Share

BAB 5

"Syukurlah Tania mau membuka diri pada gadis itu, Raya." ucap Oma, yang juga tampak bahagia, melihat cicit nya mulai terlihat ceria lagi.

Ketika Mama Tania meninggal, waktu itu Tania baru berusia 4 tahun.

Hampir 3 bulan lamanya, semenjak Mamanya pergi, gadis kecil itu setiap hari menangis mencari Mamanya, dan selalu berlari kesana kemari, mencari sang Mama.

Tak ada yang tak menangis, melihat gadis kecil itu, begitu kehilangan sosok sang Mama.

Setiap pengasuh yang datang, tak ada satupun yang bisa merebut kembali hati bocah itu.

Bu Raya menyusut air matanya, karena bahagia, akhirnya cucunya bisa tersenyum lagi.

Niko hanya diam saja menyaksikan itu, walau dalam hati kecilnya, dia sungguh merasa sangat bersyukur, akhirnya ada orang yang bisa mengasuh Putri semata wayangnya itu.

Sisil yang menyaksikan itu semua, merasa sangat kesal, apalagi saat di lihatnya, Denis kekasihnya juga menatap kagum ke arah Sekar.

"Adududuhhhh..jangan keras-keras donk pijitnya, kan sakit !" seru Oma, memecah keheningan penghuni rumah, yang sedang memperhatikan Sekar dan Tania.

Bu Raya segera mendekati ibu mertuanya itu. 

"Ada apa Ma?" tanyanya. 

"Ini nih, si Sisil pijit nya keras banget, kan pundak Oma jadi sakit." Oma yang sikapnya sudah kembali seperti anak-anak, karena usianya yang sudah lanjut itu, mengadu kepada Bu Raya.

Bu Raya segera melotot ke arah Sisil. "Kamu gimana sih pijitnya? kalau Oma sampai kenapa-napa gimana? mau kamu tanggung jawab? ?" omel bu Raya, kepada Sisil.

"Maaf Nyonya, tidak sengaja!" jawab gadis dengan rambut yang digerai sebahu itu, tampak kesal, karena di omelin oleh majikannya.

Apalagi saat di lihatnya, Denis terlihat acuh saja kepadanya, seakan tak mengenali dirinya.

"Sudah, sekarang kamu siapkan makan buat Oma, sebentar lagi waktunya  Oma minum obat!" perintah bu Raya, kemudian segera membawa oma masuk ke kamarnya.

Dengan sedikit menghentakkan kakinya, Sisil pergi ke dapur, untuk membuatkan bubur Oma.

"Kalau bikin bubur yang enak ya, itu sudah ada resepnya, tinggal kamu ikuti saja langkahnya. Oma akan sangat marah, kalau makanannya tidak enak." pesan Novi kepada Sisil.

"Iyaa!" jawab gadis berambut coklat itu, ketus.

Novi hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya saja, melihat tingkah juniornya itu.

"Sekar, sudah waktunya Tania mandi, tolong kamu ajak mandi ya, setelah itu kamu suapi dia makan." perintah bu Raya, tersenyum kepada Sekar.

"Baik Nyonya." gadis berkerudung segi empat itu, segera membawa Tania masuk. 

"Kita mandi dulu ya? Non Tania mau kan?" tanya Sekar, sembari mencubit-cubit pelan hidung bangir, gadis kecil itu.. 

Tania hanya mengedip-ngedipkan matanya sembari tersenyum lebar. 

Dengan cekatan, Sekar segera menyalakan bak mandi, yang di isi dengan air hangat, sesuai dengan yang sudah di ajarkan oleh Novi.

Gadis berwajah Ayu itu, tampak begitu tulus memperlakukan Tania, sehingga membuat gadis kecil itu merasa nyaman, dalam asuhannya.

"Uhhh cantik sekali sih Non Tania, kalau sudah mandi begini??" Sekar mencium pipi gadis kecil itu dengan gemas.

Tania tampak terkikik geli, dengan perlakuan pengasuhnya itu.

"Awas bolong entar pipi Anak gue!" seru Niko, yang tiba-tiba sudah masuk ke kamar Tania.

"Eh Mas Niko, ya masak iya, gara-gara dicium pipinya bisa bolong! Mas Niko ada-ada saja." jawab Sekar terkekeh..

"Ya bisa aja! lah hidung kamu panjang begitu!" jawab pemuda berusia 30 tahun itu tergelak.

Seketika Sekar memegang hidungnya, yang kata orang-orang seperti hidung bulé, sambil nyengir.

"Ya sudah, saya gak akan cium Non Tania lagi," ucapnya sambil mengelus hidungnya, yang memang lancip.

Niko semakin tergelak dengan keras, mendengar jawaban pembantunya, yang begitu polos itu.

"Ya ampun, ada juga ya, orang kayak kamu. Ya sudah, sekarang kamu siapkan makan, buat Tania, biar aku jaga dulu disini." usir Niko, kepada pembantunya itu.

"Emm, tapi Non Tania mau makan pakai apa ya?" tanyanya, menghentikan langkah, dan menatap ke arah Tania, yang sekarang berada dalam gendongan Ayahnya.

"Kamu tanya ke Novi saja! dia yang tahu!." jawab Niko, sedikit ketus. 

"Nggih Mas! ganteng-ganteng kok galak!" Sekar segera keluar dari kamar, sambil menggerutu, membuat Niko tersenyum geli di buatnya.

***

"Mbak, biasanya Non Tania makan pake apa?" tanya Sekar, begitu sampai di dapur.

"Buatkan sup daging saja, itu wortel dan brokoli nya udah Mbak potong- potong tadi." tunjuk Novi, ke sebuah wadah, berisi potongan wortel dan brokoli.

"Yo wes Mbak, tak kerjakan dulu ya." Sekar pun kemudian segera mengeksekusi semua bahan, untuk ia jadikan sup daging.

"Masakan kayak gini sih, sipil!" ucapnya sambil tersenyum, mengulek merica, bawang putih, yang ia tambahkan sedikit pala dan jahe, resep ibunya di kampung.

Setelah daging empuk, Sekar segera memasukan bumbu, dan potongan wortel. Sambil menunggu wortel setengah matang, Sekar memotong-motong daun bawang dan juga seledri, sebagai pelengkap sup nya nanti, dan segera memasukkan brokoli, begitu air mendidih kembali.

Bau harum masakan, segera memenuhi dapur, yang cukup luas itu.

Setelah semua di rasa pas di lidahnya, Sekar segera memasukan potongan daun bawang dan seledri, juga bawang merah yang sudah di goreng garing.

"Sedep banget baunya, kamu yang masak??" tanya bu Raya, tiba-tiba muncul di belakang nya.

"Iya Nyonya." jawab Sekar sopan.

Bu Raya segera mengambil sendok, untuk mencicipi kuah sup itu.

Dengan perasaan cemas, Sekar melihat majikannya itu, takut masakannya tidak cocok di lidahnya.

"Hmmm, enak! ternyata kamu juga pinter masak ya?!" puji bu Raya.

"Sedikit Nyonya, dulu sering bantu Ibu masak, waktu di kampung." jawab Sekar tersenyum. 

"Enak lo ini, kamu wadahi mangkuk ini ya, lalu bawa ke meja makan."  Bu Raya memberikan sebuah mangkuk bening yang cukup besar, kepada Sekar.

"Siap Nyah!" jawab Sekar bersemangat, karena masakannya cocok untuk lidah majikannya itu.

"Lo lo lo...Sisil! itu kok bubur Oma masih penuh gitu??" tanya bu Raya heran, saat melihat Sisil membawa mangkuk bubur, dalam kondisi yang masih terlihat penuh.

"Itu Nyonya, Oma gak mau makan." jawab Sisil, dengan wajah yang di tekuk.

Bu Raya kemudian menoleh ke arah Novi, yang baru masuk ke dapur.

"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma.

"Kok bisa??" 

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nila Elok
bagus lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status