Share

Memanfaatkan Keadaan

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2022-10-21 11:40:04

Wajah Titi memerah sempurna, tangannya terkepal dengan cukup keras. Tanpa aba-aba, Titi langsung melangkah, hendak melayangkan tamparan pada Nita.

Akan tetapi, dengan cepat Herman langsung mencekal tangan Titi, hingga perempuan itu meringis kesakitan.

Martin yang melihat hal tersebut, bukannya membantu Ibunya yang terus meringis, dia malah mundur beberapa langkah, ketika secara tidak sengaja dia saling bertatapan dengan Herman.

"Martin, mau ke mana kamu? Bantu, Ibu!" pekik Titi, membuat beberapa orang menatap ke arahnya. Tapi, tidak seorangpun yang mau membantunya.

"Jangan pernah berani menyentuh Nita sedikitpun, kalau kamu tidak ingin berurusan dengan saya!" ucap Herman dengan penuh penekanan. Sebelum akhirnya, melepas cengkraman tangannya.

Titi mendelik, tatapan kebencian dia layangkan pada Nita yang tengah tersenyum sinis.

"Memangnya siapa kamu? Saya Ibu mertuanya dan saya lebih berhak dari pada kamu," teriak Titi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke dada Herman, kemudian mendorongnya secara perlahan.

"Kamu tidak perlu tahu, siapa saya sebenarnya."

Mendengar hal tersebut, Titi langsung menyilangkan tangannya di dada, satu sudut bibirnya terangkat ke atas.

"Benar, 'kah? Ah, aku tahu sekarang, kamu selingkuhan menantuku, 'kan?" tanya Titi sambil memandang rendah ke arah Nita yang tengah membulatkan mata. "Menantuku itu memang cukup cantik, hanya saja dia terlihat seperti g*mb*l, jadinya tidak terlalu menarik. Masih untung, anakku mau bertahan dengan perempuan seperti dia."

Tentu saja Nita tidak terima dengan hinaan mertuanya itu, dia langsung maju ke arah Ibu mertuanya, menatap wanita angkuh itu dengan tajam.

"Lihat saja, Bu, wanita yang kau hina layaknya g*mb*l ini, akan berubah menjadi ratu hanya dalam hitungan hari."

Titi terkekeh pelan, seakan-akan yang Nita ucapku itu adalah sebuah lelucon. 

"Lihatlah, wanita itu berkhayal menjadi seorang ratu," teriak Titi di sela-sela tawanya sambil memandang seisi restoran. "Ratu mainan Om-om kali!"

Mendengar hal tersebut, dada Nita semakin naik turun, giginya gemertuk menahan amarah.

Bahkan, di hadapan orang banyak seperti ini saja, Ibu mertuanya itu malah semakin gencar mempermalukannya, seolah-olah menjadi penderita dan amarah orang lain adalah hiburan tersendiri baginya.

Melihat Nita hampir berada di luar kendali, Om Herman langsung meraih ponselnya, menelpon seorang satpam.

"Cepat, masuk dan seret kedua orang pembuat keributan ini untuk keluar dari restoran sekarang juga!"

"Baik, Pak!"

Tidak lama kemudian, dua orang satpam datang dari pintu utama. Tanpa basa-basi, keduanya langsung menyeret Martin dan Titi keluar dari restoran.

"Lihat saja, Nita, akan aku adukan perselingkuhanmu ini pada suamimu!" Ancaman Titi tidak membuat Nita bergeming sedikitpun. Biarkan saja dia mengadukan semuanya pada Fahmi.

Nita tidak peduli lagi.

***

Sore harinya, Nita dan Andika diantar pulang oleh Om Herman menuju kediamannya. Sepanjang perjalanan, Nita malah membisu sementara Andika justru sebaliknya, anak itu terus saja berceloteh.

"Nita, apa yang kamu pikirkan?"

"Tidak, Om!" bohong Nita, padahal sebenarnya dia memikirkan banyak hal, termasuk apa yang harus dia katakan pada suaminya suatu saat nanti.

Dari dulu, Fahmi memang tidak mengetahui jika Nita adalah seseorang yang terlahir dari keluarga serba kecukupan, karena Nita memutuskan untuk menyembunyikan semuanya sejak awal.

Nita terbiasa hidup mandiri dan sederhana, mungkin karena itulah orang-orang tidak mengetahui keberadaan tentang dirinya.

Bahkan, karena kesederhanaannya itu, banyak sekali anak rekan kerja almarhum Papahnya yang tertarik dengan Nita, tapi dengan keras kepalanya Nita menolak dan memutuskan menikah dengan Fahmi tanpa persetujuan kedua belah pihak keluarga.

Hingga pada akhirnya, Nita menyesal.

Ya, dia menyesali semua tindakannya. Karena pada nyatanya, keluarga Fahmi memperlakukannya dengan kasar.

"Jangan pikirkan banyak hal, Om, bisa mengatur semuanya untukmu."

"Terima kasih, Om."

Nita begitu bersyukur, meskipun Ayahnya sudah lama pergi, tetapi setidaknya dia punya sosok Ayah pengganti yang tidak kalah baik, seperti Om Herman.

"Sama-sama, Nita. Kamu sudah jadi tanggung jawab, Om, sedari dulu."

Tidak lama kemudian, Herman menepikan mobilnya di samping rumah Nita. Tanpa merasa curiga sedikitpun, Nita langsung turun dari mobil, di susul oleh Andika dan Om Herman.

"Nita, cepatlah pindah dari sini, rumahmu sudah tidak cukup layak."

Nita menoleh, memperhatikan rumahnya yang dia pikir masih bagus dan nyaman.

"Aku rasa rumahku masih bagus, Om."

"Yeah, dapat!" pekik seseorang dari belakang Nita.

Sontak, Nita menoleh, menatap Martin yang tengah menyeringai.

"Apa yang kamu lakukan di sana?!" teriak Om Herman, tetapi tidak Martin hiraukan.

"Tentu saja memotret kalian dan memberikannya pada Fahmi, aku yakin dia akan murka, melihat istrinya berselingkuh dengan Om-om."

"Aku tidak selingkuh! Kamu keterlaluan."

Nita begitu murka, ketika dia hendak menghampiri Martin, Om Herman langsung mencekal lengannya.

"Biarkan saja, biar Om yang urus, kamu tidak usah khawatir!"

"Tapi, apa yang akan Om lakukan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Nita, Herman malah tersenyum tipis, tidak lama kemudian bibirnya berubah menyeringai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kus tiyah Tiyah
ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Lawan Saja

    "Tidak!" sahut Bu Nurul dengan cepat."Oh, iya, kapan Ibu pulang dari rumah saya?"Bu Salma yang ada di samping Nita langsung membulatkan mata, kala mendengar pertanyaan yang baru saja Nita lontarkan.Tidak Bu Salma duga, kalau sebelum ke sini, Bu Nurul lebih dulu ke rumah Nita dan Bu Salma yakin, pasti ada yang tidak beres di sini."Lah, Nurul dari rumahmu, Nita?""Iya, Bu. Bu Nurul dari rumah saya, kebetulan Ibu dan Mas Martin pun ada di sana."Sudah Salma duga, kalau ada yang tidak beres di sini. Semua juga tahu, kalau Nurul adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Bu Titi--mertua Nita.Di sini Salma yakin, kalau Titi dan Nurul sengaja merencanakan ini semua untuk menjelek-jelekkan Nita di depan orang-orang."Ah, pantas saja! Sekarang aku mengerti semuanya, Nita," seru Bu Salma sambil melayangkan tatapan tajam ke arah Bu Nurul yang tampak kikuk."Mengerti tentang apa, Bu?""Kalau Nurul dan Bu Titi membuat rencana untuk menjelekkanmu di hadapan orang-orang.""Apa?!" pekik Ni

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Pertengkaran

    "Eh, Bu Salma, say bukan biang gosip, ya! Tetapi, saya ceritakan semua yang ada. Ini sesuai fakta," sergah Bu Nurul, tidak terima dengan tuduhan yang Bu Salma lontarkan padanya.Bu Salma hanya mendelik, dia tahu betul kalau Bu Nurul pasti tidak akan terima dengan tuduhannya.Wanita itu memang tidak bisa berkaca sedikitpun, padahal jelas-jelas dia menyebarkan gosip yang tidak-tidak tentang Nita."Capek saya ngomong sama orang kek kamu, tuh. Hobinya jelek-jelekin orang saja, gak pandang bulu, keluarga dekat sana suka kena imbasnya."Sontak, semua orang yang ada di warung Bu Ainun pun saling berbisik satu sama lain, membuat Bu Nurul menoleh beberapa kali.Akan tetapi, tidak seorangpun hiraukan dan semua orang yang ada di sana pun tahu, kalau Bu Salma dan Bu Nurul bisa di bilang adalah saudara.Hubungan keluarga keduanya bisa di bilang cukup dekat, hanya saja memang mereka tidak akur, dikarenakan Bu Nurul sering sekali menyebar gosip ataupun membuka aib tentang keluarga orang lain, termas

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Biang Gosip

    "I-Ibu, sudah sadar?" bisik Martin sambil memindai seisi ruangan, takut tiba-tiba ada orang yang datang."Dari tadi aku sudah sadar, hanya saja aku tetap berpura-pura masih tidak sadarkan diri," balas Titi dengan nada bicara yang tidak kalah pelan."Ah, Ibu membuatku khawatir."Titi memegang sedikit kepala bagian belakangnya, dia meringis, ketika secara tidak sengaja memegang lukanya."Ibu, harusnya lebih hati-hati lagi," sambung Martin."Ke mana Fahmi dan Nita?""Mereka ada di dapur, kamu tahu tidak, Titi, kalau Fahmi dan Nita tengah bertengkar hebat, benar, 'kan, Martin?" ucap Bu Nurul sambil menoleh ke arah Martin, membuat pria langsung menghela napas panjang. Martin bukannya tidak ingin memberitahukan Ibunya tentang rencana yang telah dia susun, hanya saja melihat kondisi Ibunya yang masih kurang baik, jadinya Martin segera mengurungkan niatnya.Akan tetapi, ternyata Bu Nurul lebih dulu memberitahukannya pada Ibunya, tanpa meminta ijin padanya terlebih dahulu.Tentu saja, hal itu

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Sebuah Rencana Baru

    "Kenapa berpikir seperti itu? A-aku benar-benar tidak memiliki hubungan dengan siapapun, apalagi sampai melakukan hal yang kamu pikirkan saat ini, Nita."Fahmi berusaha menjelaskan semuanya pada Nita. Dia tidak ingin, kalau perempuan itu sampai salah paham terus padanya.Padahal, memang benar semua yang dia katakan, kalau dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan siapapun di luar sana."Sudahlah, Mas, kamu diam saja. Aku tidak percaya lagi padamu.""Nita ...," lirih Fahmi dengan penuh penekanan. Jujur saja, Fahmi sedikit kesal dengan Nita, dia bahkan begitu kecewa dengan istrinya, kenapa di saat seperti ini dia malah tidak mempercayai dirinya.Padahal, selama ini Fahmi sudah berusaha selalu percaya padanya, di saat mereka berdua saling berjauhan. Bahkan, dia cukup menjaga komunikasi dengan Nita, sesibuk apapun dirinya."Aku malas berbicara denganmu, Mas. Jangan ganggu aku," balas Nita tanpa menoleh sedikitpun. Dia masih berfokus memotong beberapa sayuran.Padahal sebenarnya, piki

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Nita Mulai Abai

    "Tidak ada," jawab Nita dengan singkat, kemudian melangkah keluar warung.Tidak ingin kehilangan jejak Nita, sekaligus diselimuti rasa penasaran yang tinggi, Fahmi segera mengikuti langkah Nita, dia ingin menanyakan berbagai hal pada istrinya tersebut."Saya permisi dulu, Bu," ucap Fahmi kala melewati tubuh Bu Zainal."Iya, Fahmi."Sekilas, Fahmi dapat menangkap adanya raut kekhawatiran yang terpancar di wajah Bu Zainal.Tentu saja, hal itu semakin menguatkan rasa penasaran yang sudah tertanam di dalam dirinya."Nita!" panggil Fahmi, ketika melihat istrinya berjalan ke kebun belakang rumahnya.Nita menoleh selama beberapa detik, kemudian kembali melanjutkan langkahnya."Ada apa, sih, Mas!""Nita, tolong jelaskan dulu pada Mas. Kamu, Mbak Tari dan Bu Zainal sedang membicarakan apa? Sebenarnya apa yang kalian bahas tadi?""Itu bukan urusan kamu, Mas! Lagipula, jangan pernah ikut campur dalam masalahku. Aku memang mau ikut denganmu, tetapi jangan harap kalau aku percaya dan sudah memaafk

  • KETIKA ISTRI SUDAH TIDAK BUTUH UANG GAJIAN SUAMI   Ketahuan

    Tidak ingin Fahmi membawa keluarga kecil ke kota tempatnya bekerja, Titi dan Martin sama-sama berpikir keras, mencari cara agar bisa menggagalkan rencana Fahmi.Titi dan Martin tidak ingin, jika uang yang selama ini mereka nikmati, hilang seketika hanya gara-gara Nita tidak tinggal dengan mereka lagi.Bugh!"Ibu!" pekik Martin, menarik perhatian semua orang termasuk Nita dan Tari. "Ya, ampun, Ibu, kenapa?" Martin berusaha mengangkat tubuh Ibunya yang tergeletak di tanah. Entah sengaja atau tidak, tetapi kepala Titi mengenai sebuah batu, hingga perempuan itu benar-benar kehilangan kesadaran.Semua orang begitu panik, termasuk Fahmi yang langsung berlari, menghampiri Ibunya. Fahmi dan Martin segera mengangkat tubuh Titi. Di saat itu pula, mereka melihat ada bercak darah yang tersisa di atas batu."Ya Tuhan, kenapa bisa seperti ini," raung Martin. Padahal sebenarnya dia yakin, kalau awalnya Ibunya tersebut hanya bersandiwara.Akan tetapi, sepertinya Ibunya tersebut tidak menyadari adan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status