Share

Bab 2 part 141

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2025-03-18 20:41:48

Mobil melaju kencang menembus gelapnya malam. Alisa duduk di kursi belakang, kedua tangannya terikat, sementara Rio terus menekan pedal gas.

Di sampingnya, seorang pria berwajah kasar dengan luka di pipi menyeringai puas.

Alisa berusaha berpikir jernih. Rio jelas sudah kehilangan akal sehat. Tapi yang lebih mengejutkan adalah ucapannya barusan.

"Bunda tak pernah cerita jika pernah secara tak langsung membunuh orang yang mencintainya?"

"Apa maksudmu tadi?" Alisa akhirnya bertanya, suaranya gemetar.

"Apa hubungan ibuku dengan semua ini?"

Rio tertawa kecil. "Akhirnya penasaran juga, ya?"

Ia melirik Alisa melalui kaca spion.

"Kamu pikir ibumu sesuci itu? Nggak, Lis. Dia punya masa lalu yang lebih kelam dari yang kamu bayangkan."

Alisa menggeleng, menolak mempercayai kata-kata Rio.

"Bohong! Ibu nggak mungkin—"

"Kamu tahu Elzio?" potong Rio tajam.

Jantung Alisa mencelos.

Nama itu asing, tapi ada sesuatu dalam cara Rio mengatakannya yang membuatnya bergidik.

"Elzio... siapa?"

Rio menyer
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 142

    Di Tempat ElzioMobil Rio berhenti di depan sebuah rumah tua yang terlihat menyeramkan. Cahaya lampu remang-remang menerangi halaman yang penuh dengan ilalang liar.Alisa menelan ludah. Perasaannya tidak enak."Kita di mana?" tanyanya dengan suara gemetar.Rio tidak menjawab. Ia keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Alisa. Pria dengan luka di pipi menyeret Alisa keluar."Lepaskan aku!" Alisa berusaha memberontak, tapi pria itu mencengkeramnya lebih keras.Mereka berjalan ke depan rumah. Rio mengetuk pintu beberapa kali, lalu menunggu.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Pintu kayu tua itu terbuka dengan berderit.Di baliknya berdiri seorang pria yang tampak lusuh. Rambutnya berantakan, wajahnya dipenuhi janggut yang tak terawat. Matanya kosong, tapi ada kilatan aneh di dalamnya."Om..." Rio memanggilnya dengan lembut, seperti berbicara pada anak kecil.Pria itu menatap mereka satu per satu sebelum matanya jatuh pada Alisa.Sekelebat emosi muncul di matan

    Last Updated : 2025-03-18
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 143

    Malam semakin larut, dan hawa dingin mulai menyelimuti rumah tua itu. Angin berdesir melewati celah-celah jendela yang tak terawat, membuat suasana semakin mencekam. Alisa duduk di sudut ruangan, tubuhnya tegang. Meski tangannya sudah terbebas, pikirannya masih terkunci dalam ketakutan.Di seberang ruangan, Elzio berjalan mondar-mandir, sesekali tertawa kecil tanpa alasan yang jelas. Tatapannya kosong, seperti seseorang yang tersesat dalam pikirannya sendiri. Sementara itu, Rio duduk di kursi dengan wajah kesal, jelas sekali dia tak suka bagaimana keadaan berbalik melawan rencananya."Kita nggak bisa nunggu Tari datang begitu aja," geram Rio. "Aku nggak mau buang waktu!"Elzio tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia menoleh tajam ke arah Rio. "Diam kau! Aku yang memutuskan di sini!" suaranya bergetar, entah karena emosi atau kondisi mentalnya yang semakin tak stabil.Alisa memanfaatkan momen itu untuk berbicara. "Jika kau ingin ibuku datang, kau harus membiarkanku menghubunginya," katan

    Last Updated : 2025-03-18
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 144

    Alisa menahan napas. Bunda datang!Pintu rumah terbuka perlahan. Tari melangkah masuk dengan hati-hati, matanya langsung mencari putrinya."Alisa!"Alisa bangkit berdiri, matanya berkaca-kaca. "Bunda!"Namun, sebelum ia bisa melangkah, Rio menarik lengannya kasar. "Jangan bergerak!"Tari menegang, matanya beralih ke Elzio yang berdiri di sudut ruangan."Elzio…" bisiknya.Pria itu perlahan menoleh. Untuk beberapa detik, keduanya hanya saling menatap. Ada begitu banyak emosi di mata Elzio—kerinduan, kemarahan, kepedihan."Tari…" suaranya serak. "Akhirnya kau datang."Tari melangkah maju dengan hati-hati. "Aku tidak pernah ingin menyakitimu, Elzio."Elzio tertawa kecil, tapi tawanya penuh kepahitan. "Tidak? Lalu kenapa aku kehilangan segalanya? Kenapa aku hidup dalam kegelapan selama ini?"Rio menatap Tari penuh kebencian. "Om, jangan dengarkan dia! Tari sudah menghancurkan hidupmu! Sekarang saatnya dia merasakan penderitaan yang sama!"Elzio menatap Rio lama. Kemudian, sesuatu yang tak

    Last Updated : 2025-03-18
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 145

    Suasana di rumah kembali sunyi setelah keributan yang begitu menegangkan. Tari memandang Alisa yang masih terisak dalam pelukannya, tangannya terus membelai lembut rambut putrinya, mencoba menenangkan gadis kecilnya yang baru saja mengalami kejadian mengerikan.Nadhif mendekati mereka, matanya masih menyiratkan amarah yang belum sepenuhnya reda. “Sudah selesai,” gumamnya lirih.Namun, tak ada yang benar-benar merasa lega. Bayangan kejadian barusan masih membekas di benak masing-masing.Alif berjalan menghampiri Alisa, menunduk di hadapan adiknya. “Kamu baik-baik aja?” tanyanya pelan.Alisa mengangguk, meskipun jelas matanya masih menyimpan ketakutan. “Aku… aku cuma ingin pulang,” bisiknya.Tari mengusap pipi anaknya dengan lembut. “Kita pulang sekarang.”Nadhif berdeham, kemudian menoleh pada Wildan. “Kamu ikut pulang?”Wildan menatap lurus ke arah pintu yang baru saja dilewati polisi yang membawa Rio dan Elzio. Rahangnya mengeras sebelum akhirnya ia menggeleng. “Aku masih ada urusan

    Last Updated : 2025-03-20
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 2 season 146

    Keduanya kembali terdiam, hingga akhirnya rasa lelah mengalahkan ketakutan mereka. Perlahan, Alisa pun terlelap dalam genggaman saudari kembarnya.DI TEMPAT YANG BERBEDA…Di dalam ruang tahanan sementara, Rio duduk bersandar di dinding, wajahnya masih menyiratkan kemarahan. Bahunya yang terluka sudah diperban, tapi rasa sakit yang ia rasakan jauh lebih dalam dari sekadar luka fisik.Seorang pria duduk di sampingnya, menatapnya dengan ekspresi datar.“Kau benar-benar kacau, anak muda.”Rio menoleh, menatap pria itu dengan tajam. “Siapa kau?”Pria itu menyeringai tipis. “Seseorang yang tahu betul bagaimana rasanya dikhianati.”Rio memicingkan mata. “Apa maksudmu?”Pria itu menyandarkan kepalanya ke dinding. “Hanya saja… aku tertarik padamu. Aku bisa membantumu, jika kau mau.”Rio menyipitkan mata, curiga. “Bantu apa?”Pria itu tertawa kecil. “Balas dendam, tentu saja.”Rio terdiam. Lalu perlahan, sebuah senyum miring terukir di wajahnya.Mungkin… ini kesempatannya. Rasa sakit hati pad

    Last Updated : 2025-03-20
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 147

    Tari menelan ludah, tangannya mulai gemetar.Seolah memahami ada yang tidak beres, Nadhif yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri Tari. “Ada apa?”Tari menunjukkan ponselnya.Nadhif membaca pesan itu. Rahangnya mengeras.“Aku akan cari tahu siapa yang mengirim ini.”Tapi Tari tahu… perasaan mencekam yang menyelimutinya tidak akan hilang begitu saja.Ketakutan itu kembali.Kedamaian yang baru saja mereka rasakan…Telah direnggut lagi. Siapa lagi pelakunya? Rio lagi? Apa Elzio? Tak mungkin mereka keluar dari penjara secepat itu?***Malam di vila itu terasa lebih dingin dari biasanya. Angin pantai yang bertiup lembut seharusnya membawa ketenangan, tapi di dalam kamar, Tari justru merasakan hawa yang menyesakkan. Pesan singkat di ponselnya masih terpampang di layar, membuat dadanya semakin berdebar.Siapa pun yang mengirim pesan itu tahu persis bagaimana menghancurkan ketenangannya.Tari menoleh ke arah Nadhif, yang masih berdiri di dekat jendela dengan ekspresi serius. Ia

    Last Updated : 2025-03-21
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 148

    Tiba-tiba…Tok… Tok… Tok…Ketukan pelan terdengar dari jendela kamar.Tari menahan napas, jantungnya berdegup kencang.Matanya langsung tertuju pada jendela, tapi yang terlihat hanyalah bayangan hitam di balik tirai.Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya dan menelepon Nadhif yang tidur di kamar sebelah."Mas… Ada seseorang di luar," bisiknya.Tak sampai satu menit, pintu kamar Tari terbuka, dan Nadhif masuk dengan wajah serius. Ia melangkah cepat menuju jendela, lalu membuka tirai dengan gerakan cepat.Tidak ada siapa-siapa.Namun, sesuatu di lantai luar jendela membuat Tari bergidik ngeri.Sebuah boneka lusuh tergeletak di sana.Dan di dadanya…Terdapat secarik kertas dengan tulisan tangan yang tidak rapi."Apa kamu takut, Tari?"Tari menggigit bibirnya, napasnya tersengal saat menatap boneka lusuh itu. Tulisan di kertas kecil yang terselip di dadanya membuat bulu kuduknya meremang.Nadhif menatap boneka itu dengan ekspresi gelap. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam. Ia segera

    Last Updated : 2025-03-21
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 149

    Tari menelan ludah, hatinya mendadak tak enak."Mbak Rina dengar dari siapa?" tanyanya hati-hati.Mbak Rina mengibaskan tangan santai. "Ya, ada lah. Namanya juga kampung, semua orang suka ngomongin urusan orang lain," katanya sambil terkekeh.Nadhif menghela napas, jelas tak nyaman dengan pembicaraan ini."Apa yang mereka bilang?"Rina langsung menaruh tasnya di sofa lalu duduk dengan santai. "Katanya, ada yang meneror kalian? Ada urusan sama orang yang pernah kalian musuhi? Waduh, Ndif… kok hidup kamu jadi kayak sinetron sih?"Tari dan Nadhif saling bertukar pandang. Mereka belum berniat membicarakan masalah ini dengan orang luar, bahkan dengan keluarga sendiri.Tapi Mbak Rina memang selalu begitu. Kepo dan tak bisa menahan rasa ingin tahunya."Udah lah, Mbak. Jangan bahas itu," ujar Nadhif akhirnya.Rina mendengus. "Lho, aku ini kakak kamu! Masa aku nggak boleh tahu masalah keluarga sendiri?"Tari mencoba tersenyum, berusaha menenangkan situasi. "Bukan begitu, Mbak. Masalah ini cuku

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 19

    Alif menghela napas panjang. “Kita semua ikut keputusan itu, Sayang. Tapi kalau Naira sekarang makin keras kepala, ya mungkin karena selama ini kita terlalu nahan dia hidup sesuai versi kita.”Nayla menunduk. “Tapi Gio… aku cuma takut dia tumbuh tanpa stabilitas.”“Aku bisa urus pendidikan Gio kalau Naira masih belum siap. Tapi bunda juga harus bisa nerima kenyataan—Naira bukan anak kecil lagi.”Nayla menatap anak sulungnya, dan untuk pertama kalinya, dia merasa sangat tua. Sangat kalah oleh waktu.**Malam itu, Naira duduk sendirian di dapur. Gio sudah tidur. Winda belum pulang. Di depannya, secangkir teh yang sudah dingin.Ia membuka WhatsApp. Mengetik pesan untuk Aleeya.> Leeya… kalau aku titip Gio beberapa hari, kamu mau jagain?Pesan belum dikirim. Tapi matanya sudah basah.Karena ternyata… jadi ibu tidak sekadar melahirkan. Tapi juga berani memilih—bahkan saat hatinya sedang hancur.---Flashback...Lima tahun yang lalu…Langit sore itu mendung. Di dalam rumah Nayla, suasana ja

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 18

    Hari ketiga sejak perdebatan itu. Nayla masih duduk di meja makan dengan wajah pucat. Nasi di piring tak tersentuh. Pikiran terus menerawang—ke kontrakan sempit itu, ke cucu kecil yang tidur tanpa kelambu, dan ke anak perempuan yang dulu ia peluk erat setiap malam… kini menjauh seakan Nayla adalah musuh."Dia nggak jawab telepon sama sekali, Bunda," ujar Aleeya lirih sambil duduk di seberang. "Tapi aku tahu dia masih buka WhatsApp. Ada statusnya semalam."Nayla menatap anak bungsunya dengan mata sayu. “Status apa?”Aleeya membuka ponselnya. Menunjukkan tulisan yang menggantung di story Naira:> “Kadang… yang bikin hancur bukan orang lain, tapi keluarga yang menganggap dirinya paling benar.”Dada Nayla terasa sesak. Matanya memanas. Tapi dia mencoba tetap tegar di hadapan anaknya."Aku cuma pengen dia sadar… bukan nyalahin aku."Aleeya berdiri dan memeluk ibunya dari belakang. “Naira cuma belum bisa ngeliat niat baik Bunda. Tapi aku yakin, dia sayang sama Gio. Dia nggak akan egois sela

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 17

    Sudah seminggu Naira menghilang.Bukan hanya keluar dari grup keluarga, tapi juga tak bisa dihubungi siapa pun. Nomor lamanya mati. Bahkan akun media sosialnya sudah tak aktif.Mama sering termenung di dapur, Nayla makin sering melamun saat masak, dan aku sendiri... merasa seperti kehilangan arah. Ada bagian dari kami yang hilang, dan rasanya tidak ada yang benar-benar tahu harus bagaimana.Sampai suatu sore, ponsel Nayla berdering.Nomor tidak dikenal.“Halo."Hening sejenak, lalu terdengar suara yang sangat dikenalnya.“Hai, Kak Nay... ini aku, Naira.”Nayla langsung berdiri dari sofa. “Ya Allah, Na! Kamu ke mana aja? Kita semua khawatir—”“Jangan dulu panik. Aku baik-baik aja... cuma butuh waktu sendiri. Aku lagi tinggal di rumah temen, namanya Mbak Winda. Dia banyak bantu aku.”“Temen? Siapa? Aku bisa ke sana?”“Jangan, Nay. Aku belum siap ketemu kalian. Belum sekarang. Tapi... aku mau ngobrol. Lewat telepon aja.”Dan sejak hari itu, Nayla bicara dengan Naira setiap malam.Namun,

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 16

    Nayla menatap adiknya, mencoba tetap tenang. “Dia pernah nyakitin kamu?”Kania menggigit bibir. Menahan air mata. Lalu mengangguk pelan.“Sekali. Tapi dia bilang cuma karena emosi. Dan aku... aku diem. Karena aku pikir aku layak dapet itu.”“GAK ADA YANG LAYAK DIPUKUL, KANIA!” Nayla membentak sampai semua orang di café menoleh.Kania menunduk makin dalam, menangis pelan.“Gue... cuma pengen dicintai, Nay... gue capek disalahin terus, capek jadi bayangan lo. Jadi anak yang selalu kurang dibanding lo... makanya waktu Reynald datang dan bilang dia nerima gue apa adanya... gue percaya. Tapi ternyata... dia nerima gue cuma karena pengin harta warisan keluarga lo!”Nayla menggenggam tangan Kania erat.“Kamu gak sendiri. Kalau dia nyakitin kamu lagi, gue bakal berdiri di depan lo.”Kania memeluk Nayla sambil menangis. Tangis yang lama ia tahan. Tangis seorang kakak yang baru sadar, selama ini ia mencintai laki-laki yang salah... dan membenci saudara yang paling peduli padanya.Tapi mereka be

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 15

    Kania duduk di pojok kamar, masih dengan mata sembab. Sudah dua hari sejak malam panjang itu. Pelukan Nayla memang melegakan, tapi luka lama tetap tak bisa sembuh dalam semalam.Suaminya, Reynald, mengetuk pintu lalu masuk tanpa menunggu jawaban. Membawa segelas teh hangat yang katanya “bikin hati adem.”“Sayang... kamu belum makan dari pagi. Mau aku suapin?” tanyanya lembut.Kania hanya menggeleng, menunduk. Reynald menarik kursi dan duduk di depan istrinya, lalu meletakkan teh di meja kecil.“Kamu mikirin malam itu, ya? Yang soal Nayla?”Kania mendesah, matanya menatap kosong. “Aku bingung, Ren... aku lega karena akhirnya jujur, tapi aku juga takut. Takut semua orang beneran ninggalin aku.”Reynald tersenyum. “Gak akan. Aku di sini. Aku suami kamu. Satu-satunya yang kamu bisa andalin.”Tapi tatapan matanya berkata lain. Ada sorot licik di sana. Hanya sedetik. Tapi cukup jelas.Reynald bukan suami ideal. Dia manis saat dibutuhkan. Tapi keras kepala dan manipulatif di belakang. Kania

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 14

    “Aku juga nggak pernah benci kamu, Nay. Aku cuma... aku terlalu takut sendirian. Aku kira kamu yang pergi karena kamu lebih kuat. Aku salah.”Kania menunduk. Ia tak bicara. Tapi matanya mulai memerah.---Hari itu, tak semua luka sembuh.Tapi untuk pertama kalinya... luka-luka itu diperlihatkan. Dan mungkin, hanya mungkin... itu awal dari penyembuhan.Saat kami berjalan keluar dari kantor itu, Nayla menggenggam tanganku.“Aku tahu ini belum selesai, Lif,” katanya pelan. “Tapi setidaknya... aku nggak sendirian lagi.”Aku memeluknya.Dan di kejauhan, Bunda berdiri menunggu di samping mobil, tersenyum... seolah berkata: selamat datang di awal yang baru, Nak.---Oke! Kita langsung lanjut ke Bab 9 – Ketika IB Mengeluh Season 3. Kali ini kita gali sisi kelam Kania… rahasia yang selama ini dia sembunyikan, dan dampaknya akan bikin keluarga ini makin terbelah. Siap-siap baper, emosi, dan greget!---Hujan mengguyur deras malam itu. Tapi aku tetap nekat ke rumah Bunda. Nayla ingin bertemu Kani

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 13

    Sudah dua minggu sejak aku dan Nayla pindah sementara ke rumah lama. Rumah kecil yang dulu penuh kenangan masa kecilku, kini jadi tempat pelarian sementara dari prahara yang meracuni rumah besar kami.Tapi masalah rupanya ikut pindah.Hari itu, pagi yang harusnya tenang berubah jadi awal dari babak baru—yang jauh lebih rumit dan panas.Nayla duduk di ruang tamu, memandangi layar ponsel. Air matanya menggenang tapi tak jatuh. Tangannya gemetar, bibirnya bergetar.“Ada apa?” tanyaku, duduk di sampingnya.Ia menyodorkan ponsel. Sebuah video. Direkam diam-diam, entah oleh siapa. Isinya? Naira dan Kania. Sedang duduk di sebuah kafe, tertawa... lalu mulai membicarakan Nayla."Makanya gue tuh heran, Nayla bisa-bisanya ngerasa jadi korban.""Padahal dia tuh dulu anak emas Ibu, dikasih segalanya. Giliran Ibu meninggal, dia kabur bawa semua warisan!""Dan dia masih bisa hidup enak, ya? Ngumpet di rumah suaminya yang kaya itu. Sementara kita dibuang kayak sampah."Suara Kania terdengar getir. Da

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 12

    “Karena aku juga bingung, Nay... Aku takut salah langkah. Aku takut makin nyakitin kamu atau Wildan.”“Tapi kamu suamiku, Mas. Seharusnya aku yang kamu pilih untuk dilindungi, walau aku tau Wildan juga adikmu. Tapi, kan kamu tahu betul jika aku tak bersalah.”Aku menelan ludah. Nayla benar. Dan rasanya, baru kali ini aku benar-benar merasa seperti suami yang gagal.“Maaf.”“Kalau maaf bisa nyembuhin semuanya, nggak akan ada rumah tangga yang retak, Mas,” katanya lirih.Lalu dia bangkit. Aku meraih tangannya."Nay, maafkan aku..aku berjanji ini tak akan terulang lagi. Aku akan selalu melindungi kamu apapun yang terjadi." Nayla menatapku dengan tatapan ragu. Ya Allah, sungguh istriku sendiri sudah kehilangan kepercayaan padaku. Apa yang harus aku lakukan?---Malamnya, aku duduk sendirian di ruang tamu. Merenung. Ponselku kembali bergetar.Nomor tak dikenal. Lagi."Kau pikir sudah tenang sekarang? Ulang tahun Gio tinggal dua minggu. Pastikan kau hadir. Karena malam itu... akan jadi mal

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 11

    Pagi itu, aku bangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari menyelinap dari sela tirai, tapi tidak mampu menghangatkan udara dingin yang menggantung di rumah ini.Koper-koper sudah tertata di depan pintu. Aku dan Nayla memutuskan pindah sementara ke rumah lama kami—saran Bunda, demi menenangkan semuanya. Tapi rasa bersalah tetap menempel di dadaku, seperti luka yang belum mengering.Nayla diam saja sejak semalam. Wajahnya pucat, matanya bengkak. Tapi dia tidak menangis lagi. Dia hanya... kosong. Dan itu lebih menyakitkan.“Udah siap?” tanyaku pelan.Nayla mengangguk.Aku menggenggam tangannya. Dia tidak menggenggam balik.Saat kami keluar dari kamar, semua orang sudah berkumpul di ruang tengah. Bunda, Abrar, Ammar, Alisa, dan Aleeya. Wildan berdiri di depan jendela, membelakangi kami.“Maaf, semua,” ucapku lirih. “Aku dan Nayla akan pergi sementara. Bukan karena ingin kabur, tapi karena kami butuh ruang.”Bunda mengangguk, lalu memeluk Nayla erat-erat.“Jaga dirimu ya, Nak. Jangan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status