Share

BAB 6

last update Huling Na-update: 2023-12-21 21:33:47

"Kata Oma buburnya gak enak Nyonya." jelas Novi, yang hendak mengambilkan makanan baru untuk Oma.

"Kok bisa??"  Bu Raya segera menatap ke arah Sisil, yang hendak membuang bubur ke tempat sampah.

"Tunggu, jangan di buang dulu, tadi sudah kamu icipi belum? terus kamu bikinnya sesuai dengan resepnya kan??" tanya bu Raya, menatap tajam, ke arah gadis yang memanyunkan bibirnya itu.

"Sudah kok." jawab Sisil, tampak sedikit gugup.

"Coba sekarang kamu cicipi bubur itu!" perintah bu Raya tegas.

"Tapi tadi sudah saya icip kok Nyah!" Sisil tampak tidak mau, untuk mencicipi bubur buatannya sendiri.

"Sudah, sekarang coba kamu icip lagi!" 

Dengan berat hati, akhirnya Sisil menyuap satu sendok kecil, bubur yang dia buat tadi.

"Huekkk! " dengan langkah tergesa, dia segera berlari menuju kamar mandi belakang, ingin muntah.

Bu Raya tampak geram melihat itu.

"Bagaimana rasanya??" tanya perempuan paruh baya itu, begitu Sisil telah keluar dari kamar mandi. 

"Eng..gak enak Nyonya." jawab Sisil, nyengir tanpa merasa bersalah. 

"Kamu sebenarnya bisa kerja gak sih?" tanya bu Raya kesal.

"Ya bisa Nyonya.." jawab gadis berambut panjang sebahu itu, masih terus menjawab, membuat bu Raya, jadi naik darah di buatnya.

"Denis?!" panggil bu Raya, kepada anak kedua nya itu.

"Ya Mah, " Denis segera muncul di pintu dapur, menghampiri Mamanya.

"Sebenarnya kamu nemu di mana sih, gadis ini?" tanya bu Raya, geram.

"Eng..memangnya kenapa sih Ma?" 

"Udah jawab aja!" jawab bu Raya kesal.

"Ya dari penyalur tenaga kerja sih Ma, memang kenapa sih?" Pemuda berumur 22 tahun itu, mengernyitkan dahinya..

"Mama gak percaya kalau anak ini dari penyalur tenaga kerja! kalau memang dari sana, pasti pekerjaannya bagus!" ucap bu Raya, tak percaya..

"Ya mana Denis tahu Ma, mungkin dia hanya belum terbiasa saja." sangkal Denis, takut Mamanya curiga.

"Kamu komplain dong ke agensi nya, masa pekerjanya gak profesional gini??" 

"Iya Ma, iya..Mama tenang aja ya, gak usah emosi dulu ya.." ucap Denis, menenangkan sang Mama.

"Ya sudah, Sisil! sekarang kamu bersih-bersih saja, gantikan Novi. Awas, semuanya harus bersih, kalau tidak bersih, hari ini juga kamu saya pecat!" perintah bu Raya, ketus.

Sisil tampak memberengut menerima perintah itu, matanya melirik ke arah Denis, berharap kekasihnya itu mau membantunya. Tapi lagi-lagi, Denis hanya diam saja, seolah tak melihatnya.

"Oma mau makan apa katanya, Nov?" tanya bu Raya, kepada Novi yang tengah kebingungan, mau mengambilkan makan untuk Oma.

"Kata Oma, gak mau makan bubur yang tadi lagi, Nya." ucap Novi.

"Kalau begitu, biar saya saja yang buatin buburnya Oma, Nyonya.." ucap Sekar, yang sudah selesai menaruh sayur ke meja makan. 

"Tapi kan kamu mau suapi Tania, makan?" tanya Bu Raya, tampak tak setuju.

"Bikin bubur kan cuma sebentar Nya," jawab Sekar, segera mengambil satu piring nasi dari magicom. 

"Loh, kok pake nasi?" tanya Novi, karena biasanya dia membuat bubur beras.

"Udah biarin aja, seperti nya akan lebih cepat kalau pakai nasi." ucap bu Raya, memperhatikan Sekar yang dengan cekatan, membuat bubur ayam, dengan nasi.

Hanya 5 menit, bubur itu sudah siap di hidangkan. 

"Biar aku icip dulu, takutnya Oma ngamuk lagi, karena gak enak." bu Raya segera mencicipinya, sebelum bubur itu di bawakan ke Oma.

"Enak, ya sudah. Buruan Nov, kamu bawa bubur ini, kasihan Oma sudah nungguin." perintahnya, kepada Novi.

"Kalau begitu, saya mau suapi Non Tania dulu Nyonya.." Sekar bergegas pergi ke kamar Tania, untuk memberinya makan.

Sesampainya di kamar, Niko tampak cemberut melihat kedatangan pengasuh putrinya itu.

"Ambil makannya di mana sih, di planet Mars ya? lama banget!" serunya kesal.

"Ya maaf Mas, tadi saya masih bikinin bubur dulu, buat Oma." jawab Sekar nyengir, segera mengambil alih Tania, dan mengajaknya makan.

"Maem dulu yuk!" dengan telaten gadis yang masih cukup belia itu, menyuapi Tania, sambil sesekali menceritakan dongeng kepada gadis cilik itu, hingga akhirnya makanan dalam piring sudah tak bersisa lagi.

***

"Bubur ini kenapa rasanya lain dari yang biasanya?" tanya Oma, tampak lahap menghabiskan bubur itu.

"Tapi Oma suka kan?" tanya Novi, yang membantu Oma makan.

"Iya, rasanya enak, Oma suka. Siapa yang sudah membuatnya?" tanya Oma, penasaran.

"Gak mungkin si Sisil kan? rasa bubur buatannya tadi, bener-bener bikin Oma pengen muntah." ucap Oma, bergidik.

"Bukan Sisil yang bikin Oma, ini yang masak Sekar." jelas Novi, sambil terus menyuapi Oma makan.

"Gadis kampung itu?" tanya Oma tak percaya.

"Iya Oma," angguk Novi.

"Pandai masak juga anak itu ternyata. Oh iya Nov, Oma pokoknya gak mau lagi di urusin sama si Sisil. Anak itu sangat menyebalkan, kalau di kasih tahu, suka ngebantah! Oma gak suka! bilang ke Raya!" sungutnya, kesal.

"Iya Oma, nanti Novi sampaikan ke Bu Raya.." 

***

"Oma bilang begitu?" tanya bu Raya, begitu mendengar penuturan dari Novi.

"Iya Nyonya." jawab Novi, yang masih duduk di lantai teras, di dekat kaki Nyonya nya.

"Hhhh, terus Sisil mau kerja apa disini? tadi disuruh bersih-bersih aja, gak becus begitu. Disuruh masak juga gak bisa! bisa-bisa nya, si Denis bawa orang yang gak bisa kerja begitu, kemari.!" perempuan paruh baya itu, tampak menghela nafasnya,  bingung sekaligus kesal.

"Terus Oma maunya di urusin siapa dong? pekerjaan kamu di rumah ini, sudah sangat banyak. Sekar juga gak mungkin, karena dia harus urus Tania." ucap bu Raya, 

"Ada apa sih Ma?" tanya Niko, yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu. 

"Ini, Oma tidak mau di urus sama Sisil, Mama jadi bingung, terus siapa yang akan urus Oma, Novi pekerjaannya sudah banyak banget di rumah ini, Sekar juga rawat Tania, sekaligus masak." ucap bu Raya, 

"Ya kembalikan aja si Sisil ke Agency nya, terus Mama minta ganti dengan yang lebih berpengalaman." ucap Niko, memberikan saran.

"Iya sih, Mama juga sempat berpikir begitu, tapi Denis tak setuju. Katanya suruh beri waktu satu bulan dulu, kalau mau kembalikan." ucap bu Raya.

"Aneh banget, emang Denis ambil dari Agency mana sih, tuh pembantu?" Niko tampak heran mendengar itu.

"Punya temennya katanya!" jawab bu Raya. 

"Mungkin si Denis juga merasa gak enak, kalau mau langsung kembalikan." ucap bu Raya lagi, berasumsi sendiri.

"Ya, tapi masa orang gak profesional gitu di pekerjakan sih!" Niko tampak mengomel-ngomel. 

"Ada apa sih Bang!" Denis yang baru datang dari kuliahnya, tampak heran, melihat Kakaknya itu  ngomel-ngomel. 

"Ada apa, ada apa! itu pembantu, kamu dapet darimana? orang gak bisa kerja gitu, kok di suruh kerja di mari!" ucap Niko.

"Hehehe, udah sabar, kita lihat dulu sampai satu bulan dulu. Kirain ada apa?!" jawab Denis, kemudian langsung ngeloyor begitu saja, masuk ke dalam. 

"Eh..sableng juga nih bocah!" seru Niko, kesal.

Bersambung 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 35

    Niko segera berlari, mencari ruangan tempat Sekar berada."Sialan si Denis, ngapain juga dia malah masuk dan ikut menunggu Sekar di dalam!" geram Niko, merasa sangat marah."Sekar!!" Niko segera masuk, dan langsung menghampiri istrinya itu, dan menyuruh Denis untuk keluar."Ingat Denis, kamu hutang penjelasan, pada Abang nanti!" geramnya, menyuruh adiknya itu segera keluar dari ruangan. Denis hanya diam, dan pasrah saja saat abangnya itu, memarahi nya."Sayang, maafkan Mas ya, karena datang terlambat." bisik Niko, kemudian menciumi pipi sang istri. "Sakit Mas.." Sekar masih merintih kesakitan, dengan peluh yang sudah bercucuran."Dokter, bagaimana istri saya?" Niko tampak begitu panik, melihat kondisi istrinya, yang tampak begitu lemah."Ini sudah pembukaan 7 Pak, tapi dari satu jam yang lalu, istri Bapak pembukaannya tidak bertambah." jelas dokter "Terus bagaimana dokter?" tanya Niko panik.Sekar yang saat ini telah di pasang jarum infus, untuk menjaga staminanya dalam melahirkan,

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 34

    Sekar menyilangkan kedua tangannya, di depan dadanya karena merasa sangat malu.Niko benar-benar tak percaya, melihat kecantikan Sekar, yang begitu memabukkan nya, malam itu.Gadis berbulu mata lentik itu, benar-benar berbeda saat mengenakan gaun, yang di pilihkan oleh Niko. "Sekar..." Niko segera menggeser posisi tubuhnya di ranjang, memberikan ruang untuk istri belia nya itu. "Kenapa harus di tutupi..?" bisik pemuda itu, dengan suara yang sudah terdengar berat, meraih kedua tangan istrinya."Saya malu Mas.." "Tidak usah malu, sekarang aku sudah menjadi suamimu, setiap hari juga bakalan lihat semuanya.." bujuk Niko, menyingkirkan tangan istrinya dari dadanya."Kamu pasti capek kan, mau Mas pijit?" tanya Niko, menawarkan dirinya, agar sang istri merasa lebih rileks."Memangnya Mas Niko, bisa?" tanya Sekar, tampak malu-malu. "Kalau buat istriku, aku jadi serba bisa, termasuk jadi tukang pijit kamu.." rayu Niko, membuat Sekar merasa tersanjung.Sekar tak menolak, saat kemudian Niko

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 33

    "Sah?!" "Sah!!" helaan nafas lega, segera terdengar dari pemuda berhidung bangir itu, kemudian tersenyum tipis. Jambang dan kumis tipis, yang biasanya menghiasi wajahnya, kini telah tercukur bersih dari wajah tampannya itu.Sekar segera di tuntun menuju sang suami, untuk mencium tangan suaminya itu, sebagai bentuk awal baktinya seorang istri, terhadap suami.Tangan halus Sekar, terasa begitu dingin seperti es, saat menyalami tangan Niko, yang terasa sedikit basah karena berkeringat.Niko kemudian mendaratkan sebuah kecupan, di dahi Sekar.Cukup lama Niko mencium kening istri barunya itu, hingga kemudian bu Raya menjawil pinggang putranya, untuk menyudahi sesi cium kening.Semua orang tertawa cekikikan, menyaksikan itu. "Udah gak sabar kayaknya itu, mempelai laki-lakinya." celetuk kerabat Sekar, yang kemudian di sambut dengan tawa, oleh yang lainnya."Udah, langsung bawa ke kamar saja Mas.." celetuk mereka lagi, membuat wajah cantik Sekar, tampak memerah karena malu. Sedangkan Nik

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 32

    "Mas Niko jorok ihhh!" seru Sekar, dengan wajah yang memerah, karena malu. "Kok jorok sih? kita kan mau beli Sekar, emangnya kamu gak pernah pake itu ya?" tanya Niko, jail."Auk ah..saya gak mau ke sana ah!" seru Sekar, kemudian membelok ke sebuah tempat duduk, dan duduk di sana.Niko menahan tawanya, melihat Sekar yang ngambek, dan tampak begitu malu, hanya karena di ajak membeli perangkat dalamannya. "Ya sudah kalau kamu gak mau, biar aku saja yang pilihkan, tapi coba aku lihat dulu, berapa kira-kira ukuran milik kamu itu..?" ucap Niko, menaik turunkan alisnya, membuat Sekar merasa geli sendiri, dengan ucapannya barusan."Mau lihat gimana? gak mau ah! jorok banget sih Mas Niko!" kesal gadis berwajah imut itu, bergidik ngeri. "Ya makanya, ayo kita pilih dulu sesuai dengan ukuran kamu. Yang tahu ukurannya kan cuma kamu, karena Mas belum pernah pegang, ataupun melihatnya." ucap Niko sambil nyengir.Sekar benar-benar merasa kesal sekaligus malu, dengan ucapan pria dewasa di depannya

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 31

    "Ini beneran ya Mas? Kita mau ke kampung nanti malam?" tanya Sekar, saat pagi itu, Niko memintanya untuk bersiap."Ya bener lah Sekar.." jawab Niko, tersenyum geli, melihat Sekar yang terlihat panik."Tttapi, Mas Niko kan kakinya lagi sakit begitu.." jawab Sekar, menatap kaki Niko, yang masih terlihat membiru."Rasa sakitnya langsung hilang, setelah kamu pijat kemarin, ini cuma tinggal bekasnya aja." jawab Niko, mengusap kakinya itu, yang sebenarnya masih lumayan sakit."Masa sih Mas?" tanya Sekar tak percaya. "Ya beneran lah. Sepertinya tangan kamu itu memang mengandung obat deh!" gombal Niko, kemudian meraih tangan Sekar, dan menciumnya."Apaan sih Mas, pagi-pagi kok sudah gombal!" seru gadis bermata indah itu tersipu, kemudian berusaha menarik tangannya. "Hem! Niko! pagi-pagi sudah ngegombalin anak orang!" seru bu Raya, saat memergoki keduanya, yang tengah berduaan di teras belakang. Sekar yang malu, segera permisi untuk kembali ke dapur.Niko hanya menyeringai, mendengar ucapan

  • KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA   Bab 30

    "Ihh geli Mas!" seru Sekar, berusaha melepas pegangan tangan Niko, dari perutnya."Udah ayo jalan, aku sudah lama gak naik motor, jadi takut jatuh kalau gak pegangan." jawab Niko modus, sembari tersenyum tipis. Akhirnya Sekar hanya diam, dan membiarkan pemuda itu melingkarkan tangannya di perutnya yang kecil.Hati Sekar tak karuan, tubuhnya terasa panas dingin saat tiba-tiba tangan hangat Niko, menyelusup masuk ke balik blus nya, sehingga kulit mereka bertemu.Nafas Sekar tertahan, tapi kini dia tengah berkendara, dan harus menjaga keseimbangan laju motornya.Niko seakan lupa diri dengan posisi mereka yang tengah berkendara, pemuda itu mengelus kulit perut Sekar yang terasa begitu halus di tangannya, sehingga membuat Sekar menjadi oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan. "Aw!" seru Niko yang sudah terjatuh di aspal, dengan posisi kaki yang tertimpa motor.Untung saja jalanan tak terlalu ramai, orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar situ, segera menolong mereka."Aduh, ma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status