Share

Season 3 bab 65

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 19:53:04

“Jakarta panas banget, tapi hatiku anehnya tenang,” tulis Abrar dalam pesan singkatnya ke Tari malam itu.

Tari membaca pesan itu di dapur sambil menahan senyum. Mungkin ini pertama kalinya dalam belasan tahun, Abrar mengirim pesan tanpa diminta. Ia tak pernah sehangat ini sebelumnya.

Tapi itu bukan satu-satunya hal yang menggetarkan hati Tari malam itu.

Beberapa jam sebelumnya, ia mendapat telepon dari Galeri Seniman Muda Nusantara.

“Abrar terpilih untuk masuk dalam 10 besar karya yang akan dikurasi untuk pameran nasional tahun ini, Bu Tari. Karyanya menyentuh, emosional, dan sangat jujur. Kami ingin mengundang Ibu ke malam pembukaan jika berkenan.”

Tari tak bisa berkata-kata. Air matanya menetes begitu saja.

Putra pendiamnya... yang dulu seperti tak peduli pada dunia... kini melangkah ke panggung yang lebih besar. Bukan dengan suara, tapi dengan warna.

**

Di Jakarta, Abrar mulai dekat dengan Mentari, salah satu peserta pameran yang juga berasal dari kota kecil di Jawa Tengah. Gadis i
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 72

    Sudah dua minggu sejak Dara pergi dari rumah itu.Abrar mulai aktif memamerkan karyanya di galeri kecil daerah Bogor. Ammar kembali rutin konsultasi ke psikolog. Mentari makin akrab dengan Aleeya, bahkan kadang mereka berdiskusi tentang ide bisnis kecil-kecilan agar galeri Abrar bisa mandiri.Namun sore itu, ketika Tari baru saja menyelesaikan terapi herbal di rumah dan duduk di beranda dengan secangkir teh jahe, seorang pria bersetelan coklat tua datang. Membawa map, wajah datar, dan logat formal.“Permisi, Bu Tari.”“Iya, saya sendiri. Ada apa, Pak?”“Saya dari pihak koperasi simpan pinjam ‘Guna Sentosa’. Izin, ini surat penagihan tahap kedua.”Tari mengernyit. “Maaf... saya tidak pernah ikut koperasi.”“Nama ibu memang tidak terdaftar. Tapi ada beberapa transaksi atas nama... Nn. Dara Tertulis alamat penanggung jawab adalah rumah ini. Dan kami punya fotokopi KTP Dara, beserta bukti pengakuan bahwa ibu bersedia menjadi penjamin.”Tari membeku.“Maaf, saya... tidak pernah tahu ini. S

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 71

    Langit senja itu berwarna merah lembayung ketika Tari memutuskan satu hal yang membuat seluruh keluarga terdiam.“Aku tidak mau lagi ke rumah sakit,” ucapnya tenang di hadapan anak-anaknya.Semua pandangan tertuju padanya. Termasuk Alif yang baru pulang membawa Nayla dan cucu kecil mereka.“Bunda... kenapa?” suara Aleeya tercekat.Tari menatap anak-anaknya satu per satu. “Aku lelah, Nak. Lebih lelah menghadapi ketidakpastian daripada sakit itu sendiri.”“Kalau ini tentang uang—” Ammar angkat suara.“Ini bukan tentang uang. Tapi tentang waktu. Aku ingin sisa waktuku aku pakai... untuk melihat kalian bahagia. Bukan diinfus... bukan ditusuk jarum... bukan menatap atap rumah sakit sendirian.”Seketika, suasana berubah menjadi sunyi. Bahkan suara burung di luar jendela pun seakan lenyap.Abrar menunduk. Ia tahu, tidak bisa memaksa.Mentari memeluk bahu ibu mertuanya dengan mata sembap. “Tapi kami belum siap, Bunda...”Tari hanya tersenyum. “Justru karena itu, aku ingin kalian belajar siap.

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 70

    Dara semakin tak terpisahkan dari aktivitas rumah. Ia menyusun jadwal minum obat Tari. Ia yang menyiapkan teh pagi. Ia yang membukakan pintu jika ada tamu.Yang lebih menyakitkan? Ia yang kini paling tahu kebiasaan kecil Tari. Termasuk bagaimana Tari suka tidur dengan posisi menghadap ke kiri, atau fakta bahwa Tari selalu menyelipkan doa sebelum makan meski hanya makan roti.Mentari menyadari, bahkan anak-anak kandung Tari tak seintim itu.Dan itu membuatnya merasa… kalah.**Malam itu, Mentari duduk di balkon belakang. Menunggu Abrar pulang dari studio lukis. Ia tak tahu harus memulai dari mana.Yang keluar dari mulutnya justru, “Bar, kamu lebih sering cerita ke Dara sekarang, ya?”Abrar yang sedang membuka sepatu langsung menatapnya. “Kamu cemburu?”“Enggak,” jawab Mentari pelan. “Cuma bingung, kenapa kamu yang dulu paling tertutup, sekarang bisa cerita soal lukisan ke dia... bukan ke aku.”Abrar menunduk. “Karena kamu selalu memaksa hasil. Sementara Dara... cuma duduk dan dengar.”

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 69

    Dua hari setelah Tari dirawat...Tari sudah kembali ke rumah dengan pengawasan ketat dari dokter. Sejak saat itu, Dara secara perlahan mulai "mengisi celah-celah" yang selama ini diisi oleh anak-anak Tari.Dara bangun paling pagi. Membuatkan sarapan bergizi. Menyiapkan air hangat. Menyapu teras. Bahkan mengganti air bunga di meja ruang tamu.Mentari memperhatikan semua itu dari sudut dapur, tak berkata apa-apa. Tapi hatinya… tak nyaman."Dia terlalu sempurna, Bar," gumam Mentari saat malam menjelang, saat mereka berdua membersihkan ruang lukis bersama.Abrar menatapnya, heran. “Maksudnya?”"Dia tahu semua makanan kesukaan Bunda. Dia tahu letak semua perabotan. Bahkan dia tahu Bunda alergi seafood.”Abrar mendadak terdiam. Memang benar.“Aku... juga sempat mikir gitu,” bisik Abrar. “Waktu tadi dia bantu Bunda ganti obat, dia bilang, ‘Harusnya dosis ini dikurangi karena kadar hemoglobinnya Bunda sempat drop beberapa bulan lalu’.”Mentari langsung menatapnya. “Padahal info itu bahkan gak

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 68

    Pagi itu...Mentari membuka email lukisan. Satu kolektor dari Australia menawar lukisan Abrar dengan harga yang luar biasa."Bar! Ini... ini gak salah harga kan? Seratus juta?"Abrar, yang masih mengunyah roti bakar, hampir tersedak. "Hah?!""Dia minta lukisan yang 'Bayangan Ibu'. Yang kamu buat waktu Bunda sakit," bisik Mentari sambil menunjukkan layar ponsel.Abrar terdiam. Lukisan itu... bukan sekadar gambar. Di dalamnya, ia tuangkan semua rasa bersalah dan rindunya pada Tari, ibunya."Kalau kamu belum siap jual, aku bisa tolak," ucap Mentari lembut.Tapi Abrar hanya tersenyum tipis. "Kalau lukisan itu bisa bantu lunasi utang Ammar, aku rela."Mentari terkejut. "Ammar?"Abrar akhirnya cerita.**Di sisi lain rumah, Ammar duduk termenung di teras belakang. Ponselnya memuat pesan-pesan penagihan dari pinjol. Meski sudah dilunasi diam-diam oleh Abrar, ia tetap merasa gagal. Bukan karena uang... tapi karena harus dibantu oleh adiknya sendiri.Tari menyusul duduk di sebelahnya. Wajahnya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 67

    Malam itu setelah pameran sukses besar, rumah kembali riuh. Alif pulang membawa Nayla dan anak mereka, bahkan Aleeya ikut bermalam. Tari yang sudah bisa pulang dari rumah sakit, duduk di kursi roda, dikelilingi anak-anaknya yang kini saling bercengkerama.Mentari membantu di dapur, mengaduk sup ayam sambil sesekali tertawa melihat kelucuan Gio, anak Nayla dan Alif.Tari mengamatinya dari ruang tengah."Aku belum pernah lihat rumah kita sehangat ini sejak lama," gumamnya pada diri sendiri.Abrar duduk di sebelah Tari. Ia sudah mandi, mengganti kaus, tapi lelah di matanya masih terlihat."Bunda bangga?"Tari menoleh, senyum lembut."Bunda lebih dari bangga. Kamu… sudah sembuh, Bar."Abrar mengangguk pelan. "Belum sepenuhnya. Tapi Mentari ngajarin aku pelan-pelan untuk sembuh."Mereka terdiam, lalu terdengar suara piring pecah dari dapur. Aleeya langsung menjerit, "Mentariiii! Kamu panik, yaaa!"Mentari tertawa, memunguti pecahan piring."Maaf! Tanganku licin, sumpah bukan karena deg-deg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status