Share

BAB 6

"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma.

"Kok bisa??"  Bu Raya segera menatap ke arah Sisil, yang hendak membuang bubur ke tempat sampah.

"Tunggu, jangan di buang dulu, tadi sudah kamu icipi belum? terus kamu bikinnya sesuai dengan resepnya kan??" tanya bu Raya, menatap tajam, ke arah gadis yang memanyunkan bibirnya itu.

"Sudah kok." jawab Sisil, tampak sedikit gugup.

"Coba sekarang kamu cicipi bubur itu!" perintah bu Raya tegas.

"Tapi tadi sudah saya icip kok Nyah!" Sisil tampak tidak mau, untuk mencicipi bubur buatannya sendiri.

"Sudah, sekarang coba kamu icip lagi!" 

Dengan berat hati, akhirnya Sisil menyuap satu sendok kecil, bubur yang dia buat tadi.

"Huekkk! " dengan langkah tergesa, dia segera berlari menuju kamar mandi belakang, ingin muntah.

Bu Raya tampak geram melihat itu.

"Bagaimana rasanya??" tanya perempuan paruh baya itu, begitu Sisil telah keluar dari kamar mandi. 

"Eng..gak enak Nyonya." jawab Sisil, nyengir tanpa merasa bersalah. 

"Kamu sebenarnya bisa kerja gak sih?" tanya bu Raya kesal.

"Ya bisa Nyonya.." jawab gadis berambut panjang sebahu itu, masih terus menjawab, membuat bu Raya, jadi naik darah di buatnya.

"Denis?!" panggil bu Raya, kepada anak kedua nya itu.

"Ya Mah, " Denis segera muncul di pintu dapur, menghampiri Mamanya.

"Sebenarnya kamu nemu di mana sih, gadis ini?" tanya bu Raya, geram.

"Eng..memangnya kenapa sih Ma?" 

"Udah jawab aja!" jawab bu Raya kesal.

"Ya dari penyalur tenaga kerja sih Ma, memang kenapa sih?" Pemuda berumur 22 tahun itu, mengernyitkan dahinya..

"Mama gak percaya kalau anak ini dari penyalur tenaga kerja! kalau memang dari sana, pasti pekerjaannya bagus!" ucap bu Raya, tak percaya..

"Ya mana Denis tahu Ma, mungkin dia hanya belum terbiasa saja." sangkal Denis, takut Mamanya curiga.

"Kamu komplain dong ke agensi nya, masa pekerjanya gak profesional gini??" 

"Iya Ma, iya..Mama tenang aja ya, gak usah emosi dulu ya.." ucap Denis, menenangkan sang Mama.

"Ya sudah, Sisil! sekarang kamu bersih-bersih saja, gantikan Novi. Awas, semuanya harus bersih, kalau tidak bersih, hari ini juga kamu saya pecat!" perintah bu Raya, ketus.

Sisil tampak memberengut menerima perintah itu, matanya melirik ke arah Denis, berharap kekasihnya itu mau membantunya. Tapi lagi-lagi, Denis hanya diam saja, seolah tak melihatnya.

"Oma mau makan apa katanya, Nov?" tanya bu Raya, kepada Novi yang tengah kebingungan, mau mengambilkan makan untuk Oma.

"Kata Oma, gak mau makan bubur yang tadi lagi, Nya." ucap Novi.

"Kalau begitu, biar saya saja yang buatin buburnya Oma, Nyonya.." ucap Sekar, yang sudah selesai menaruh sayur ke meja makan. 

"Tapi kan kamu mau suapi Tania, makan?" tanya Bu Raya, tampak tak setuju.

"Bikin bubur kan cuma sebentar Nya," jawab Sekar, segera mengambil satu piring nasi dari magicom. 

"Loh, kok pake nasi?" tanya Novi, karena biasanya dia membuat bubur beras.

"Udah biarin aja, seperti nya akan lebih cepat kalau pakai nasi." ucap bu Raya, memperhatikan Sekar yang dengan cekatan, membuat bubur ayam, dengan nasi.

Hanya 5 menit, bubur itu sudah siap di hidangkan. 

"Biar aku icip dulu, takutnya Oma ngamuk lagi, karena gak enak." bu Raya segera mencicipinya, sebelum bubur itu di bawakan ke Oma.

"Enak, ya sudah. Buruan Nov, kamu bawa bubur ini, kasihan Oma sudah nungguin." perintahnya, kepada Novi.

"Kalau begitu, saya mau suapi Non Tania dulu Nyonya.." Sekar bergegas pergi ke kamar Tania, untuk memberinya makan.

Sesampainya di kamar, Niko tampak cemberut melihat kedatangan pengasuh putrinya itu.

"Ambil makannya di mana sih, di planet Mars ya? lama banget!" serunya kesal.

"Ya maaf Mas, tadi saya masih bikinin bubur dulu, buat Oma." jawab Sekar nyengir, segera mengambil alih Tania, dan mengajaknya makan.

"Maem dulu yuk!" dengan telaten gadis yang masih cukup belia itu, menyuapi Tania, sambil sesekali menceritakan dongeng kepada gadis cilik itu, hingga akhirnya makanan dalam piring sudah tak bersisa lagi.

***

"Bubur ini kenapa rasanya lain dari yang biasanya?" tanya Oma, tampak lahap menghabiskan bubur itu.

"Tapi Oma suka kan?" tanya Novi, yang membantu Oma makan.

"Iya, rasanya enak, Oma suka. Siapa yang sudah membuatnya?" tanya Oma, penasaran.

"Gak mungkin si Sisil kan? rasa bubur buatannya tadi, bener-bener bikin Oma pengen muntah." ucap Oma, bergidik.

"Bukan Sisil yang bikin Oma, ini yang masak Sekar." jelas Novi, sambil terus menyuapi Oma makan.

"Gadis kampung itu?" tanya Oma tak percaya.

"Iya Oma," angguk Novi.

"Pandai masak juga anak itu ternyata. Oh iya Nov, Oma pokoknya gak mau lagi di urusin sama si Sisil. Anak itu sangat menyebalkan, kalau di kasih tahu, suka ngebantah! Oma gak suka! bilang ke Raya!" sungutnya, kesal.

"Iya Oma, nanti Novi sampaikan ke Bu Raya.." 

***

"Oma bilang begitu?" tanya bu Raya, begitu mendengar penuturan dari Novi.

"Iya Nyonya." jawab Novi, yang masih duduk di lantai teras, di dekat kaki Nyonya nya.

"Hhhh, terus Sisil mau kerja apa disini? tadi disuruh bersih-bersih aja, gak becus begitu. Disuruh masak juga gak bisa! bisa-bisa nya, si Denis bawa orang yang gak bisa kerja begitu, kemari.!" perempuan paruh baya itu, tampak menghela nafasnya,  bingung sekaligus kesal.

"Terus Oma maunya di urusin siapa dong? pekerjaan kamu di rumah ini, sudah sangat banyak. Sekar juga gak mungkin, karena dia harus urus Tania." ucap bu Raya, 

"Ada apa sih Ma?" tanya Niko, yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu. 

"Ini, Oma tidak mau di urus sama Sisil, Mama jadi bingung, terus siapa yang akan urus Oma, Novi pekerjaannya sudah banyak banget di rumah ini, Sekar juga rawat Tania, sekaligus masak." ucap bu Raya, 

"Ya kembalikan aja si Sisil ke Agency nya, terus Mama minta ganti dengan yang lebih berpengalaman." ucap Niko, memberikan saran.

"Iya sih, Mama juga sempat berpikir begitu, tapi Denis tak setuju. Katanya suruh beri waktu satu bulan dulu, kalau mau kembalikan." ucap bu Raya.

"Aneh banget, emang Denis ambil dari Agency mana sih, tuh pembantu?" Niko tampak heran mendengar itu.

"Punya temennya katanya!" jawab bu Raya. 

"Mungkin si Denis juga merasa gak enak, kalau mau langsung kembalikan." ucap bu Raya lagi, berasumsi sendiri.

"Ya, tapi masa orang gak profesional gitu di pekerjakan sih!" Niko tampak mengomel-ngomel. 

"Ada apa sih Bang!" Denis yang baru datang dari kuliahnya, tampak heran, melihat Kakaknya itu  ngomel-ngomel. 

"Ada apa, ada apa! itu pembantu, kamu dapet darimana? orang gak bisa kerja gitu, kok di suruh kerja di mari!" ucap Niko.

"Hehehe, udah sabar, kita lihat dulu sampai satu bulan dulu. Kirain ada apa?!" jawab Denis, kemudian langsung ngeloyor begitu saja, masuk ke dalam. 

"Eh..sableng juga nih bocah!" seru Niko, kesal.

Bersambung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status