Saat hidupnya runtuh satu per satu. Suami yang dicintai menikah dengan sepupunya, mendengar kabar kematian keluarganya dan kehilangan bayi dalam kandungan. Aruna sempat merasa hidupnya tak layak lagi diperjuangkan. Diambang kematian, dia masih berharap kandungan dan keluarganya selamat. Pikirannya gelap, tubuhnya mendadak tak lagi merespon... hingga ia terbangun kembali. Tapi yang dilihat bukan ruang rumah sakit atau dunia setelah kematian. Melainkan dirinya dua tahun yang lalu, terbangun di kamar kesayangannya sendiri. Tahun saat semuanya belum dimulai. Saat ia belum mengenal rasanya di khianati dan kehilangan. "Apa ini mimpi? Reinkarnasi? Keajaiban? Atau hanya ilusi?" Aruna menangis dan bernapas penuh kelegaan. Bak diberi kesempatan kedua, ia tahu hidup tidak boleh di ulang dengan cara yang sama. Tapi apakah takdir bisa di ubah? ataukah luka lama tetap mencari jalannya?
Lihat lebih banyakTelepon di meja terus berdering saat aku sedang memeriksa laporan keuangan perusahaan. Sejak pagi tadi, ayah meminta bantuan padaku untuk melakukan pemeriksaan atas data penjualan produk beberapa bulan terakhir. Disinilah aku duduk sembari membuka tumpukan dokumen ditemani Vidi, salah satu karyawan kepercayaan ayah yang ditempatkan di divisi keuangan. "Nona Aru, maaf apa tidak sebaiknya diangkat dulu. Takutnya penting." Mungkin karena terganggu dengan dering telepon yang tak kunjung berhenti, Vidi menyarankannya itu. Aku menghentikan aktivitas ku sejenak. Melihat nama yang tertera di layar. "Helena... " batinku terasa bahagia. Dia pasti sedang dilanda kebingungan dengan berita pagi ini. Sebuah hadiah yang sudah aku persiapan sebelumnya, khusus untuk dirinya. Ku ambil telepon, bukan berniat untuk mengangkatnya namun mengubah ke mode hening. Helena menelpon ku pasti untuk meminta bantuan. Enak saja, ini baru permulaan. "Tidak diangkat?" tanya Vidi. "Telepon tidak penting, Vid. Le
"Apa yang terjadi denganmu dan Gama? Bukankah kamu sangat menyukai Gama dan berharap bisa menikah dengannya? Tapi kenapa saat orang tua Gama menawarkan sebuah pernikahan kamu malah menolaknya?"Ayah mengajakku bicara empat mata setelah Gama dan orang tuanya pulang. Mereka pergi dengan kekecewaan, karena aku terus menolak dengan tegas tawaran pernikahan yang mereka berikan.Gama sempat mengajakku bicara berdua juga aku tolak. Aku belum siap bicara berdua dengannya, takut lepas kendali dan malah menghajarnya.Dan Helena, dia langsung pergi ke kamarnya setelah Tante Lisa mengatakan tidak mau Gama menikah dengannya."Helena, kamu memang cantik. Tapi cantik saja tidak cukup untuk jadi istri Gama. Tante jelas tahu layar belakang mu seperti apa. Jadi maaf sekali, kamu tidak cocok dengan Gama."Helena tidak menjawab apapun, dia meletakkan nampak berisi minum di meja lalu pergi begitu saja."Jawab Aruna. Kenapa diam saja?" tanya ayah membuyarkan lamunanku."Ekhmmm,,," aku mengatur napas dan me
Aku menyapa ramah kedua orang tua Gama, mengalami mereka sebagai bentuk rasa hormat. Tante Lisa langsung menarik ku agar duduk disampingnya, ini jelas adegan yang sama seperti di kehidupan sebelumnya."Kamu kenapa ga pernah main ke rumah tante lagi? Apa lagi berantem sama Gama?" tanya Tante Lisa.Aku tersenyum samar, menggenggam tangan wanita ini. "Maaf tante, aku lagi bantuin ayah di perusahaan. Kak Rei sudah fokus dengan perusahaannya sendiri, sedangkan Kak Luz juga harus mengurus Mecca yang tahun ini bersiap masuk sekolah dasar. Jadi, mungkin kedepan aku akan jarang mengunjungi rumah tante."Wajah Tante Lisa terlihat kecewa mendengarnya. "Oh begitu, padahal tante senang kalo kamu main ke rumah. Jadi rame rumah. Iya kan, pa?" kata Tante Lisa pada suaminya, Om Gandi."Iya nih, rumah sepi kalo kamu ga main. Kayaknya emang kita butuh cucu, ma. Biar rumah bisa ramai. Tapi Gama belum nemu calonnya nih."Jawaban Om Gandi jelas sebuah kode yang ditujukan untukku. Mereka pasti mengira setel
Aku jelas tahu pendarahan ini sangat parah, kemungkinan kecil untuk bisa mempertahankan anakku. Jelas aku mendengar dokter bertanya dan ingin sekali menjawab, tapi bibir ku terasa kaki, kedua mataku terasa berat seakan enggan untuk dibuka. Dalam hati aku hanya bisa berdo'a meski mustahil sekali rasanya."Tolong selamatkan anakku. Tolong selamat keluargaku. Aku sangat mengkhawatirkan mereka."Sayup-sayup terdengar kembali percakapan dokter dan perawat."Dok, suami pasien masih dalam perjalanan dari luar kota. Operasi belum bisa dipaksakan.""Keadaan pasien semakin kritis. Kita harus segera tindakan jika tidak akan membahayakan keduanya."Aku jelas tahu, Gama berbohong. Dia sedang tidak diluar kota. Tindakannya ini jelas untuk membunuhku dan anakku. Tentu dibandingkan segera datang ke rumah sakit, dia pasti lebih memilih menikmati acara pesta pernikahannya dengan Helena."Biadap, aku membenci mu, Gama. Aku membenci mu, Helena."Semua terasa gelap, dan tiba-tiba aku tidak sadarkan diri k
"Jangan menunjukkan raut wajah menjijikkan mu itu, kak. Aku mual melihatnya." Helena berkata dengan nada mengejek.Aku memandang Helena yang kini sikapnya bertolak belakang dari sebelumnya. "Kamu benar Helena?" tanyaku terdengar konyol. "Aku selalu memperlakukan mu dengan baik. Bahkan saat pertama kali kamu datang ke rumah, memohon diberikan izin untuk tinggal sementara, aku langsung mengizinkan mu. Tapi ini balasan mu kepadaku?"Helena tersenyum mendengarnya. "Ya itu salahmu sendiri, gampang percaya dengan orang baru. Kamu juga terlalu bodoh soal cinta, kak. Kamu juga buta dengan sikap Gama yang sering kali memperhatikan ku dan menganggapnya hal wajar, seperti bentuk perhatian seorang kakak kepada adiknya. Padahal sudah jelas tatapan perhatian yang Gama tujukan padaku adalah bentuk dari rasa cinta. Tapi baguslah, dengan begitu rencanaku untuk menguasai hartamu bisa berjalan dengan mudah. Semua berjalan sangat mulus, dan sekarang hidupmu sudah miskin. Nasib kita sudah berbanding terba
Pintu Unit Gawat Darurat (UGD) terbuka dengan cepat ketika seorang wanita hamil di dorong masuk menggunakan ranjang dorong. Wajahnya pucat pasi, napasnya terengah-engah, rambutnya basah oleh keringat dingin dan celana panjang berwarna putih tampak berlumuran darah. Dia datang diantar sopir taksi yang turut panik melihatnya."Sus, dia sepertinya pendarahan. Saya tidak sengaja melihatnya terkapar di pinggir jalan." ujar si sopir, napasnya terengah.Tampak setengah sadar dan menahan rasa sakit yang datang terus menyerang, wanita itu mencengkram perutnya yang mulai membulat dengan erat. Seolah berusaha menahan dan melindungi apa yang ada di dalamnya."Terimakasih, pak, sudah cepat membawa ibu ini kesini. Sekarang biar kami tangani dulu, ya. Kalau tahu kontak keluarganya bisa tolong bantu hubungi, ya pak?" kata seorang perawat dan bergegas menutup pintu UGD.Sopir taksi itu mengangguk cepat, dengan heran langsung membuka tas yang tadi ia temukan disamping tubuh wanita hamil itu. Berharap m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen