Share

BAB 5

last update Last Updated: 2023-12-21 21:32:26

"Syukurlah Tania mau membuka diri pada gadis itu, Raya." ucap Oma, yang juga tampak bahagia, melihat cicit nya mulai terlihat ceria lagi.

Ketika Mama Tania meninggal, waktu itu Tania baru berusia 4 tahun.

Hampir 3 bulan lamanya, semenjak Mamanya pergi, gadis kecil itu setiap hari menangis mencari Mamanya, dan selalu berlari kesana kemari, mencari sang Mama.

Tak ada yang tak menangis, melihat gadis kecil itu, begitu kehilangan sosok sang Mama.

Setiap pengasuh yang datang, tak ada satupun yang bisa merebut kembali hati bocah itu.

Bu Raya menyusut air matanya, karena bahagia, akhirnya cucunya bisa tersenyum lagi.

Niko hanya diam saja menyaksikan itu, walau dalam hati kecilnya, dia sungguh merasa sangat bersyukur, akhirnya ada orang yang bisa mengasuh Putri semata wayangnya itu.

Sisil yang menyaksikan itu semua, merasa sangat kesal, apalagi saat di lihatnya, Denis kekasihnya juga menatap kagum ke arah Sekar.

"Adududuhhhh..jangan keras-keras donk pijitnya, kan sakit !" seru Oma, memecah keheningan penghuni rumah, yang sedang memperhatikan Sekar dan Tania.

Bu Raya segera mendekati ibu mertuanya itu. 

"Ada apa Ma?" tanyanya. 

"Ini nih, si Sisil pijit nya keras banget, kan pundak Oma jadi sakit." Oma yang sikapnya sudah kembali seperti anak-anak, karena usianya yang sudah lanjut itu, mengadu kepada Bu Raya.

Bu Raya segera melotot ke arah Sisil. "Kamu gimana sih pijitnya? kalau Oma sampai kenapa-napa gimana? mau kamu tanggung jawab? ?" omel bu Raya, kepada Sisil.

"Maaf Nyonya, tidak sengaja!" jawab gadis dengan rambut yang digerai sebahu itu, tampak kesal, karena di omelin oleh majikannya.

Apalagi saat di lihatnya, Denis terlihat acuh saja kepadanya, seakan tak mengenali dirinya.

"Sudah, sekarang kamu siapkan makan buat Oma, sebentar lagi waktunya  Oma minum obat!" perintah bu Raya, kemudian segera membawa oma masuk ke kamarnya.

Dengan sedikit menghentakkan kakinya, Sisil pergi ke dapur, untuk membuatkan bubur Oma.

"Kalau bikin bubur yang enak ya, itu sudah ada resepnya, tinggal kamu ikuti saja langkahnya. Oma akan sangat marah, kalau makanannya tidak enak." pesan Novi kepada Sisil.

"Iyaa!" jawab gadis berambut coklat itu, ketus.

Novi hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya saja, melihat tingkah juniornya itu.

"Sekar, sudah waktunya Tania mandi, tolong kamu ajak mandi ya, setelah itu kamu suapi dia makan." perintah bu Raya, tersenyum kepada Sekar.

"Baik Nyonya." gadis berkerudung segi empat itu, segera membawa Tania masuk. 

"Kita mandi dulu ya? Non Tania mau kan?" tanya Sekar, sembari mencubit-cubit pelan hidung bangir, gadis kecil itu.. 

Tania hanya mengedip-ngedipkan matanya sembari tersenyum lebar. 

Dengan cekatan, Sekar segera menyalakan bak mandi, yang di isi dengan air hangat, sesuai dengan yang sudah di ajarkan oleh Novi.

Gadis berwajah Ayu itu, tampak begitu tulus memperlakukan Tania, sehingga membuat gadis kecil itu merasa nyaman, dalam asuhannya.

"Uhhh cantik sekali sih Non Tania, kalau sudah mandi begini??" Sekar mencium pipi gadis kecil itu dengan gemas.

Tania tampak terkikik geli, dengan perlakuan pengasuhnya itu.

"Awas bolong entar pipi Anak gue!" seru Niko, yang tiba-tiba sudah masuk ke kamar Tania.

"Eh Mas Niko, ya masak iya, gara-gara dicium pipinya bisa bolong! Mas Niko ada-ada saja." jawab Sekar terkekeh..

"Ya bisa aja! lah hidung kamu panjang begitu!" jawab pemuda berusia 30 tahun itu tergelak.

Seketika Sekar memegang hidungnya, yang kata orang-orang seperti hidung bulé, sambil nyengir.

"Ya sudah, saya gak akan cium Non Tania lagi," ucapnya sambil mengelus hidungnya, yang memang lancip.

Niko semakin tergelak dengan keras, mendengar jawaban pembantunya, yang begitu polos itu.

"Ya ampun, ada juga ya, orang kayak kamu. Ya sudah, sekarang kamu siapkan makan, buat Tania, biar aku jaga dulu disini." usir Niko, kepada pembantunya itu.

"Emm, tapi Non Tania mau makan pakai apa ya?" tanyanya, menghentikan langkah, dan menatap ke arah Tania, yang sekarang berada dalam gendongan Ayahnya.

"Kamu tanya ke Novi saja! dia yang tahu!." jawab Niko, sedikit ketus. 

"Nggih Mas! ganteng-ganteng kok galak!" Sekar segera keluar dari kamar, sambil menggerutu, membuat Niko tersenyum geli di buatnya.

***

"Mbak, biasanya Non Tania makan pake apa?" tanya Sekar, begitu sampai di dapur.

"Buatkan sup daging saja, itu wortel dan brokoli nya udah Mbak potong- potong tadi." tunjuk Novi, ke sebuah wadah, berisi potongan wortel dan brokoli.

"Yo wes Mbak, tak kerjakan dulu ya." Sekar pun kemudian segera mengeksekusi semua bahan, untuk ia jadikan sup daging.

"Masakan kayak gini sih, sipil!" ucapnya sambil tersenyum, mengulek merica, bawang putih, yang ia tambahkan sedikit pala dan jahe, resep ibunya di kampung.

Setelah daging empuk, Sekar segera memasukan bumbu, dan potongan wortel. Sambil menunggu wortel setengah matang, Sekar memotong-motong daun bawang dan juga seledri, sebagai pelengkap sup nya nanti, dan segera memasukkan brokoli, begitu air mendidih kembali.

Bau harum masakan, segera memenuhi dapur, yang cukup luas itu.

Setelah semua di rasa pas di lidahnya, Sekar segera memasukan potongan daun bawang dan seledri, juga bawang merah yang sudah di goreng garing.

"Sedep banget baunya, kamu yang masak??" tanya bu Raya, tiba-tiba muncul di belakang nya.

"Iya Nyonya." jawab Sekar sopan.

Bu Raya segera mengambil sendok, untuk mencicipi kuah sup itu.

Dengan perasaan cemas, Sekar melihat majikannya itu, takut masakannya tidak cocok di lidahnya.

"Hmmm, enak! ternyata kamu juga pinter masak ya?!" puji bu Raya.

"Sedikit Nyonya, dulu sering bantu Ibu masak, waktu di kampung." jawab Sekar tersenyum. 

"Enak lo ini, kamu wadahi mangkuk ini ya, lalu bawa ke meja makan."  Bu Raya memberikan sebuah mangkuk bening yang cukup besar, kepada Sekar.

"Siap Nyah!" jawab Sekar bersemangat, karena masakannya cocok untuk lidah majikannya itu.

"Lo lo lo...Sisil! itu kok bubur Oma masih penuh gitu??" tanya bu Raya heran, saat melihat Sisil membawa mangkuk bubur, dalam kondisi yang masih terlihat penuh.

"Itu Nyonya, Oma gak mau makan." jawab Sisil, dengan wajah yang di tekuk.

Bu Raya kemudian menoleh ke arah Novi, yang baru masuk ke dapur.

"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma.

"Kok bisa??" 

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nila Elok
bagus lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 35

    Niko segera berlari, mencari ruangan tempat Sekar berada."Sialan si Denis, ngapain juga dia malah masuk dan ikut menunggu Sekar di dalam!" geram Niko, merasa sangat marah."Sekar!!" Niko segera masuk, dan langsung menghampiri istrinya itu, dan menyuruh Denis untuk keluar."Ingat Denis, kamu hutang penjelasan, pada Abang nanti!" geramnya, menyuruh adiknya itu segera keluar dari ruangan. Denis hanya diam, dan pasrah saja saat abangnya itu, memarahi nya."Sayang, maafkan Mas ya, karena datang terlambat." bisik Niko, kemudian menciumi pipi sang istri. "Sakit Mas.." Sekar masih merintih kesakitan, dengan peluh yang sudah bercucuran."Dokter, bagaimana istri saya?" Niko tampak begitu panik, melihat kondisi istrinya, yang tampak begitu lemah."Ini sudah pembukaan 7 Pak, tapi dari satu jam yang lalu, istri Bapak pembukaannya tidak bertambah." jelas dokter "Terus bagaimana dokter?" tanya Niko panik.Sekar yang saat ini telah di pasang jarum infus, untuk menjaga staminanya dalam melahirkan,

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 34

    Sekar menyilangkan kedua tangannya, di depan dadanya karena merasa sangat malu.Niko benar-benar tak percaya, melihat kecantikan Sekar, yang begitu memabukkan nya, malam itu.Gadis berbulu mata lentik itu, benar-benar berbeda saat mengenakan gaun, yang di pilihkan oleh Niko. "Sekar..." Niko segera menggeser posisi tubuhnya di ranjang, memberikan ruang untuk istri belia nya itu. "Kenapa harus di tutupi..?" bisik pemuda itu, dengan suara yang sudah terdengar berat, meraih kedua tangan istrinya."Saya malu Mas.." "Tidak usah malu, sekarang aku sudah menjadi suamimu, setiap hari juga bakalan lihat semuanya.." bujuk Niko, menyingkirkan tangan istrinya dari dadanya."Kamu pasti capek kan, mau Mas pijit?" tanya Niko, menawarkan dirinya, agar sang istri merasa lebih rileks."Memangnya Mas Niko, bisa?" tanya Sekar, tampak malu-malu. "Kalau buat istriku, aku jadi serba bisa, termasuk jadi tukang pijit kamu.." rayu Niko, membuat Sekar merasa tersanjung.Sekar tak menolak, saat kemudian Niko

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 33

    "Sah?!" "Sah!!" helaan nafas lega, segera terdengar dari pemuda berhidung bangir itu, kemudian tersenyum tipis. Jambang dan kumis tipis, yang biasanya menghiasi wajahnya, kini telah tercukur bersih dari wajah tampannya itu.Sekar segera di tuntun menuju sang suami, untuk mencium tangan suaminya itu, sebagai bentuk awal baktinya seorang istri, terhadap suami.Tangan halus Sekar, terasa begitu dingin seperti es, saat menyalami tangan Niko, yang terasa sedikit basah karena berkeringat.Niko kemudian mendaratkan sebuah kecupan, di dahi Sekar.Cukup lama Niko mencium kening istri barunya itu, hingga kemudian bu Raya menjawil pinggang putranya, untuk menyudahi sesi cium kening.Semua orang tertawa cekikikan, menyaksikan itu. "Udah gak sabar kayaknya itu, mempelai laki-lakinya." celetuk kerabat Sekar, yang kemudian di sambut dengan tawa, oleh yang lainnya."Udah, langsung bawa ke kamar saja Mas.." celetuk mereka lagi, membuat wajah cantik Sekar, tampak memerah karena malu. Sedangkan Nik

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 32

    "Mas Niko jorok ihhh!" seru Sekar, dengan wajah yang memerah, karena malu. "Kok jorok sih? kita kan mau beli Sekar, emangnya kamu gak pernah pake itu ya?" tanya Niko, jail."Auk ah..saya gak mau ke sana ah!" seru Sekar, kemudian membelok ke sebuah tempat duduk, dan duduk di sana.Niko menahan tawanya, melihat Sekar yang ngambek, dan tampak begitu malu, hanya karena di ajak membeli perangkat dalamannya. "Ya sudah kalau kamu gak mau, biar aku saja yang pilihkan, tapi coba aku lihat dulu, berapa kira-kira ukuran milik kamu itu..?" ucap Niko, menaik turunkan alisnya, membuat Sekar merasa geli sendiri, dengan ucapannya barusan."Mau lihat gimana? gak mau ah! jorok banget sih Mas Niko!" kesal gadis berwajah imut itu, bergidik ngeri. "Ya makanya, ayo kita pilih dulu sesuai dengan ukuran kamu. Yang tahu ukurannya kan cuma kamu, karena Mas belum pernah pegang, ataupun melihatnya." ucap Niko sambil nyengir.Sekar benar-benar merasa kesal sekaligus malu, dengan ucapan pria dewasa di depannya

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 31

    "Ini beneran ya Mas? Kita mau ke kampung nanti malam?" tanya Sekar, saat pagi itu, Niko memintanya untuk bersiap."Ya bener lah Sekar.." jawab Niko, tersenyum geli, melihat Sekar yang terlihat panik."Tttapi, Mas Niko kan kakinya lagi sakit begitu.." jawab Sekar, menatap kaki Niko, yang masih terlihat membiru."Rasa sakitnya langsung hilang, setelah kamu pijat kemarin, ini cuma tinggal bekasnya aja." jawab Niko, mengusap kakinya itu, yang sebenarnya masih lumayan sakit."Masa sih Mas?" tanya Sekar tak percaya. "Ya beneran lah. Sepertinya tangan kamu itu memang mengandung obat deh!" gombal Niko, kemudian meraih tangan Sekar, dan menciumnya."Apaan sih Mas, pagi-pagi kok sudah gombal!" seru gadis bermata indah itu tersipu, kemudian berusaha menarik tangannya. "Hem! Niko! pagi-pagi sudah ngegombalin anak orang!" seru bu Raya, saat memergoki keduanya, yang tengah berduaan di teras belakang. Sekar yang malu, segera permisi untuk kembali ke dapur.Niko hanya menyeringai, mendengar ucapan

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 30

    "Ihh geli Mas!" seru Sekar, berusaha melepas pegangan tangan Niko, dari perutnya."Udah ayo jalan, aku sudah lama gak naik motor, jadi takut jatuh kalau gak pegangan." jawab Niko modus, sembari tersenyum tipis. Akhirnya Sekar hanya diam, dan membiarkan pemuda itu melingkarkan tangannya di perutnya yang kecil.Hati Sekar tak karuan, tubuhnya terasa panas dingin saat tiba-tiba tangan hangat Niko, menyelusup masuk ke balik blus nya, sehingga kulit mereka bertemu.Nafas Sekar tertahan, tapi kini dia tengah berkendara, dan harus menjaga keseimbangan laju motornya.Niko seakan lupa diri dengan posisi mereka yang tengah berkendara, pemuda itu mengelus kulit perut Sekar yang terasa begitu halus di tangannya, sehingga membuat Sekar menjadi oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan. "Aw!" seru Niko yang sudah terjatuh di aspal, dengan posisi kaki yang tertimpa motor.Untung saja jalanan tak terlalu ramai, orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar situ, segera menolong mereka."Aduh, ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status