.

Helena menyambut kedatanganku dengan wajah sumringah . Gaun putih membalut tubuh indahnya. Kulihat jari manisnya sudah tersemat cincin pernikahan yang harganya terbilang mahal. Untuk seorang Helena, itu benar-benar mewah.

Tapi bukan itu yang membuatku salah fokus. Sosok pria yang digandeng mesra olehnya, itu yang membuatku berdiri mematung dan berakhir melayangkan tatapan tajam pada mereka.

Gama Yudistira, dia suamiku.

Dia berdiri di samping Helena dan dengan santai mengusap tangan Helena disertai senyum bahagia.

Aku membatin.

"Apa-apaan mereka? Bisa-bisanya bersikap romantis seperti ini di depanku?"

Ku lihat dengan jelas jari manisnya sudah tidak ada lagi cincin pernikahan kami. Sudah berganti cincin lain yang ku pastikan itu sepasang dengan cincin yang dipakai oleh Helena.

"Apa maksudnya?" tanyaku tidak tahan meminta penjelasan dari mereka. "Bukankah harusnya ini acara khusus untuk perayaan rumah baru kita, Gama?"

Aku menatap dingin suamiku namun suara tawa Helena membuat dadaku terasa sesak.

"Ini acara pernikahan ku dan Gama, kak. Dan rumah ini milik kami."

Jawaban Helena membuat jantungku berpacu lebih cepat, badanku mendadak panas dingin.

"Apa maksudmu, Helena?" ujarku penuh penekanan. "Gama adalah suamiku dan rumah ini aku yang membelinya. Jadi mana mungkin bisa menjadi milik kalian?" lanjut ku tidak terima.

Helena melirik Gama. "Jelaskan padanya, agar dia tahu bagaimana posisinya sekarang."

Aku langsung mengalihkan pandangan kepada suamiku yang tetap berdiri tenang disamping Helena. Dia seperti bukan Gama yang ku kenal.

"Apa maksud semua ini, sayang?" tanyaku mencoba berkata lembut. "Kalian tidak berselingkuh kan?" tambah ku to the point. Berharap dia menjawab tidak.

Namun nyatanya Gama menjawab cukup panjang dan aku merasa itu semua bohong.

"Sejak awal yang kucintai itu hanya Helena. Bukan dirimu, Aruna. Menikah dengan mu adalah sebuah keterpaksaan yang harus aku lakukan demi mendapatkan semua ini." Gama merentangkan tangan, menatap kagum dan bangga bangunan rumah ini. "Asal kamu tahu, mulai sekarang semua harta kekayaanmu sudah jatuh ke tanganku. Semua sudah atas namaku dan beberapa juga atas nama Helena. Jadi, ayo kita berpisah karena kamu tidak berguna lagi. Kamu aku ceraikan, semua berakhir sampai disini dan kita tidak ada hubungan lagi."

Jelas aku terkejut mendengarnya, kakiku terasa lemas bak tulangku berubah menjadi jelly. Sembari tersenyum menggelengkan kepala aku berkata...

"Kamu bohong, kalian pasti bohong. Kalian pasti sedang mengerjai ku kan?"

"Aku serius, Aruna. Hanya Helena yang ku cinta. Aku dan Helena sedari awal memanfaatkan mu saja." jawab Gama dengan lantang. "Bahkan saat ini, Helena sudah mengandung anakku." sambung Gama merangkul mesra pinggang Helena.

Aku masih tidak percaya. "Tidak mungkin, kamu hanya mencintai aku. Dan aku juga sedang mengandung anak kita, sayang. Bukankah kamu juga sangat bahagia saat tahu kabar kehamilan ku?" ku usap lembut perut ini, ada bayi buah cinta kami, aku dan Gama.

"Aku kemarin hanya berpura-pura saja, Aruna. Aku tidak benar bahagia atas kehamilan mu itu. Bahkan jika anak itu mati sekalipun tidak ada rasa menyesal sama sekali. Karena anakku hanya yang lahir dari rahim Helena saja."

JLEBB

Perkataan Gama bak pisau yang menusuk dada. Itu terdengar sangat menyakitkan dan membuat perutku mendadak keram. Mungkin ini pertanda bayi dalam perutku turut sedih mendengarnya.

"Tega kamu mengatakan itu?" ucap ku benar-benar kecewa. "Kamu memanfaatkan ku, mengambil semua kekayaanku, mengkhianati ku dan kini tidak memperdulikan darah daging mu sendiri. Kamu lebih hina dari seekor binatang, Gama."

Pernikahan yang sudah berjalan dua tahun ternyata dipenuhi kebohongan. Semua perhatian dan kasih sayang dari Gama hanya untuk mengecoh diriku saja.

Ini sebuah pengkhianatan yang tidak akan bisa dimaafkan, bahkan bayi yang belum dilahirkan turut menjadi korban keegoisan dua manusia ini.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
37 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status