Share

Bab 70

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2025-02-02 19:34:14

"Mau pulang?"

Aku yang sedang memijit mijit keyboard ponsel mau memesan taksi online mengangkat kepala.

"Lho? Pak Nadhif?"

Laki-laki itu tersenyum.

"Saya juga baru selesai ketemu klien, tadi niatnya mau langsung pulang. Kebetulan ketemu Bu Tari disini."

"Hah? Serius Pak? Kok bisa kebetulan."

"Yah, mungkin jodoh, Bu." Mataku membola.

"Hahah becanda, Bu. Hanya kebetulan. Klien saya juga di kantor ini." Ralat nya. Tapi masih menyisakan senyum, yang membuat hatiku tiba tiba berdebar aneh.

Aku menghela napas lega. Kami serentak tertawa kecil. Ternyata ayahnya Wildan ini bisa juga mencairkan suasana.

***

"Dek, mas bangga sama kamu. Jawaban kamu pada paparazi itu keren banget. Kelas!"

"Ah, biasa aja, Mas. Aku hanya bicara fakta." Timpalku.

"Iya, ibu pun seneng denger nya. Semoga setelah ini tak ada lagi berita miring tentang kamu ya, Nduk."

"Iya, Bu. Aamiin semoga, Bu."

Sore ini kami sedang duduk santai di depan. Ngeteh dan mengawasi anak-anak yang sedang lesehan di teras sambil mewarnai.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agustina Suzartiany
terima kasih update nya ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 71

    "janda? yang gatel? Ini saya kasih tau mana yang gantel itu, ya! Niiih ... Ini ... Rasakan nih. Makan tuh janda gatel." Ibu dengan beringas mengacak acak rambut Mami Karla dengan kedua tangannya. Mahkota yang pasti ditata di salon dengan bayaran mahal, seketika berubah seperti rambut emak emak yang habis diseruduk kerbau. Berantakan.Perempuan muda yang mirip dokter Viola yang tempo hari bertemu denganku itu berteriak-teriak. "Heh! beraninya keroyokan! Dasar kampungan. Ga tau malu. Lepas!" Pekiknya. Ibu tak menghiraukan. Tangannya tetap lincah mengeksekusi mami Karla yang terlihat memprihatinkan."Makan nih, janda. Anakmu yang gatal, nyamperin anakku terus, sekarang nuduh anakku yang gatal!" Ibu tak menghiraukan ocehan Dokter Viola, maupun lolongan mami yang memprihatinkan."Ampun, dasar kampungan! Lepas! Violaa ... Bantuin Mami, Vi!" Pekiknya.Mendengar Maminya berteriak memanggil, Viola seperti punya kekuatan untuk melepaskan diri. Pak Rudi jadi kewalahan.Aku ngefreeze, terpak

    Last Updated : 2025-02-04
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 72

    Setelah puas berorasi di depan, laki-laki itu mengirim pesan padaku. Aku membalas dengan mengirim emoticon "AMPUN SUHU!" eh, tak lama gambar profil laki-laki berjas putih mengenakan stetoskop itu berubah menjadi putih. Aku di blokir. Lucu sekali. Aku menaruh kembali ponsel di atas meja. Melanjutkan pekerjaanku di atas komputer. Terkadang hal hal seperti itu juga aku butuhkan agar tidak mengantuk ketika merangkai rangkai kata."Bunda, tadi kenapa sih, Bun? Siapa yang marah-marah sama kita?" Alif yang mulai paham situasi menghampiriku. Mengharap jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan."Ga ada, Sayang. Hanya orang yang tak rela kita berbuat baik, mengungkapkan kebenaran."Alif menunduk dalam."Kenapa, Sayang? Apa ada yang menganggu pikiranmu?"Alif kembali menatapku."Kemarin di sekolah teman teman ribut ngatain Alif anak pelakor, Bunda. Memang pelakor itu apa, Bunda?"Dadaku tiba-tiba bergemuruh. Ini akibatnya jika aku sedikit saja salah bertingkah."Ga sayang, bunda bukan pelakor.

    Last Updated : 2025-02-04
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 73

    "Maaf Pak, saya tak bisa!" Ucapku tegas."Ga bisa? Kamu bisa seperti sekarang ini karena saya, Tari. Kamu bisa setenar sekarang karena saya! Bisa bisanya kamu menolak saya, sementara diluar sana banyak yang mau menjadi istri saya."Telingaku berdenging mendengar ucapan laki-laki tau tahu diri ini. "Dengar ya, Pak Raka yang terhormat. Sebelum saya mengenal anda, tulisan saya sudah booming. Beberapa rumah produksi menawarkan kerjasama. Tapi, saya memilih Anda. Karena saya melihat anda profesional. Namun, jika anda menganggap keberhasilan saya karena anda. Mohon maaf, saya pamit. Beberapa waktu lalu Rans entertainment menawarkan kerjasama dengan saya. Kali ini saya akan terima.""Lho ... Lho Tari ...kok bawa bawa pekerjaan?"Aku tersenyum sinis."Anda yang duluan, kan! Silahkan buat surat pembatalan kerjasama. Kembalikan semua naskah naskah saya yang sudah masuk. Dan kita tak ada hubungan apa apa lagi!""Ga bisa gitu Tari! Gimana dengan cost yang selama ini keluar?""Hah, itu urusan and

    Last Updated : 2025-02-05
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 74

    "Bunda, Wildan udah tiga hari ini ga masuk sekolah." Pulang pulang Alif terlihat murung."Kenapa sayang? Wildan sakit?"Alif menggeleng."Alif ga tahu bunda. Ponselnya juga ga aktif. Kata Bu guru, Wildan lagi sakit dan berobat keluar kota bersama ayahnya. Apa dia mau pindah juga, Bun?"Anakku itu tampak sangat sedih. Wildan yang paling dekatnya. Berangkat ngaji pun bersama Aku mensejajarkan tubuh dengan Alif."Ga mungkin, kalau mau pindah dia pasti ngabarin Alif.""Bunda, kita kerumahnya aja, Yuk."Aku berpikir sejenak. Ga ada salahnya aku berkunjung, anggaplah menjalin silaturahmi karena Pak Nadhif juga orang baik. Sebelum kesana, aku pun belanja ke supermarket membeli beberapa jenis buah untuk Pak Nadhif dan cemilan untuk Wildan.Ammar dan Abrar aku titipkan pada Ibu. Khawatir jika nanti benar mereka sakit, dua anak ini akan menganggu istirahat mereka.Setelah semua beres aku dan Alif segera meluncur ke rumah Wildan. Sesampainya disana."Digembok, Bun. Jangan jangan benar mereka u

    Last Updated : 2025-02-05
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 75

    Setelah kunjunganku ke rumah Pak Nadhif beberapa waktu lalu, hubunganku dengan keluarga itu semakin dekat. Wildan sering menginap disini, begitu juga dengan Alif. Anak itu selalu merengek agar aku mengijinkan dia tidur dirumah Wildan."Kalau sama Nadhif kamu ga ada perasaan, Nduk?"Ibu yang sedang menyiangi sayuran memancing dengan pertanyaan."Belum, Bu. Tari masih fokus sama karir Tari. Biaya pendidikan anak-anak besar. Tari mau mereka terpenuhi semua kebutuhannya hingga dewasa nanti. Apalagi Tari pernah gagal. Tari tak mau terulang lagi."Ikan dalam penggorengan sudah matang. Aku bergegas mengeluarkan dan menaruhnya di piring. Wanginya menguar ke penjuru dapur ini."Kamu tak gagal. Hanya diberikan ujian dengan pasangan yang terus menguji keimanan. Dan kamu berhasil melewati semuanya, kan?""Iya, sih, Bu. Tapi, untuk saat ini jangan dulu lah. Tari masih takut. Biarlah seiring berjalannya waktu, jalani aja dulu."Aku menghela napas. Tak kupungkiri, setiap berdoa aku selalu meminta jo

    Last Updated : 2025-02-06
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 76

    "Bun, mau, ya? Alif ingin merasakan makan bareng lagi seperti dulu waktu masih ada papa."Aku membuang napas panjang. Alif benar benar ingin punya seorang ayah seperti Wildan. Anak kelas 5 SD ini masih belum paham jika aku khawatir nanti akan menjadi fitnah. Secara Pak Nadhif juga seorang single parents."Kalau Alif sama Wildan aja gimana? Kan ada Ayahnya Wildan yang jagain. Bunda pulang duluan?" Tawarku pada Alif.Anak itu cemberut."Hayolah, Bu. Sesekali. Kasian Alif. Mereka sudah mengharapkan untuk hari ini."Akhirnya aku pasrah. Kami bersama menaiki mobil Pak Nadhif. Mobilku sendiri aku tinggal dan titipkan ke Pak satpam untuk nanti aku ambil.Wajah Alif langsung berbinar. Dengan riang mereka berlari ke arah dimana mobil Pak Nadhif terparkir."Lho? Wildan kok dibelakang?""Gapapa, Tante. Tante di depan aja. Aku mau duduk sama Alif. Kita mau ngobrol seru."Astaga ... Gimana ini? "Hayo, Bu. Silahkan. Gapapa di depan aja. Anak-anak biar dibelakang."Pak Nadhif membukakan pintu mobil

    Last Updated : 2025-02-06
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 77

    Perempuan itu melepaskan genggamannya dari Elzio. Wajahnya memerah marah."Awas kamu ya, Mbak! Kamu udah bikin abang dan ibuku sengsara. Aku tak akan membiarkan kamu bebas begitu saja!"Ingatanku langsung kembali. Monika. Pantas aku merasa tak asing dengan wajahnya. Sejak menikah hanya beberapa kali bertemu itupun di tahun pertama pernikahan kami. Anak itu katanya kuliah di Bandung. Tapi, sampai aku bercerai dengan abangnya tak pernah ada kabar apapun tetang dia. Entah sudah selesai kuliah, entah sudah kerja, aku tak tahu Mas Arsen tak pernah cerita."Kamu menyalahkan saya? Lupa ya? Makannya tanya sama Abang kamu itu? Selama menikah dengan saya, apa yang sudah dia lakukan pada saya dan anak-anak? Dan sekarang kamu menyalahkan saya? Apa ga terbalik?"Wajah Monika terdiam pucat. Raut garang yang tadi di sombongkan lenyap entah kemana. Dia kira aku masih Tari yang dulu. Sorry, ye!"Saya sudah muak berurusan dengan keluarga kalian. Jangan pernah ganggu keluarga saya lagi. Jika itu terjadi

    Last Updated : 2025-02-07
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 78

    Kami pun berjalan bersisian kembali ke meja. Wildan dan Alif ternyata sudah selesai makan. Untung mereka tidak tahu kejadian tadi dibelakang. Kasian mental anakku nanti.Usai makan kami pun segera pulang. Aku sendiri memilih memesan taksi online untuk kembali ke sekolah mengambil mobil. Namun, Pak Nadhif melarang dan memaksa mengantarku kesana. Sesampainya aku dan Alif memisahkan diri, pulang dengan mobilku sendiri. Kami pun beriringan dan berpisah di persimpangan."Bunda, Alif suka sama Om Nadhif. Sebenarnya, Om Nadhif itu baik banget tau, Bun. Rajin sholat. Kalau Alif main disana. Setiap adzan kita pasti ke mesjid."Aku tersenyum sambil terus fokus menyetir."Bunda juga suka ...""Bunda juga suka? Waah, asiiik, berarti bunda mau dong menikah dengan Om Nadhif? Horeee ... Horee ... Punya ayah baru ... Hore ...!"Aku yang sedang menyetir tersentak panik. "Alif ... Alif dengarkan bunda dulu.""Ga perlu lagi Bunda. Alif sudah senang bunda akhirnya jujur. Nanti Alif akan bilang ke Wildan

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 29

    Tari nyaris roboh, jika saja Alif tak sigap memegang bahunya. Air mata yang sedari tadi ia tahan, akhirnya tumpah. Namun bukan karena cemburu. Bukan karena dendam. Tapi karena kenyataan bahwa lelaki yang ia cintai, menyimpan luka dan rahasia begitu dalam hingga ia sendiri tak pernah diberi kesempatan untuk tahu dan mengobatinya.Malam itu, setelah semua tamu pergi, Tari duduk berhadapan dengan Dara di ruang tamu. Nayara tertidur di pelukan Aleeya—anehnya, dua gadis itu langsung akrab, seakan darah mereka memang memanggil satu sama lain.Tari menatap Dara. “Apa kamu mencintainya?”“Ya. Tapi aku tahu tempatku di mana. Aku nggak pernah menuntut apa-apa. Mas Nadhif hanya bilang, hidupnya sudah rumit. Dia ingin membesarkan anak-anaknya tanpa drama. Maka aku menjauh.”Tari terdiam. Lalu berkata pelan, “Kalau dia masih hidup, mungkin aku akan marah. Tapi sekarang, aku cuma ingin memastikan Nayara tidak kehilangan arah. Kalau dia memang darah daging Mas Nadhif… maka dia juga keluargaku.”Dara

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 28

    Tujuh Hari Setelah Kepergian NadhifTari berdiri mematung di depan makam suaminya. Angin sore membawa harum tanah basah dan bunga tabur yang mulai layu. Ia belum pernah merasa sesepi ini. Meskipun rumah selalu ramai oleh anak-anak, tapi kehangatan yang biasa ia rasakan... telah menguap bersama napas terakhir suaminya.Alif mendekat dan menggandeng tangan Tari. “Bun , Ayah titip semua ke Bunda. Kami bakal bantu jagain bunda juga.”Tari tersenyum lemah. Tapi air matanya menetes lagi.“Dulu waktu bunda nikah sama Ayah kalian... Bunda pikir perjalanannya akan mulus. Tapi hidup ternyata lebih rumit. Tapi Ayah kalian... dia tetap bertahan. Walau bunda sering salah paham, marah, bahkan sempat ingin pergi... dia tetap bertahan. Dan hari ini, dia pergi dengan tetap menggenggam tanganku..."Wildan mendekat. "Bun, aku tahu bunda bukan ibu kandungku. Tapi ibu satu-satunya ibu yang pernah aku punya. Aku janji bakal terus di sini buat bunda, buat semuanya."Tari menoleh pada Wildan, lalu memeluknya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 27

    Naira duduk sambil memangku Gio yang masih polos.“Mama, kenapa semua nangis?”Naira mencium dahi putranya. “Karena Eyang pergi, Nak. Pergi ke tempat yang jauh…”**Di pemakaman, tanah merah basah oleh hujan. Langit seperti ikut berduka. Satu demi satu tangan anak-anak Nadhif menaburkan bunga, sambil menahan tangis. Tak ada yang siap kehilangan, tak ada yang pernah siap ditBaik, kita lanjutkan ke Bab 15 – Kepergian yang Tak Pernah Siap Ditinggal dari Ketika IB Mengeluh Season 3. Bab ini akan fokus pada detik-detik terakhir kehidupan Nadhif, dengan nuansa haru, penyesalan, dan perpisahan yang menyayat. Cerita akan panjang dan mengaduk emosi.---BAB 15 – Kepergian yang Tak Pernah Siap DitinggalLangit mendung sejak pagi. Awan gelap bergelayut rendah seolah tahu bahwa hari itu takkan seperti hari-hari biasanya.Di kamar belakang, suara mesin oksigen mendesing pelan. Nadhif terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, matanya tampak cekung, dan napasnya makin berat.Tari duduk di sa

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 26

    Langit mendung sejak pagi. Awan gelap bergelayut rendah seolah tahu bahwa hari itu takkan seperti hari-hari biasanya.Di kamar belakang, suara mesin oksigen mendesing pelan. Sejak pulang dari rumah sakit perawatan Nadhif dilakukan dirumah. Laki-laki itu terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, matanya tampak cekung, dan napasnya makin berat.Tari duduk di sampingnya, menggenggam tangan suaminya yang dingin. Ada luka yang belum kering, tapi ada pula cinta yang terlalu dalam untuk diabaikan. Matanya sembab, tapi ia tak mau menangis lagi. Ia ingin kuat, setidaknya untuk hari ini."Mas...” bisiknya pelan, mengusap ubun-ubun suaminya. “Kamu janji bakal sembuh... Tapi kenapa makin lemah begini?”Nadhif membuka matanya perlahan. Suaranya nyaris tak terdengar. “Aku… capek, Dik…”Tari menahan tangisnya. “Aku tahu… Tapi jangan pergi dulu… kamu harus berjuang untuk aku, untuk anak anak kita."**Alif, Ammar, Abrar, Wildan, dan Aleeya berkumpul di luar kamar. Alisa juga datang pagi itu se

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 25

    “Wildan… maaf… bunda.. salah... Bunda... terlalu keras… padamu juga Naira.”Tangis Naira meledak. Ia memeluk ibunya.Pelukan itu... akhirnya terjadi. Setelah bertahun-tahun saling menghindar, dua hati itu akhirnya bertemu.Namun di balik kehangatan itu, satu bayangan menanti: waktu Nadhif yang makin menipis… dan konflik baru yang mulai mengintai.**Di luar rumah, seseorang berdiri di balik pagar.Seorang wanita muda, mengenakan topi dan masker, menatap rumah itu tajam.Di tangannya, sebuah foto robek—foto lama Nadhif bersama seorang perempuan yang bukan Tari.Perempuan itu mengepalkan tangan. “Kamu pikir bisa hidup tenang setelah semua ini, Pak Nadhif? Kamu pikir aku akan diam?”Dia berbalik, masuk ke dalam mobil hitam yang menunggu tak jauh dari sana. Senyumnya tipis. Penuh dendam.***Keesokan harinya Nadhif diperbolehkan pulang, sembari menunggu proses transplantasi yang akan segera dilakukan.Udara pagi itu terasa ganjil. Rumah yang semalam penuh haru, kini kembali diliputi sunyi.

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 24

    Malam itu terasa panjang.Gio sudah tertidur di kamar belakang bersama Wildan, tapi Naira tak bisa memejamkan mata. Ia duduk di tepi tempat tidur yang dulu ia tinggalkan dalam keadaan penuh luka. Matanya menatap langit-langit kamar yang belum pernah benar-benar berubah.Perabotan masih sama. Bau kayu tua itu pun masih ada. Yang beda hanya perasaan dalam dadanya—semuanya campur aduk. Antara lelah, bingung, dan takut.Tiba-tiba pintu kamar diketuk pelan. Naira menoleh.“Naira…” suara Tari dari balik pintu.Dengan enggan, Naira membuka. Mertuanya itu berdiri di sana, mengenakan mukena lusuh. Wajahnya pucat, seperti kurang tidur.“Ada yang mau bunda bicarakan,” ucapnya, suara datar.Naira hanya mengangguk. Mereka duduk di kursi dekat jendela, diam beberapa saat sebelum akhirnya Tari membuka suara.“bunda tahu kamu nggak senang tinggal di sini. Tapi tolong, jangan buat bunda merasa seperti orang asing di rumah ini…”Naira menghela napas. “Aku nggak berniat bikin bunda merasa seperti itu.”

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 23

    “Apakah ayah mau menerima donor dari anak yang tak berguna seperti aku?" Deg.Nadhif terbelalak. Semua orang terhenyak. ---Mobil sewaan berhenti di depan pagar rumah besar yang dulu pernah menjadi ladang luka bagi Naira dan Wildan. Tak ada yang berubah. Pohon mangga di halaman depan masih berdiri kokoh, tapi Naira merasa seluruh rumah ini sudah menjadi tempat asing baginya.Wildan turun lebih dulu, membuka pintu belakang. Gio terlelap di kursi bayi. Naira memeluk anak itu, lalu memandangi rumah yang pernah ia tinggalkan.Wildan menatap istrinya. “Kamu siap?”Naira menarik napas. “Nggak juga. Tapi kita sudah sampai.”Pintu pagar terbuka. Alisa muncul dengan mata sembab.“Kak… akhirnya datang juga…” ucapnya pelan.Naira hanya mengangguk. Aleeya muncul dari balik pintu, menyusul dengan pelukan singkat yang terasa canggung. Rumah itu hening. Lalu dari dalam terdengar suara langkah tergesa.Tari berdiri di ambang pintu. Wajahnya pucat, mata sembab, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 22

    Suasana rumah sakit pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Di ruang tunggu yang dipenuhi aroma obat dan bunyi sepatu suster yang lalu-lalang, Nayla duduk memeluk tas kecilnya. Alif mondar-mandir di depan ruang dokter spesialis hematologi, dia tak mau Tari, ibunya kelelahan. Aleeya sibuk membuka-buka berkas pemeriksaan. Alisa duduk di pojok, menggenggam tangan papanya yang tampak kelelahan setelah menjalani pemeriksaan lengkap."Ayah perlu istirahat, ya?" tanya Alisa lirih.Nadhif mengangguk. "Ayah cuma… pusing sedikit. Nggak usah panik, ya."Tapi semua tahu itu bukan sekadar pusing. Wajahnya pucat, suara napasnya tersengal, dan sejak kemarin malam ia muntah dua kali tanpa sebab jelas. Bahkan air putih terasa getir di lidahnya.Tak lama, dokter keluar."Keluarga Bapak Nadhif?"Alif berdiri. Tari dan Nayla menyusul. Mereka masuk ke ruang konsultasi.Dokter muda itu membuka map tebal. “Saya akan sampaikan dengan jujur. Bapak Nadhif mengalami gangguan sumsum tulang yang menyebabkan s

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 21

    Nayla menatap ibu mertuanya itu. Lalu tiba-tiba berkata, “Kalau yang bunda butuh bukan kekuatan, tapi bahu buat bersandar… aku di sini,Bun.”Tangis Tari pecah. Dalam diam, rasa yang lama tercekat akhirnya menemukan jalan keluar.**Dan dari jauh… di kota kecil yang mulai mereka sebut rumah baru, Naira menatap langit malam sambil mendekap Gio yang mulai demam ringan lagi.Wildan memeluk dari belakang. “Kapan-kapan… kita pulang ya?”Naira tersenyum lirih. “Kalau Tuhan izinkan. Tapi sekarang, kita rawat luka kita dulu. Sampai semuanya kuat.”Dan di tengah ketidakpastian, mereka mulai belajar satu hal: keluarga bukan hanya soal bersama dalam tawa… tapi juga tetap tinggal di saat dunia hancur perlahan.—Tiga bulan setelah malam itu.Angin sore menyapu dedaunan di halaman rumah kecil di pinggir kota. Bukan kota besar, tapi cukup tenang. Udara bersih, suara motor jarang, dan langit masih menampakkan warna jingga saat senja tiba.Di teras rumah kecil itulah, Gio sedang bermain balok sambil s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status