Share

Season 3 bab 58

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 12:21:55

Sudah hampir dua minggu Dion rutin datang ke rumah Tari. Awalnya hanya silaturahmi, membicarakan tulisan-tulisan dan buku. Tapi semakin hari, pembicaraan mereka melebar. Tentang pendidikan, keluarga, bahkan mimpi-mimpi yang sempat tertunda karena kehidupan.

Dion berbeda dari pria yang pernah hadir dalam hidup Tari. Ia tidak flamboyan seperti Nadhif, tidak keras seperti Arsen, dan tidak rapuh seperti Elzio. Ia tenang, penuh perhatian, dan tahu batas.

Namun justru itu yang membuat Tari gelisah.

Sore itu, hujan rintik turun pelan. Tari menyiapkan teh melati hangat untuk Dion yang duduk di teras belakang. Mereka berbincang dengan pemandangan taman mungil yang dihiasi bunga bougenville ungu di kejauhan.

“Aku pernah membayangkan pernikahan itu seperti taman ini,” ucap Dion tiba-tiba.

Tari yang sedang menuang teh langsung menghentikan gerakannya. “Taman?”

“Iya. Damai, tenang. Tapi butuh dirawat. Disiram, dipangkas rantingnya, dijaga dari hama. Tapi ya, itu hanya bayangan,” Dion tertawa kecil
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nikmah Nik
kasihan Tari cinta tulusnya pada seseorang sll berujung pd penderitaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 68

    Pagi itu...Mentari membuka email lukisan. Satu kolektor dari Australia menawar lukisan Abrar dengan harga yang luar biasa."Bar! Ini... ini gak salah harga kan? Seratus juta?"Abrar, yang masih mengunyah roti bakar, hampir tersedak. "Hah?!""Dia minta lukisan yang 'Bayangan Ibu'. Yang kamu buat waktu Bunda sakit," bisik Mentari sambil menunjukkan layar ponsel.Abrar terdiam. Lukisan itu... bukan sekadar gambar. Di dalamnya, ia tuangkan semua rasa bersalah dan rindunya pada Tari, ibunya."Kalau kamu belum siap jual, aku bisa tolak," ucap Mentari lembut.Tapi Abrar hanya tersenyum tipis. "Kalau lukisan itu bisa bantu lunasi utang Ammar, aku rela."Mentari terkejut. "Ammar?"Abrar akhirnya cerita.**Di sisi lain rumah, Ammar duduk termenung di teras belakang. Ponselnya memuat pesan-pesan penagihan dari pinjol. Meski sudah dilunasi diam-diam oleh Abrar, ia tetap merasa gagal. Bukan karena uang... tapi karena harus dibantu oleh adiknya sendiri.Tari menyusul duduk di sebelahnya. Wajahnya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 67

    Malam itu setelah pameran sukses besar, rumah kembali riuh. Alif pulang membawa Nayla dan anak mereka, bahkan Aleeya ikut bermalam. Tari yang sudah bisa pulang dari rumah sakit, duduk di kursi roda, dikelilingi anak-anaknya yang kini saling bercengkerama.Mentari membantu di dapur, mengaduk sup ayam sambil sesekali tertawa melihat kelucuan Gio, anak Nayla dan Alif.Tari mengamatinya dari ruang tengah."Aku belum pernah lihat rumah kita sehangat ini sejak lama," gumamnya pada diri sendiri.Abrar duduk di sebelah Tari. Ia sudah mandi, mengganti kaus, tapi lelah di matanya masih terlihat."Bunda bangga?"Tari menoleh, senyum lembut."Bunda lebih dari bangga. Kamu… sudah sembuh, Bar."Abrar mengangguk pelan. "Belum sepenuhnya. Tapi Mentari ngajarin aku pelan-pelan untuk sembuh."Mereka terdiam, lalu terdengar suara piring pecah dari dapur. Aleeya langsung menjerit, "Mentariiii! Kamu panik, yaaa!"Mentari tertawa, memunguti pecahan piring."Maaf! Tanganku licin, sumpah bukan karena deg-deg

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 66

    Season 3 bab 44Mentari kembali ke kampung halamannya. Rumah kecil di pinggiran Klaten, dengan ayah yang semakin lemah dan ibu yang kelelahan bekerja di warung kelontong depan rumah. Ia tak sempat pamit pada Abrar waktu itu, hanya meninggalkan satu lukisan kecil — sketsa wajah Abrar sedang menatap jendela, dengan secangkir teh di tangannya.Abrar menatap sketsa itu berkali-kali. Ada rindu, tapi juga harapan yang terlipat di setiap goresannya.Namun sejak kepergian Mentari, Abrar berubah. Ia lebih banyak melukis, lebih rajin, bahkan sering mengirim karya ke berbagai galeri. Ia ingin menghasilkan uang, bukan untuk gaya hidupnya sendiri, tapi untuk bisa membantu Mentari tanpa membuat gadis itu merasa dikasihani.Tari memperhatikan perubahan itu. Dari seorang anak laki-laki yang dulu bahkan enggan menyapa, kini menjadi lelaki muda yang diam-diam mencintai dan berjuang dengan cara yang sangat tenang.Namun Tari juga menyembunyikan sesuatu.**Beberapa kali dalam seminggu, Tari merasakan tu

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 65

    “Jakarta panas banget, tapi hatiku anehnya tenang,” tulis Abrar dalam pesan singkatnya ke Tari malam itu.Tari membaca pesan itu di dapur sambil menahan senyum. Mungkin ini pertama kalinya dalam belasan tahun, Abrar mengirim pesan tanpa diminta. Ia tak pernah sehangat ini sebelumnya.Tapi itu bukan satu-satunya hal yang menggetarkan hati Tari malam itu.Beberapa jam sebelumnya, ia mendapat telepon dari Galeri Seniman Muda Nusantara.“Abrar terpilih untuk masuk dalam 10 besar karya yang akan dikurasi untuk pameran nasional tahun ini, Bu Tari. Karyanya menyentuh, emosional, dan sangat jujur. Kami ingin mengundang Ibu ke malam pembukaan jika berkenan.”Tari tak bisa berkata-kata. Air matanya menetes begitu saja.Putra pendiamnya... yang dulu seperti tak peduli pada dunia... kini melangkah ke panggung yang lebih besar. Bukan dengan suara, tapi dengan warna.**Di Jakarta, Abrar mulai dekat dengan Mentari, salah satu peserta pameran yang juga berasal dari kota kecil di Jawa Tengah. Gadis i

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 64

    Hari keberangkatan tiba.Abrar berdiri di depan pintu rumah, mengenakan sweater abu-abu dan ransel hitam yang tampak terlalu besar untuk tubuhnya. Wajahnya datar, tapi jemarinya meremas gagang tas dengan gugup.Tari berdiri di sampingnya, mencoba tersenyum meski dadanya sesak.“Abrar... jangan terlalu banyak mikir. Jalani aja. Kamu bisa.”Abrar menunduk, lalu mengangguk pelan. “Aku cuma takut... gak cocok.”Tari membelai rambut anaknya. “Kalau kamu gak cocok, kamu boleh pulang. Tapi kalau kamu gak coba, kamu gak akan pernah tahu dunia seperti apa yang bisa kamu lukis nanti.”Alisa menyelutuk dari belakang, “Udah kayak drama Korea. Udah sana, Bar, cari inspirasi.”Mereka tertawa kecil dan untuk pertama kalinya sejak lama, tawa Abrar terdengar tulus.**Jakarta... bising, padat, dan asing.Begitu tiba di galeri tempat workshop berlangsung, Abrar disambut oleh Kirana dan beberapa remaja lain yang datang dari berbagai kota. Di antaranya ada Gilang, anak Bandung yang cerewet dan supel, da

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 63

    Pagi itu, Tari berdiri diam di depan pintu kamar Abrar. Tak ada suara dari dalam. Sunyi. Seperti biasa.Ia mengetuk pelan.“Bar... boleh Bunda masuk?”Tak ada jawaban.Tapi kunci tak menahan pintu. Perlahan Tari membuka, dan menemukan Abrar sedang duduk membelakangi jendela, menatap tembok kosong yang dipenuhi coretan pensil samar.Tatapan kosong. Napas pelan. Tak ada emosi di wajah anak itu.Tari mendekat pelan, lalu duduk di tepi tempat tidur.“Bunda tadi lihat catatan nilai kamu. Ibu guru bilang kamu pandai menggambar. Tapi kamu gak pernah ikut ekskul atau lomba.”Abrar tidak menjawab.“Dulu kamu suka menggambar dinosaurus, ingat gak? Bahkan pernah coret-coret lemari Bunda pakai spidol permanen...”Senyum kecil muncul di bibir Tari. Tapi Abrar tetap diam.Tari menelan ludah. Hatinya tercekat. Anak yang ia lahirkan dan besarkan dengan penuh kasih… kini terasa seperti tembok dingin tak tersentuh.Akhirnya ia hanya berkata pelan, “Bar, kamu gak perlu sempurna. Kamu cuma perlu jujur sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status